Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu metha dan hodos, metha berarti melalui atau melewati, sedangkan hodos berarti jalan atau cara.[1] Metode secara harfiah diartikan “cara”. Dalam pemakaian umum metode diartikan sebagai cara melakukan kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.[2]
Metode merupakan cara yang dipergunakan dalam pengajaran sebagai strategi, metode ikut memperlancar ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Metode ini akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan respon pengetahuan, ketrampilan dan sikap.[3]
Dengan demikian pengertian metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi jika dikaitkan dengan istilah mengajar, dimana mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan, sedangkan metode mengajar sendiri adalah salah satu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.[4]
Sedangkan kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yang mendapat awalan pe dan akhiran-an. Menurut Muhibbin Syah, belajar mempunyai arti tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[5] Sedangkan menurut Sardiman pengertian belajar dibagi menjadi dua yaitu pengertian luas dan khusus. Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagaian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.[6]
Jadi di dalam pembelajaran itu ditemukan dua pelaku yaitu pelajar dan pembelajar. Pelajar adalah subyek yang belajar, sedangkan pembelajar adalah subyek (guru) yang “membelajarkan” pelajar (siswa). Pembelajaran sendiri adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif. Sedangkan desain instruksional merupakan program pengajaran yang dibuat oleh guru secara konvensional disebut juga persiapan mengajar.[7]
Dari berbagai jenis definisi di atas dapat disimpulkan pengertian metode pendidikan Islam dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak adalah cara-cara yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian seperti itu haruslah dipahami bahwa pembelajaran adalah suatu suatu dalam unsur (tujuan, materi, metode alat atau sumber belajar dan penilaiannya) yang saling berkaitan dengan satu dengan yang lain.
Untuk dapat mengolah dan merancang pembelajaran dan proses pembelajaran, seorang guru harus hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Karakteristik tujuan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil peningkatan.
b. Karakteristik mata pelajaran atau bidang studi yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan dan mempelajarinya.
c. Karakteristik siswa, yang mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia dan jenis kelamin, dan yang lainnya.
d. Karakteristik lingkungan atau setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas perasaan, alokasi jam pertemuan dan yang lainnya.
e. Karakteristik guru, meliputi filosofisnya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman pendidikannya dan yang lainnya.[8]
Faktor penentu kegiatan pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan kesatuan yang mempengaruhi suatu dengan yang lain. Hal ini berarti, guru tidak terbatas dan kewajibannya untuk memperhatikan faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk memperjelas hubungan faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran, dapat kita perhatikan diagram berikut ini. [9]
Pengertian Metode Pembelajaran |
Dari diagram di atas hubungan antara faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran, kita dapat jelaskan bahwa selain faktor-faktor eksternal (di luar dari guru), faktor-faktor internal (dalam diri guru) juga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti kegiatan pembelajaran dilaksanakan, dan guru memiliki kompetensi yang diselenggarakan dapat disamakan dengan mesin yang memiliki satu fungsi. Oleh karena pentingnya pembelajaran ini, maka pemanfaatan teknik pembelajaran ini, maka pemanfatan teknik pembelajaran itu hendaknya disesuikan dengan karakteristik guru, karakteristik tujuan, karakteristik mata pelajaran dan karakteristik alat pembelajaran
Referensi
[1]Ramayulis, Metodologis Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2001, hlm. 107. [2]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1997, hlm. 201. [3]Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 70. [4]Ibid, hlm. 108. [5]Muhibbin Syah, Op.cit., hlm. 92. [6]Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 20-21. [7]Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 296. [8]Ibid, hlm. 132. [9]Ibid, hlm. 133.
Referensi
[1]Ramayulis, Metodologis Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2001, hlm. 107. [2]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1997, hlm. 201. [3]Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 70. [4]Ibid, hlm. 108. [5]Muhibbin Syah, Op.cit., hlm. 92. [6]Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 20-21. [7]Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 296. [8]Ibid, hlm. 132. [9]Ibid, hlm. 133.