A. Latar Belakang Masalah
Bagi pendidikan Islam dampak teknologi telah mulai menampakkan diri, yang pada prinsipnya berkekuatan melemahnya daya mental spiritual. Suasana permasalahan baru yang tampaknya harus dipecahkan oleh pendidikan Islam pada khususnya antara lain adalah dehumanisasi pendidikan dan netralisasi nilai-nilai agama. Terjadinya perbenturan antara nilai-nilai sekuler dan nilai absolutisme dari Tuhan akibat rentannya pola pikir manusia teknologis yang bersifat pragmatis relativistis inilah, pendidikan Islam harus mampu membuktikan kemampuannya untuk mengendalikan dan menangkal dampak-dampak negatif dari iptek terhadap nilai-nilai etika keagamaan Islam serta nilai-nilai moral dalam kehidupan individual dan sosial.[1]
Persoalan besar yang muncul di tengah-tengah umat manusia sekarang ini adalah krisis spiritualitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dominasi rasionalisme, empirisme, dan positivisme, ternyata membawa manusia kepada kehidupan modern di mana sekularisme menjadi mentalitas zaman dan karena itu spiritualisme menjadi suatu tema bagi kehidupan modern. Sayyed Hossein Nasr dalam bukunya, sebagai dikutip Syafiq A. Mughni menyayangkan lahirnya keadaan ini sebagai The Plight Of Modern Man, nestapa orang-orang modern.[2]
Manusia modern dalam istilah Auguste Comte, peletak dasar aliran Positivisme sebagai dikutip Abdul Muhayya, adalah mereka yang sudah sampai kepada tingkatan pemikiran positif. Pada tahapan ini manusia sudah lepas dari pemikiran religius dan pemikiran filosofis yang masih global. Mereka telah sampai kepada pengetahuan yang rinci tentang sebab-sebab segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini.[3]
Seiring dengan lepasnya pemikiran religius dan filosofis, manusia menyadari pentingnya aspek esoteris (batiniah) di samping aspek eksoteris (lahiriah). Namun kenyataan menunjukan bahwa aspek esoteris tertinggal jauh di belakang kemajuan aspek eksoteris. Akibatnya orientasi manusia berubah menjadi kian materialistis, individualistis, dan keringnya aspek spiritualitas. Terjadilah iklim yang makin kompetitif yang pada giliranya melahirkan manusia-manusia buas, kejam, dan tak berprikemanusiaan sebagai dikatakan Tomas Hobbes sebagaimana disitir oleh Nasruddin Razak, Homo Homini Lupus Bellum Omnium Contra Omnes (manusia menjadi srigala untuk manusia lainya, berperang antara satu dengan lainnya).[4]
Pergeseran nilai sebagaimana diungkapkan di atas, mulai dirasakan dampaknya yaitu munculnya individu-individu yang gelisah, gundah gulana, rasa sepi yang tak beralasan bahkan sampai pada tingkat keinginan untuk bunuh diri. Keadaan ini tentunya sudah menyangkut pada aspek kesehatan jiwa manusia dalam mengarungi kehidupan yang makin kompleks. Mulailah manusia melirik disiplin ilmu tasawwuf dengan segala cabang-cabangnya guna memberikan solusi dalam menyikapi gejolak nafsu manusia yang sudah sampai pada tataran yang mengkhawatirkan.
Dewasa ini disiplin ilmu tasawuf telah makin memikat para cendekiawan. Saat ini referensi ilmu tasawuf yang terpampang di toko-toko buku laku keras, baik yang berorientasi falsafi, akhlaki maupun amali. Namun demikian di tengah-tengah laku kerasnya buku-buku tasawuf, sebagian orang meneliti dan mengkaji pemikiran tasawuf K.H.Ahmad Rifa’i. Ia merupakan tokoh lama yang sudah barang tentu pemikiran dan gagasannya cukup efektif pada zamannya, dan dihubungkan dengan konteks masa kini pun masih relevan dalam hubungannya dengan pendidikan Islam.
Sebabnya meneliti pemikiran K.Ahmad Rifa’i karena dalam karyanya seperti Abyan al Hawa’ij terdapat konsep tasawuf yang jika dihubungkan dengan pendidikan Islam, maka konsep pemikirannya relevan dengan tugas dan tujuan pendidikan Islam. Meskipun pemikirannya klasik tapi penting ditelaah mengingat masih aktual dengan kebutuhan pendidikan Islam.
