Dinasti
ini berkembag persis yang mendapat posisi istimewa masa kholifah al makmun
(kholifah Abbasiyah). Dinasti yang didirikan sama khuda ini berhasil menempati
posisi srategis masa al-makmun. Keturunan saman khuda menempati posisi Tronok
sania. Kondisi politik samaniah juga sangat kompleks, namun demikian samaniah
mencapai puncak kejayaan nya pada masa ismail di karnakan (1) mampu
menghancurkan saffawiyah, (2) memperluas wilayah hingga tabaristan. Berdirinya dinasti ini berawal ketika kholifah
Al-Mu’tamit (Abasiyah) mengangkat ismail sebagai penguasa di Transoksania yang
kemudian juga mampu menguasai Bukhara di bantu saudaranya Nasr bin Ahmad, dari
sinilah bermula pemerintahan Samaniah. Adapun kepala pemeriantahan nya sebagai
berikut[1]:
·
Nashr I bin
Ahmad
·
Ismail bin
Ahmad
·
Ahmad bin
Ismail
·
Nashr II bin
Ahmad
·
Nourh I bin
Nashr
·
Abdul Malik I
bin Nourh
·
Mashour I bin
Nouh
·
Nouh II bin
Manshur
·
Manshur II bin
Nour II
·
Abdul Malik II
bin Nour II
Sepeninggal
Ismail Samaniah mulai lemah dikarnakan sosok pemimpin nya. Ahm ad bin Ismail missal nya Mati terbunuh
dan d i makam kanm kan diBukhara dan belum sempat memberikan konstribusi
berarti. Dikarnakan anaknya masih kecil maka makin menambah lemah nya kondisi
politik Samaniah terbukti dengan adanya Iskhaq dan Ilyas paman nya. Selain
konflik internal Samaniah juga sempat
berselisih dengan dinasti Buwaihiyah. Yaitu pada masa Nourh I bin Nashr dan
Abdul Malik I bin Nourh. Di karnakan perebutan wilayah Rayy dan Jibal yang
sebelum nya dikuasai Buwaihiyah.
[1]
Zainal abidin, Ilmu politik islam IV, (Jakarta: bulan bintang, 1978). Hal: 113