Belajar menurut Qomar Hamalik adalah : “sesuatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan” (Hamalik,
1990:2).
Pemecahan kesulitan belajar menurut H. Koestoer Partowisastro dalam bukunya “Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar siswa” ada beberapa tahapan dalam melakukannya, yaitu : menelaah status siswa,memperhatikan sebab-sebab kesulitan belajar dan proses pemecahan kesulitan belajar. (Partowisastro, 1984:72).
a. Menelaah status siswa
Menelaah status siswa adalah usaha meneliti hasil belajar siswa atau murid untuk mengetahui sampai sejauh mana pelajaran yang mereka serap dan kesulitan-kesulitan apa yang mereka hadapi dalam proses belajar.
b. Mengidentifikasi dan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar siswa
Mengidentifikasi kasus merupakan langkah yang pertama dilakukan oleh Counselor atau guru dalam rangka mencetak atau mengecek eksistensi status siswa. Mengidentifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hakekat dan luasnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau yang dihadapi oleh siswa.
Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya mengatakan bahwa :
Langkah identifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal khusus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat dan memilih kasus yang mana yang akan mendapatkan bantuan lebih dahulu. (Ahmadi, 1978:104).
Langkah identifikasi adalah langkah pemula dalam pemecahan problematika yang ada. Oleh karena itu perlu adanya penetapan yang jitu dan follow upnya adalah mengklasifikasikan kasus yang ada sehingga memudahkan untuk menentukan kasus mana yang didahulukan penyelesaiannya dan bentuk apa terapinya. Sebagaimana telah diterangkan di atas. Bahwa identifikasi perlu diluruskan pada pengklasifikasian gejala-gejala kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Klasifikasi dimaksudkan untuk terpilihnya permasalahan yang ada sehingga memberikan kemudahan langkah-langkah berikutnya.
Sebab-sebab kesulitan belajar menurut Koestoer Parto Wisastro dan A. Hadi Saputra, yaitu :
a). Disebabkan oleh gangguan alat tubuh
b). Disebabkan oleh kecerdasan yang kurang
c). Disebabkan oleh gangguan alat penerimaan
d). Disebabkan oleh gangguan perasaan
e). Disebabkan oleh kesalahan tingkah laku (Partowisastro, 1984:26).
Sedangkan menurut Qomar Hamalik faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :
a) Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri
b) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
c) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
d) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat (Hamalik, 1990:117)
Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab dari kesulitan belajar siswa yang satu dengan yang lain adalah berbeda, ini berarti upaya mengetahui sebab kesulitan belajar siswa yang penting dalam rangka usaha memberikan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa.
Luas dan kompleknya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa memerlukan kontiunitas proses bimbingan dan penyuluhan secara berkala sehingga tidak terjadi ketimpang tindihan problem itu. Melihat macam-macam sebab kesulitan belajar diatas, pembimbing perlu mengadakan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar.
Dari berbagai sebab kesulitan belajar tersebut, maka timbullah kesulitan belajar yang ditandai dengan sikap dan tingkah laku sebagai berikut :
a) Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas
b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
c) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta dan sebagainya.
d) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu, mengisolir diri, tak mau mencatat dan sebagainya).
e) Menunjukkan gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah tersinggung, melamun, pemarah dan sebagainya) (Ahmadi, 1978:161)
Hal ini berarti perlu ada bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
c. Memberikan Diagnosa terhadap kesulitan belajar siswa dan pemecahannya
I. Djumhur dan Moh. Surya dalam pendapatnya mengatakan bahwa “Diagnosa adalah langkah untuk menelaah masalah kasus dan latar belakangnya” (Ahmadi, 1978:161)
Pada langkah diagnosa mempergunakan cara atau tehnik pengumpulan data. Setelah terkumpul data dan jelas latar belakang yang terjadi pada permasalahan itu, Counselor menetapkan masalah yang dihadapi oleh Counselo dan menemukan jalan keluar untuk pemecahan dari problem tersebut.