Berdasarkan uraian tersebut mendorong peneliti mengangkat tema ini dengan judul: Tasawuf dan Pendidikan Islam (Studi Tentang Pemikiran KH.Ahmad Rifa’i Dalam Kitab abyan al-Hawa’ij).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya.[5] Maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana konsep Tasawuf K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Abyan al- Hawaij?
2. Bagaimana posisi tasawuf dalam pendidikan Islam menurut K.H Ahmad Rifa’i ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini:
1. Untuk mengetahui konsep tasawuf K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Abyan al- Hawaij?
2. Untuk mengetahui posisi tasawuf dalam pendidikan Islam menurut K.H Ahmad Rifa’i ?
D. Tinjauan Kepustakaan
Berdasarkan hasil penelitian di perpustakaan, ditemukan adanya beberapa penelitian yang mengangkat pemikiran K.H.Ahmad Rifa’i di antaranya:
Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam Menentang Kolonial Belanda, disusun oleh H. Sadirin Amin yang membahas tentang: corak tasawuf Jawa modern. Dalam kitab-kitabnya banyak ditemukan tasawuf dan kemudian dijadikan hukum/syari’ah yang dapat dicerna oleh akal manusia serta dapat diamalkan dengan mudah di berbagai lapisan masyarakat. Pokok pola pikir K.H. Ahmad Rifa’i tersebut bisa dipahami, karena arah pemikiran ulama besar ini adalah pada pendidikan keseimbangan hidup antara rohani dan jasmani, ukhrowi dan duniawi.
Pemikiran K.H Ahmad Rifa’i tentang Rukun Islam Satu, oleh H. Sadirin Amin yang memaparkan tentang paham rukun Islam satu dan rukun Islam lima tidak berbeda secara fundamental. Perbedaannya hanya terletak pada sebutan istilah rukun dan kewajiban. Kedua paham itu sepakat bahwa rukun pokok Islam yang dapat menentukan status keislaman seseorang hanya menyatakan dua syahadat, adapun empat lainnya merupakan rukun rukun kewajiban orang Islam yang harus ditegakkan.
Konsep Dakwah K.H. Ahmad Rifa’I (Kajian Filologi) oleh Supriyono yang membahas tentang: konsep konsep dakwah K.H.Ahmad Rifa’i itu merupakan murni hasil penalaran beliau terutama tentang syarat sah Da’i dan sayarat wajib dakwah.
Hasil penelitian lainnya yang sangat baik, akurat dan menarik dijadikan rujukan utama adalah:
Islam Indoesia Abad Sembilan Belas (Studi Tentang Protes Keagamaan K.H Ahmad Rifa’I Kalisalak) Oleh H.Abdul Djamil. Di dalamnya diungkapkan bahwa K.H.Ahmad Rifa’I merupakan salah satu tokoh yang memotivasi rakyat untuk melawan penjajah yang menggunakan berbagai cara untuk menciptakan mobilitas anti kemapanan, yang diciptakan oleh pemerintah kolonial. Tipologi gerakan K.H Ahmad Rifa’i tidak termasuk dalam kategori gerakan fisik, seperti yang terjadi pada abad ke 20 yang berbentuk konfrontasi secara fisik. Gerakannya masuk dalam kategori gerakan protes yakni gerakan yang mengekpresikan ketiaaksetujuannya terhadap perilaku elit kekuasaan yang tidak Islami.
Adapun penelitian dalam bentuk buku yang tersebar di pasaran dapat disebutkan misalnya karya Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa, Pemikiran dan Gerakan Islam KH.Ahmad Rifa’i Kalisalak. Buku ini adalah suatu rekonstruksi historis terhadap pemikiran dan gerakan keagamaan KH.Ahmad Rifa’i, seorang kiai yang berbasis di sebuah desa kecil, Kalisasak, Batang, Jawa Tengah, pada awal abad ke-19. K.H.Ahmad Rifa’i adalah penyusun puluhan kitab berbahasa Jawa yang berisi ajaran-ajaran keIslaman untuk kontks sosial, politik, dan ekonomi waktu itu. Dalam pengamatan penulis, buku yang disusun Abdul Djamil merupakan karya ilmiah yang kualitas kajiannya sangat tajam dan enak dibaca. Dalam kata pengantarnya penulis buku ini menerangkan:
Buku ini merupakan rekonstruksi sejarah intelektual dan sejarah sosial dari tokoh gerakan rifa’iyah yang bernama KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak menyangkut pemikiran dan gerakan islamnya. Yang dimaksud dengan sejarah intelektual ini adalah rekonstruksi pemikiran Islam yang berserakan dalam tulisannya yang berjumlah 69, terdiri dari tiga ilmu keislaman, yaitu ushul, fiqh dan tasawuf. Adapun pengertian sejarah sosial dalam buku ini adalah rekonstruksi gerakan Islam Kyai Rifa’i menyangkut dinamikanya di tengah-tengah gerakan sosial keagamaan pada abad ke-19.
