Pengaruh Metode Sorogan (Individual) Terhadap Kemampuan Membaca Al-Quran di TPQ Raudlatul Mujawwidin Kaliwungu Kabupaten Kudus

A.    Latar Belakang
Melihat perkembangan pendidikan yang tergolong dalam Taman Pendidikan Al-Qur'am (TPQ) akhir-akhir ini keberadaannya mendapat sorotan dan perhatian dari pemeritah pada umumnya, yaitu terbukti dengan adanya kucuran dana dari APBD walau dalam skala kecil. Namun hal tersebut menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan para ustadz-ustadzah TPQ.
Di samping itu keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) di tengah-tengah masyarakatpun mendapat perhatian serius dari para orang tua murid. Oleh sebab itu mau-tidak mau keberadaan Taman Pendidikan Al-Qu'ran (TPQ) dituntut supaya lebih maju sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Untuk itulah diperlukan penanganan dan pengelolaan yang profesional baik pengelolaan di bidang administrasi, maupun pengelolaan dalam kegiatan belajar mengajar. Konsekwensinya dibutuhkan guru atau ustadz-ustadzah yang profesional, jika tidak, sulit bagi TPQ untuk maju dan menghasilkan anak didik (santri) yang bermutu.
Dengan semakin majunya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perubahan dan perkembangan masyarakat menjadi semakin modern. Termasuk di dalamnya tehnik mempelajari Al-Qur'an. Oleh karena itu sangat diperlukan penguasaan dalam membaca Al-Qur'an yang sesuai dengan tajwid dan ghoribnya. Karena jika dalam membaca Al-Qur'an terjadi kesalahan sedikit saja akan membuat kesalahan dalam maknanya.
Tidak dapat disangkal lagi, membaca dan menulis adalah tangga untuk dapat mencapai ilmu pengetahuan yang akan membawa manusia ke tingkat kehidupan yang mulia dan jaya.[1]
Bagi umat Islam, membaca adalah merupakan keharusan, karena wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril AS adalah surat Al Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :

اقرأ باسم ربك الذي خلق. خلق الانسان من علق. اقرأ وربك الأ كرم .الذي علم بالقلم. علم الا نسا ن ما لم يعلم (العلق 1- 5)

Artinya  :   "Bacalah! dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! dan Tuhanmu yang Maha Pemurah yang telah mengajar manusia dengan qolam (melalui tulis baca). Dialah yang mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya".[2]

Oleh karena itu, keterampilan membaca merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui suatu ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Dalam hal ini seorang santri/siswa harus memiliki keterampilan membaca. Adapun salah satu cara untuk memiliki keterampilan membaca Al-Qur'an adalah dengan sistem sorogan (individual), yaitu siswa berhadapan langsung dengan guru dan belajar sesuai tingkat kemampuannya. Padahal sistem sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan kedisiplinan pribadi santri/siswa.[3]
Di samping itu sistem sorogan ini terbukti sangat efektif bagi seorang santri/siswa yang bercita-cita untuk menjadi seorang alim[4], dan mahir dalam membaca Al-Qu'ran.

B.    Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam skripsi ini dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana pelaksanaan metode sorogan (individual) dalam kegiatan belajar mengajar di TPQ Raudlatul Mujawwidin Kaliwungu Kabupaten Kudus ?
2.      Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur'an bagi siswa atau santri  TPQ Raudlatul Mujawwidin Kaliwungu Kabupaten Kudus ?
3.      Sejauhmana metode sorogan berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al Qur'an di TPQ Raudlatul Mujawwidin Kaliwungu Kabupaten Kudus    tersebut ?

C.     Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian skripsi ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pelaksanaan metode sorogan (individual) di TPQ Raudlatul Mujawwidin Kaliwungu Kabupaten Kudus.
2.      Untuk mengetahui kemampuan membaca bagi santri/siswa TPQ Raudlatul Mujawwidin Kaliwungu Kabupaten Kudus.
3.      Untuk mengetahui ada tidak adanya pengaruh metode sorogan terhadap kemampuan membaca Al-Qur'an di TPQ Raudlatul Mujawwidin Kabupaten Kudus tersebut.

D.     Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul.[5]
Agar dalam penelitian yang menggunakan analisis statistik ini dapat terarah, maka langkah awal yang perlu ditempuh adalah merumuskan hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah : "Semakin siswa/santri aktif mengikuti kegiatan sorogan (individual) maka kemampuan membaca Al-Qur'an semakin baik”.

[1] Sholah Abdul Qodir Al-Bakriy, Al-Qur'an dan Pembinaan Insan, PT. Al Ma'arif, Bandung, 1982, hlm. 129.  
[2]Al-Qur'an Surat Al-Alaq ayat 1-5, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsir Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1995, hlm. 1079.
[3]Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, LP3ES, Jakarta, 1985, Cetakan IV, hlm. 20.
[4]Ibid., hlm. 29.
[5] Saifuddin Anwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Jakarta, 1997, hlm. 49.