Diagnosa sebagai langkah dalam bimbingan ini, mempunyai langkah-langkah atau tahapan diagnosa, seperti yang dilontarkan oleh Koestoer P. dan A. Hadi Saputra sebagai berikut :
1) Tahap pertama, menelaah status siswa
2) Tahap kedua perkiraan sebab
3) Pemecahan kesulitan (Partowisastro, 1984:10)
(a) Menelaah status siswa
Tahapan ini merupakan tahap identifikasi hakikat dan luas kesulitan siwa, sesuai dengan pengertian bahwa fungsi diagnosa itu adalah menetapkan masalah yang dihadapi atau mempertegas dan menetapkan latar belakang masalah yang dihadapi.
(b) Perkiraan Sebab
Langkah perkiraan sebab merupakan perkiraan atau prediksi semacam ramalan, sebab apakah yang mendasari pola belajar anak sehingga anak memperlihatkan atau melakukan belajar yang hasilnya seperti itu atau dengan bahasa yang lebih gampang kenapa anak punya kelebihan dan kekurangan.
Koestoer Partowisastro mengatakan bahwa :
Pada tahap ini teori psikologi menjadi penting, artinya yang dimaksud teori dalam hal ini adalah pernyataan mengenai hubungan diantara faktor-faktor pribadi manakah yang telah menyebabkan kesulitan tersebut. (Partowisastro, 1984:36)
Dengan pernyatan di atas dapat dipahami bahwa setiap hasil kegiatan atau setiap hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa baik hasil itu positif atau negatif, mempunyai penyebab dari pola belajar yang dimiliki oleh siswa. Dengan realitas ini penting sekali bagi pembimbing untuk mendeteksi sebab-sebab tersebut sehingga bisa mediagnosanya.
(c) Pemecahan Kesulitan
Pada tahap ini seorang pembimbing diharapkan membantu siswa yang menghadapi permasalahan bisa menghilangkan atau menyingkirkan kesulitan yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan kepada siswa berupa cara untuk menghilangkan kesulitan sesuai dengan sebab-sebab yang melatar belakangi kenapa siswa itu menampilkan tingkah laku atau hasil yang seperti yang pembimbing ketahui.
Seperti yang diungkapkan didepan, ada langkah diagnosa untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya. Untuk memecahkanmasalah atau langkah selanjutnya adalah langkah untuk menentukan jenis bimbingan yang sesuai dengan sebab-sebab kesulitan tersebut yang dikenal dengan langkah diagnosa.
Menurut I. Djumhur dan M. surya dalam lontaran pemikirannya mengatakan bahwa “Diagnosa adalah langkah untuk menentukan atau menetapkan jenis bantuan atau jenis terapi yang dilaksanakan untuk membimbing kasus”. (Ahmadi, 1990:105).
Pada penentuan jenis bimbingan, seorang pembimbing harus punya data yang sudah matang dari hasil diagnosa yang dilakukan sebelumnya agar tidak salah dalam menentukan jenis bantuan kepada siswa yang bersangkutan, maksudnya adalah pembimbing paham betul tersebut siswa yang akan diberi bantuan mengenai sebab-sebab dan latar belakang kesulitan belajar. Kemidian pada tahap selanjutnya adalah melakukan pemecahan atau pelaksanaan bimbingan.
I. Djumhur P. dan M. Surya mengatakan bahwa terapi adalah “Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan” (Ahmadi, 1990:103).