Rekonstruksi ini akan menghasilkan tipologi tersendiri dan berbeda dengan pemikiran dan gerakan lainnya. Dalam melakukan rekonstruksi tersebut, dipergunakan pertimbangan sosiologis sehingga nampak pemikiran maupun gerakan islamnya memiliki kaitan dengan suasana Kalisalak dan sekitarnya pada abad ke-19. Inilah yang membedakannya dengan tradisi pemikiran dan gerakan Islam di Jawa pada waktu itu.[6]
E. Metode Penelitian
Adapun metode yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Oleh karena itu guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan, peneliti menelaah buku-buku kepustakaan yang relevan dengan judul skripsi ini.
2. Sumber Data
Data-data yang berasal dan kepustakaan pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua sumber, yaitu sumber primer dan sekunder.
a. Data Primer
Data ini merupakan sumber pokok yang diperoleh melalui kitab yang berjudul Abyan al-Hawaij yang masih merupakan manuskrip asli.
b. Data Sekunder
Data ini merupakan data penunjang yang dijadikan alat untuk membantu dalam penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-sumber dari penulis lain yang berbicara tentang pemikiran KH.Ahmad Rifa’i Tentang Tasawuf dan Pendidikan Islam.
3. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode analisis yaitu jalan yang ditempuh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang diteliti atau cara penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain guna sekedar memperoleh kejelasan mengenai suatu hal. Setelah itu, perlu dilakukan telaah lebih lanjut guna mengkaji secara sistematis dan objektif. Untuk mendukung hal itu, maka peneliti mengunakan metode:
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah membahas obyek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh. Adapun teknik deskriptif yang digunakan adalah analisa kualitatif. Dengan analisa ini akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau pola tertentu. Yang akan dicapai dalam analisa ini adalah menjelaskan pokok-pokok penting dalam sebuah manuskrip.
b. Metode Interpretasi
Metode Interpretasi adalah suatu upaya untuk mengungkapkan atau membuka suatu pesan yang terkandung dalam teks yang dikaji, menerangkan pemikiran tokoh yang menjadi obyek penelitian dengan memasukkan faktor luar yang terkait erat dengan permasalahan yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca dapat memahami tentang isi skripsi ini, peneliti memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling berkait.
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; tinjauan kepustakaan; metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, tasawuf dan pendidikan Islam yang meliputi tasawuf (pengertian tasawuf, Ajaran-ajaran tasawuf); pendidikan Islam ( Pengertian pendidikan dan Pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam)
Bab ketiga, konsep tasawuf K.H.Ahmad Rifa’i yang meliputi biografi, perjuangan dan karya-karya ilmiah K.H.Ahmad Rifa’i (latar belakang K.H.Ahmad Rifa’i, perjuangan, karya-karya ilmiah) dan pendapat K.H.Ahmad Rifa’i tentang tasawuf dalam kitab Abyan Al-Hawa’ij
Bab keempat, analisis konsep Tasawuf K.H.Ahmad Rifa’i relevansinya dengan tugas dan tujuan pendidikan Islam meliputi analisis Konsep Tasawuf K.H.Ahmad Rifa’i Dalam Kitab Abyan al-Hawaij; Posisi Tasawuf dalam Pendidikan Islam Menurut K.H.Ahmad Rifa’i
Skripsi ini ditutup dengan bab kelima yaitu bab penutup, yang memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting.
[1] Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hlm. 45-46.
[2] Syafiq A. Mughni, Nilai-Nilai Islam, (Yogyakarta Pustaka Pelajar, , 2001), hlm. 95.
[3] Abdul Muhayya, “Peranan Tasawwuf dalam Menaggulangi Krisis Spiritual” dalam HM. Amin Syukur dan Abdul Muhayya, (Ed), Tasawwuf dan Krisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm 21.
[4] Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1973), hlm. 19.
[5] Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet 7, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), hlm. 312.
[6] Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa, Pemikiran dan Gerakan Islam KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm. VIII.