Dari hasil analisis klasik Kuznet
(1964), negara agraris seperti Indonesia, pertanian berperan sebagai sumber
penting bagi pertumbuhan permintaan domestikbagi produk-produk dari
sektor-sektor ekonomi lainya. Program pembangunan sektor pertanian meliputi
program peningkatan di kelima subsektornya (sektor tanam pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan).program pembangunan tersebut ditunjang
dengan program pembangunan saran dan prasarananyaseperti pengadaan dan
pelacakan faktor produksi, dan pengembangan jaringan irigasi. Pada PJP I sektor
pertanian merupakan prioritas pembangunan ekonomi. Pertumbuhannya rata-rata 3,6
% per tahun.
Sampai tahun 1990 pertanian masih
merupakan penyumbang utama dalam perekonomian. Namun setelah itu posisi sektor
pertanian digeser oleh sektor produksi pengolahan. Hal ini sesungguhnya
memprihatinkan, bukan karena sektor pertanian tidak berkembang, namun mengingat
masih banyak tenaga kerja yang bekerja disektor ini. Sampai dengan tahun 1992
saja tercatat lebih dari separo tenaga kerja yang bekerja di sektor ini.
Di antara lima subsektor yang ada pada
sektor pertanian, pemeran terbesar adalah sektor tanaman pangan. Subsektor
inilah yang menjadi sandaran nafkah utama bagi sebagian besar rakyat Indonesia,
terutama bagi penduduk yang bertempat tinggal di desa. Selain itu sektor inilah
yang mendapat perhatian besar dari pemerintah, sayangnya pertumbuhannya tidak
setabil, selam Pelita I hingga Pelita III berkembang selaju 4,0 % rata-rata per
tahun. Dalam Pelita IV laju pertumbuhan menurun menjadi 3,6 %.
Menurunnya sektor pertanian di satu sisi
meningkatnya sektor industri di sisi lain. Hal ini menunjukan berubahnya
struktur perekonomian di Indonesia, namun perubahan ini belum jelas, sehingga
produktivitas antar sektorpun masih timpang. Demikian pula denganpendapatan
perkapita antar sektor. Ketimpangan yang ada disebabkan konsentrasi pemerintah
pindah pada sektor industrilisasi, padahal menurut teori klasik dan hasil-hasil
empiris dari Bank Dunia menyatakan bahwa keberhasilan Industrilisasi selalu
diiringi dengan pertumbuhan yang berkelanjutandan perbaikan produktivitas di
sektor pertanian. Jadi apabila sektor pertanian tidak mengalami perbaikan, maka
sektor industripun akan mudah tersendat.[1]
[1] Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Erlangga.
hal.206