Langkah di atas adalah pelaksanaan dari pemecahan kesulitan belajar siswa yaitu kegiatan bimbingan secara kesinambungan atau kontinue dan sistimatis serta membutuhkan adanya pengamatan yang cermat, sehingga pembimbing bisa mendeteksi apakah ada kemajuan kearah positif atau masih tetap seperti semual. Metode terapi ini pembimbing bisa memilih sesuai dengan situasi dan kondisi serta eksistensi dari konselee. Baca Selengkapnya>>>
Pemecahan kesulitan belajar menurut H. Koestoer Partowisastro dalam bukunya “Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar siswa” ada beberapa tahapan dalam melakukannya, yaitu : menelaah status siswa,memperhatikan sebab-sebab kesulitan belajar dan proses pemecahan kesulitan belajar. (Partowisastro, 1984:72).
a. Menelaah status siswa
Menelaah status siswa adalah usaha meneliti hasil belajar siswa atau murid untuk mengetahui sampai sejauh mana pelajaran yang mereka serap dan kesulitan-kesulitan apa yang mereka hadapi dalam proses belajar.
b. Mengidentifikasi dan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar siswa
Mengidentifikasi kasus merupakan langkah yang pertama dilakukan oleh Counselor atau guru dalam rangka mencetak atau mengecek eksistensi status siswa. Mengidentifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hakekat dan luasnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau yang dihadapi oleh siswa.
Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya mengatakan bahwa :
Langkah identifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal khusus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat dan memilih kasus yang mana yang akan mendapatkan bantuan lebih dahulu. (Ahmadi, 1978:104).
Langkah identifikasi adalah langkah pemula dalam pemecahan problematika yang ada. Oleh karena itu perlu adanya penetapan yang jitu dan follow upnya adalah mengklasifikasikan kasus yang ada sehingga memudahkan untuk menentukan kasus mana yang didahulukan penyelesaiannya dan bentuk apa terapinya. Sebagaimana telah diterangkan di atas. Bahwa identifikasi perlu diluruskan pada pengklasifikasian gejala-gejala kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Klasifikasi dimaksudkan untuk terpilihnya permasalahan yang ada sehingga memberikan kemudahan langkah-langkah berikutnya.
Sebab-sebab kesulitan belajar menurut Koestoer Parto Wisastro dan A. Hadi Saputra, yaitu :
a). Disebabkan oleh gangguan alat tubuh
b). Disebabkan oleh kecerdasan yang kurang
c). Disebabkan oleh gangguan alat penerimaan
d). Disebabkan oleh gangguan perasaan
e). Disebabkan oleh kesalahan tingkah laku (Partowisastro, 1984:26).
Sedangkan menurut Qomar Hamalik faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :
a) Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri
b) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
c) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
d) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat (Hamalik, 1990:117)
Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab dari kesulitan belajar siswa yang satu dengan yang lain adalah berbeda, ini berarti upaya mengetahui sebab kesulitan belajar siswa yang penting dalam rangka usaha memberikan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa.
Luas dan kompleknya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa memerlukan kontiunitas proses bimbingan dan penyuluhan secara berkala sehingga tidak terjadi ketimpang tindihan problem itu. Melihat macam-macam sebab kesulitan belajar diatas, pembimbing perlu mengadakan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar.
Dari berbagai sebab kesulitan belajar tersebut, maka timbullah kesulitan belajar yang ditandai dengan sikap dan tingkah laku sebagai berikut :
a) Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas
b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
c) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta dan sebagainya.
d) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu, mengisolir diri, tak mau mencatat dan sebagainya).
e) Menunjukkan gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah tersinggung, melamun, pemarah dan sebagainya) (Ahmadi, 1978:161)
Hal ini berarti perlu ada bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
c. Memberikan Diagnosa terhadap kesulitan belajar siswa dan pemecahannya
I. Djumhur dan Moh. Surya dalam pendapatnya mengatakan bahwa “Diagnosa adalah langkah untuk menelaah masalah kasus dan latar belakangnya” (Ahmadi, 1978:161)
Pada langkah diagnosa mempergunakan cara atau tehnik pengumpulan data. Setelah terkumpul data dan jelas latar belakang yang terjadi pada permasalahan itu, Counselor menetapkan masalah yang dihadapi oleh Counselo dan menemukan jalan keluar untuk pemecahan dari problem tersebut.
