Pengertian Hakikat Manusia Dalam Pendidikan Islam

Hakikat manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah, akal, kalbu, kemauan serta amanah. Manusia dengan segenap potensi (kemampuan) kejiwaan naluriah, seperti akal pikiran, kalbu kemauan yang ditunjang dengan kemampuan jasmaniahnya, manusia akan mampu melaksanakan amanah Allah dengan sebaik-baiknya sehingga mencapai derajat manusia yang sempurna (beriman, berilmu dan beramal) manakala manusia memiliki kemaunan serta kemampuan menggunakan dan mengembangkan segenap kemampuan karunia Allah tersebut. Dr. Ali Syari’ati dalam buku yang berjudul “Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat menyatakan bahwa, “manusia adalah makhluk satu-satunya di alam semesta ini yang memiliki Ruh Ilahi dan bertanggung jawab atas amanat Allah, serta berkewajiban berakhlak dengan akhlak Allah”[1]. Salah satu upaya dalam rangka memberdayakan manusia yang berkualitas bijak, terampil serta berkepribadian dan berakhlak luhur adalah dengan melalui pendidikan. Dengan demikian manusia sebagai makhluk yang memiliki fitrah, akal, kalbu, kemauan serta amanah.

Dalam konsepnya, ada beberapa bagian yang kami rangkum dalam mengartikan Pengertian Hakikat Manusia. Yang pertama di tilik dari segi fitrah, manusia sebagai makhluk yang sempurna, dan manusia sebagai makhluk yang dapat dididik.
pertama: Manusia sebagai makhluk yang fitrah :

Fitrah adalah kejadian asal atau pembawaan asli yang ada pada diri manusia beserta sifat dan potensinya. Menurut Dr. M. Quraish Shihab dalam buku yang berjudul “Wawasan Al Quran” menyatakan bahwa, “kata fitrah terambil dari akar kata fathr yang berarti belahan atau kejadian, fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahirnya”. Untuk Lebih Memamahami konsep manusia sebagai makhluk yang fitrah, silahkan baca Manusia sebagai makhluk yang fitrah.
 
kedua : Manusia Sebagai Makhluk yang Sempurna

Menurut Zuhairini dalam buku yang berjudul “Filsafat Pendidikan Islam” menyatakan bahwa, “kesempurnaan bentuk fisik tersebut, masih dilengkapi oleh Allah dengan ditiupkan kepadanya ruhnya, sehingga manusia mempunyai derajat yang mulia, lebih mulia dari malaikat”[1]. Karunia Allah yang begitu besar yang diberikan kepada manusia tersebut merupakan bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna, memiliki derajat paling tinggi bahkan melebihi derajat malaikat. Baca juga ulasan lengkapnya mengenai Manusia Sebagai Makhluk yang Sempurna.

Manusia secara kodrati bukanlah malaikat atau setan. Malaikat adalah makhluk yang senantiasa taat kepada semua perintah Allah, sedangkan setan adalah makhluk yang senantiasa mengingkari perintah Allah. Menurut Dr. Chairil Anwar dalam buku yang berjudul “Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI” menyatakan bahwa, “manusia adalah makhluk ideal yang posisinya berada diantara kedua ekstrim malaikat dan setan”[2]. Oleh karena itu manusia bisa memiliki sikap patuh dan taat terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, namun sebaliknya manusia bisa pula mengingkari perintah Allah dan mengerjakan larangan-Nya. 

ketiga : Manusia Sebagai Makhluk yang Dapat Dididik

Ada perbedaan yang khas antara manusia dengan binatang. Binatang adalah makhluk yang tidak dianugerahi akal pikiran, sedangkan manusia adalah makhluk yang dianugerahi akal pikiran. Manusia, karena memiliki akal pikiran, maka dalam pendidikan manusia dijuluki “Animal Educandum”, artinya manusia adalah makhluk yang dapat dididik. Menurut prof. Dr. H. Sunarto dalam buku yang berjudul “Perkembangan Peserta Didik” menerangkan bahwa, “manusia adalah makhluk yang dapat dididik atau “homo educandum”[1]. Menurut Achmadi dalam buku yang berjudul “Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan”, menyatakan bahwa, “manusia adalah binatang yang mendidik dan dididik (animal educandum)”[2]. Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran, dan dengan melalui akal itu pula manusia dapat dididik. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat dididik. Berikut pengertian selengkapnya mengenai ManusiaSebagai Mahluk yang Dapat Dididik.

Daftar-Pustaka

[1] Prof.Dr.Sunarto, Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, halaman 2. [2] Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, halaman 27. [1] Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, halaman 78. [2] Dr. Chairil Anwar, Islam dan Tantangan Abad XXI, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2000, halaman 126. Dr. Ali Syari’ati, Humanisme antara Islam dan Mazhab barat, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1992,  halaman 47.