Efektivitas Orang Tua Membimbing Anak Dalam Membaca Al-Qur'an

Membimbing anak dalam belajar membaca Al-Qur’an

Orang tua merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh kuat sekali terhadap anak, di dalam lingkungan inilah anak-anak mengenal berbagai pendidikan dan salah satunya adalah bimbingan orang tua.

Bimbingan diartikan suatu proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing (dalam hal ini orang tua) kepada anak, agar anak dapat menerima memahami dirinya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya (keluarga, masyarakat, sekolah) dan mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakat.[1]
Dalam rangka pengembangan kemampuan membaca Al-Qur’an (kitab suci agama Islam) kepada anak, peran serta bapak atau ibu sebagai pembimbing sangat berpengaruh. Bentuk bimbingan yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam hal ini, seperti supaya menyuruh anak untuk pergi mengaji, membantu dalam belajar, membantu dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami dan lain sebagainya, yang hubungannya dengan belajar membaca Al-Qur’an. Tugas orang tua adalah kontrol terhadap anak dalam kegaitan belajar anak. Dengan melakukan bimbingan kepada anak, orang tua sudah bertindak sebagai pendidik terhadap anak-anaknya dan memenuhi tanggung jawab[2]. Kendatipun orang tua tidak mengajar sendiri, dan diserahkan kepada orang lain atau lembaga pendidikan. Dan ini harus lebih banyak dapat dilakukan karena jarang orang tua yang dapat mengajar langsung anak-anaknya, baik karena faktor kemampuan atau waktu dan sebagainya.

Mencukupi kebutuhan  anak dalam membaca Al-Qur’an

Anak akan dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan belajarnya dapat dipenuhi atau dicukupi. Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan anak ada yang bersifat internal dan eksternal.
Menurut Masllow dalam buku “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” karangan Slameto dikatakan bahwa kebutuhan yang internal yaitu kebutuhan yang ada di dalam diri anak itu sendiri. Dengan membagi kebutuhan tersebut menjadi tujuh jenjang kebutuhan, yakni :

1)      Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan jasmani manusia, misalnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat dan kesehatan.
2)      Kebutuhan akan keamanan. Manusia membutuhkan ketentraman dan keamanan jiwa. Ketidakseimbangan mental dan kegoncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat mengganggu kelancaran belajar seseorang.
3)      Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta. Manusia dalam hidup membutuhkan kasih sayang dari orang tua, saudara dan teman-teman yang lain.
4)      Kebutuhan akan status, (misalnya keinginan akan keberhasilan). Tiap orang akan berusaha agar keinginannya dapat berhasil.
5)      Kebutuhan self-actualisation. Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tiap orang tentu berusaha untuk memenuhi keinginan yang dicita-citakan.
6)      Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan informasi dan untuk mengerti sesuatu.
7)      Kebutuhan estetika yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan.[3]

Sedangkan kebutuhan eksternal yaitu yang ada di luar diri pribadi anak, umpamanya kebersihan lingkungan rumah, penerangan serta keadaan lingkunan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya :
1)      Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.
2)      Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat membantu mata.
3)   Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya bahan-bahan yang berkaitan dengan membaca Al-Qur’an, maka tersedianya Al-Qur’an atau Juz Amma di rumah dan bahan peralatan sekolah lainnya.
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur’an, perhatian orang tua pada kebutuhan belajar anak sangat dibutuhkan baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Memotivasi anak belajar membaca Al-Qur’an

Yang perlu untuk diperhatikan bagi orang tua terhadap kegaitan belajar anak adalah memberikan dorongan atau motivasi pada mereka. Sebab ini merupakan hal yang sangat penting untuk membantu anak mencapai keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur’an.

Salah satu bentuk perhatian orang tua dengan memberikan motivasi belajar membaca Al-Qur’an adalah dengan cara memberikan hadiah ketika mendapat nilai ulangan yang lebih bagus, mendorong anak untuk masuk ke taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) atau mengaji di musholla atau masjid, mendampingi anak setiap belajar dan lain sebagainya. Yang tujuan dari motivasi tersebut adalah untuk menggerakkan atau menggugah anak agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.[4]

Terkadang anak mempunyai sifat malas, kalau sifat tersebut dibiarkan, maka anak akan ketinggalan jauh dengan teman-temannya yang rajin belajar. Sifat malas ini bisa saja datangnya dari orang tuanya. Orang tua tidak memperhatikan anak-anaknya, membiarkan saja tanpa tidak pernah mengurusnya karena sibuk dengan pekerjaan. Kemudian orang tua yang memiliki banyak anak, sudah pasti akan merasa repot, sehingga perhatian terhadap anak yang satu dan yang lain akan kurang. Dengan demikian anak yang setiap saat dipantau ataupun didampingi oleh orang tuanya akan merasa termotivasi untuk lebih giat lagi belajarnya.

Memberi teladan kepada anak dalam belajar membaca Al-Qur’an

Disamping bentuk perhatian orang tua terhadap anak dalam membaca Al-Qur’an tersebut di atas, adanya keteladanan dari orang tua  juga penting. Orang tua hendaknya memberi atau menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena anak akan merasa yakin bahwa perbuatannya itu benar, bila orang tuanyapun melakukan hal yang sama. Dalam hubungan dengan minat membaca pada anak, orang tua harus menunjukkan bahwa ia juga suka membaca.[5]
Berkaitan dengan membaca Al-Qur’an ini setidaknya orang tua memberikan contoh agar mereka juga membiasakan membaca Al-Qur’an sehabis sholat Maghrib dan menjadi pecinta Al-Qur’an dalam arti membuat membaca Al-Qur’an menjadi kebiasaan pribadi dan keluarga, di samping tidak melupakan orang tua harus pandai menciptakan suasana santai dan menyenangkan di dalam keluarga yang dapat mendukung anak suka dan pandai membaca Al-Qur’an dengan baik.

Foot-Note
[1]Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Penyelenggara Pendidikan di Sekolah Dasar, Depdikbud, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal. 61.  [2]Muhammad Zein, Op.Cit., hal. 227.  [3]Slameto, Op Cit, hal. 61.  [4]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1997, hal. 73. [5]M. Enoch Markum, Anak, Keluarga dan Masyarakat, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991, hal. 145.