Diagnosa sebagai langkah dalam bimbingan ini, mempunyai langkah-langkah atau tahapan diagnosa, seperti yang dilontarkan oleh Koestoer P. dan A. Hadi Saputra sebagai berikut :
1) Tahap pertama, menelaah status siswa
2) Tahap kedua perkiraan sebab
3) Pemecahan kesulitan (Partowisastro, 1984:10)
(a) Menelaah status siswa
Tahapan ini merupakan tahap identifikasi hakikat dan luas kesulitan siwa, sesuai dengan pengertian bahwa fungsi diagnosa itu adalah menetapkan masalah yang dihadapi atau mempertegas dan menetapkan latar belakang masalah yang dihadapi.
(b) Perkiraan Sebab
Langkah perkiraan sebab merupakan perkiraan atau prediksi semacam ramalan, sebab apakah yang mendasari pola belajar anak sehingga anak memperlihatkan atau melakukan belajar yang hasilnya seperti itu atau dengan bahasa yang lebih gampang kenapa anak punya kelebihan dan kekurangan.
Koestoer Partowisastro mengatakan bahwa :
Pada tahap ini teori psikologi menjadi penting, artinya yang dimaksud teori dalam hal ini adalah pernyataan mengenai hubungan diantara faktor-faktor pribadi manakah yang telah menyebabkan kesulitan tersebut. (Partowisastro, 1984:36)
Dengan pernyatan di atas dapat dipahami bahwa setiap hasil kegiatan atau setiap hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa baik hasil itu positif atau negatif, mempunyai penyebab dari pola belajar yang dimiliki oleh siswa. Dengan realitas ini penting sekali bagi pembimbing untuk mendeteksi sebab-sebab tersebut sehingga bisa mediagnosanya.
(c) Pemecahan Kesulitan
Pada tahap ini seorang pembimbing diharapkan membantu siswa yang menghadapi permasalahan bisa menghilangkan atau menyingkirkan kesulitan yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan kepada siswa berupa cara untuk menghilangkan kesulitan sesuai dengan sebab-sebab yang melatar belakangi kenapa siswa itu menampilkan tingkah laku atau hasil yang seperti yang pembimbing ketahui.
Seperti yang diungkapkan didepan, ada langkah diagnosa untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya. Untuk memecahkanmasalah atau langkah selanjutnya adalah langkah untuk menentukan jenis bimbingan yang sesuai dengan sebab-sebab kesulitan tersebut yang dikenal dengan langkah diagnosa.
Menurut I. Djumhur dan M. surya dalam lontaran pemikirannya mengatakan bahwa “Diagnosa adalah langkah untuk menentukan atau menetapkan jenis bantuan atau jenis terapi yang dilaksanakan untuk membimbing kasus”. (Ahmadi, 1990:105).
Pada penentuan jenis bimbingan, seorang pembimbing harus punya data yang sudah matang dari hasil diagnosa yang dilakukan sebelumnya agar tidak salah dalam menentukan jenis bantuan kepada siswa yang bersangkutan, maksudnya adalah pembimbing paham betul tersebut siswa yang akan diberi bantuan mengenai sebab-sebab dan latar belakang kesulitan belajar. Kemidian pada tahap selanjutnya adalah melakukan pemecahan atau pelaksanaan bimbingan.
I. Djumhur P. dan M. Surya mengatakan bahwa terapi adalah “Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan” (Ahmadi, 1990:103).
Langkah di atas adalah pelaksanaan dari pemecahan kesulitan belajar siswa yaitu kegiatan bimbingan secara kesinambungan atau kontinue dan sistimatis serta membutuhkan adanya pengamatan yang cermat, sehingga pembimbing bisa mendeteksi apakah ada kemajuan kearah positif atau masih tetap seperti semual. Metode terapi ini pembimbing bisa memilih sesuai dengan situasi dan kondisi serta eksistensi dari konselee. Baca Selengkapnya>>>