Tanggung Jawab Masyarakat Terhadap Pendidikan

Masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan merupakan lingkungan luas yang mempresentasikan akidah dan akhlak, serta nilai-nilai dalam prinsip yang telah ditentukan.[1] Sedangkan tugas masyarakat dalam pendidikan meliputi bidang yang cukup luas dan bermacam-macam yaitu membuat hal-hal terkecil dalam hidup sampai departemen-departemen dan perusahaan-perusahaan besar.[2]

Begitu pula lingkungan masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang bermacam-macam (heterogen) seperti orang berbeda-beda dan peristiwa-peristiwa.[3] Karena anak merupakan bagian dari lingkungan masyarakat yang mempunyai hasrat untuk menyatu dengan lingkungan hal tersebut timbul agar dapat menghadapi dan menyesuaikan diri sehingga hendaklah manusia mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Di dalam Islam itu sendiri telah jelas diungkapkan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT dari seorang laki-laki dan perempuan, berkelompok agar diantara mereka saling mengenal dan menjalin hubungan dengan masyarakat, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi :

ياايها الناس انا خلقنكم ذكر وانثى وجعلكم شعوبا وقبائل لتعارفوا قلى ان اكرمكم عند الله اتقكم قلى ان الله عليم خبير (الحجرات : 13)

Artinya :  “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari laki-laki da seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Al-Hujurat : 13). [4]

Untuk itu diperlukan sebuah lingkungan masyarakat yang baik untuk menunjang berkembangnya IPTEK yang lebih baik Islam mendasarkan tentang hal tersebut agar mendirikan dasar amar ma’ruf nahi munkar dalam kerangka individu maupun komunitas, pada tingkat khusus maupun umum, untuk menjalin bimbingan yang besar dan menciptakan iklim yang kondusif, menyiapkan lingkungan yang subur, agar umat dan masyarakat melaksanakan tanggung jawab pendidikan serta bimbingan menuju kebaikan, kebenaran dan kesadaran.[5]

Al-Qur'an juga mengancam masyarakat yang meridhai kemungkaran kesesatan dan perbuatan maksiat. Sebab akibat dosa yang ditimbulkan akan membawa kehancuran yang meliputi semua orang bahwa malapetaka akan mengancam seluruh umat.[6] Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi :

والتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعرف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون (العمران 104)

Artinya : “Dan hendaklah diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, maka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran : 104)[7]

Secara fungsional masyarakat menerima anggotanya yang pluralistik (majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para anggotanya yaitu kesejahteraan mental spiritual dan fisikal atau kesejahteraan lahir dan batin yang dalam GBHN disebut masyarakat adil dan makmur di bawah lindungan Allah.[8]
Kemudian secara fungsional dan struktural di lingkungan masing-masing bertanggung jawab terhadap prilaku dan tingkah laku warganya. Kemudian secara konsepsional tanggung jawab pendidikan oleh kedua jenis pemimpin masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang damai antara lain adalah :
a.   Mengawasi jalannya nilai sosial budaya
b.   Menyalurkan aspirasi masyarakat
c.   Membina dan meningkatkan kualitas masyarakat.[9]
 
Peran Masyarakat dalam dunia Pendidikan
Adapun peran masyarakat dalam dunia pendidikan diantaranya :
1) Menciptakan suasana yang sangat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional
2) Ikut menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta)
3) Membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana.
4) Menyediakan lapangan kerja
5) Membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung[10]

Kesadaran akan tanggung jawab pendidikan mereka ditingkatkan dan dibina, agar tujuan nasional terwujud lebih cepat. Tentu saja keterlibatan dari semua pihak  di lingkungan masing-masing perlu melibatkan diri secara aktif. Sehingga masyarakat setempat lebih menghargai mereka dan mendapat di hati masyarakat.

b.   Pengaruh masyarakat terhadap pendidikan

Ada tiga sifat penting pendidikan, diantaranya :
1)   Pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai.
Pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan sesuai dengan harapan masyarakat karena tujuan pendidikan mengandung nilai, maka isi pendidikan harus memuat nilai. Sedangkan proses pendidikannya juga harus  bersifat membina dan mengembangkan nilai.

2)   Pendidikan diarahkan pada kehidupan masyarakat
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk menghadapi kehidupan dalam masyarakat. Dengan pendidikan generasi muda dapat mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat, memiliki kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat.

3)   Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.[11]
Masyarakat selalu tumbuh dan berkembang serta memiliki identitas dan karakteristik tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar belakang sosial ekonomi. Identitas dan perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pendidikan baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu sendiri.

[1]Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, CV. Mustika Bahmid, Jakarta, 2002., hlm. 89. 2]Ibid, hlm. 58.  [3]Ari H. Gunawan, Op.cit., hlm. 58. [4]Al-Qur'an, Surat Al-Hujurat Ayat 13, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1989, hlm. 847.  [5]Muhammad Zuhaili, Op.cit., hlm. 91.[6]Ibid, hlm. 92.[7]Al-Qur'an, Surat Ali Imran Ayat 104, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1989, hlm. 43. [8]Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 85.  [9]Ibid., hlm. 86. [10]Muhammad Zuhaili,Op.cit., hlm. 59.  11]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 68