Intelegensi sebagaimana uraian diatas merupakan potensi belajar yang penting, potensi tersebut dibawa sejak ia lahir yang dalam Islam dikenal dengan fitrah. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas tentang fitrah, maka perlu adanya pembahasan mengenai ayat Al-Qur’an sebagai sumber kajian yang merupakan sumber dari adanya pemikiran tentang konsep fitrah.
Dalam Al-Qur’an disebutkan, yaitu dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi :
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرت الله التى فطرالناس عليهالاتبديل لخلق الله ذالك الدين القيم ولكن اكثرالناس لايعلمون (الروم:20)
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetapilah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Artikel Penunjang: Tingkat intelegensi Manusia
Pada ayat tersebut jelas bahwa makna fitrah langsung dihubungkan dengan agama. Fitrah adalah kecenderungan manusia untuk beragama, beriman kepada Allah dan mengikuti ke-Esaannya. Penyimpangan dari kecenderungan (tabiat dasar) tersebut adalah akibat dari lingkungan yang tidak mendukung berkembangnya tabiat dasar tersebut.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi Dalam Islam |
Dalam hadits juga disebutkan :
عن ابى هريرة رضىالله عنه قال:قال رسول الله صلىالله عليه وسلم مامن مولود الا يولد علىالفطرة فابواه يهدوانه اوينصرانه اويمجسانه. (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra : sesungguhnya ia mengatakan bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda : tidaklah anak itu dilahirkan keculi atas dasar fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasyroni atau Majusi”. (HR. Muslim).
Dengan demikian implikasi yang dapat diambil dari hadits tersebut adalah bahwa fitrah merupakan suatu pembawaan setiap manusia sejak ia dilahirkan. Pelestariannya terhadap fitrah ini dapat ditempuh melalui pemeliharaan sejak dini, atau apabila mengalami penyimpangan segera diusahakan pengembaliannya pada tabiat yang baik yang semula dimilikinya.
Dengan demikian implikasi yang dapat diambil dari hadits tersebut adalah bahwa fitrah merupakan suatu pembawaan setiap manusia sejak ia dilahirkan. Pelestariannya terhadap fitrah ini dapat ditempuh melalui pemeliharaan sejak dini, atau apabila mengalami penyimpangan segera diusahakan pengembaliannya pada tabiat yang baik yang semula dimilikinya.
Artikel Penunjang: Teori-Teori Intelegensi Psikologi Pendidikan
Dari uraian dan pendapat yang dikemukakan tentang fitrah sebagaimana tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwasannya fitrah merupakan tabiat-tabiat dasar manusia yang memiliki sifat-sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan (pengaruh) dari luar menuju kepada kesempurnaan dan kebenaran.
Dengan kata lain fitrah adalah kelengkapan potensi yang diberikan kepada manusia berupa akal pikiran yang dimiliki kemampuan untuk memahami dan menerima kebenaran. Sehingga kemampuan akal pikiran dalam hal ini intelegensi adalah dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan. Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa kedua faktor tersebut memberikan sumbangan yang berarti pada perkembangan intelegensi.
Faktor pembawaan
Faktor pembawaan merupakan faktor yang berperan di dalam intelegensi, beberapa bukti ahli biologi dan ahli psikologi menunjukkan bahwa faktor pembawaan memberikan pengaruh yang berarti pada kemampuan individu di dalam mengikuti berbagai macam kegiatan, terutama kegiatan yang bersifat psikis.
Dalam kenyataan ada anak yang dengan susahnya dapat mencapai gelar sarjana, akan tetapi ada yang dengan susah payah dalam mengikuti pelajaran.
Hal-hal yang berperan dalam faktor pelajaran adalah:
1) Kualitas intelegensi orang tua
Intelegensinya orang tua ikut mempunyai potensi dari intelegensi pada anaknya, upaya-upaya untuk membuktikan adanya pengaruh tersebut, telah diadakan penelitian oleh para ahli, hasilnya menunjukkan bahwa taraf intelegensi relatif sama pada individu-individu yang mempunyai pertalian keluarga yang kuat.
2) Kondisi anak pada saat pembentukan dalam kandungan
Masa-masa pembentukan dalam kandungan menurut Irwanto adalah masa yang sangat penting, pentingnya periode ini adalah karena:
One) Pengalihan ciri genetis dari kedua orang tua
Bisa terjadi gangguan dalam proses ini, maka baik ciri-ciri fisik maupun psikologinya di masa yang akan datang juga akan berpengaruh.
Two) Pembentukan semua organ tubuh, termasuk yang menentukan jenis kelamin seseorang, gangguan dalam proses ini akan mengakibatkan cacat fisik.
Three) Lingkungan dalam perut yang banyak dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan fisik itu ketika mengandung mempunyai dampak-dampak psikologis tertentu. Penerimaan atau penolakan anak dalam kandungan, misalnya akan mempengaruhi terhadap potensi kecenderungan-kecenderungan tertentu pada anak pada masa mendatang.
Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya dibawa sejak lahir, tetapi ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan, usaha-usaha untuk membuktikan adanya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi dan kreativitas anak. Antara skills dan skodak menemukan dalam study longitudinal mereka bahwa anak-anak yang dididik dalam lingkungan yang kacau, kurang perhatian dan kurang dorongan lalu dipindahkan kedalam lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa percaya dan dorongan menunjukkan skor yang cukup berarti pada tes kecerdasan.
Hal-hal yang berperan pada faktor lingkungan adalah:
1) Gizi
Intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan organik otak, terutama pada masa-masa pertumbuhan. Pemberian gizi yang cukup akan membantu perkembangan otak. Kekurangan pertumbuhan otak yang terjadi oleh gangguan gizi pada waktu ini tidak dapat dikejar lagi.
2) Adanya perkembangan
Selain gizi, potensi intelegensi perlu dikembangkan dengan pendidikan, berbagai latihan serta hal-hal yang merangsang aktivitas yang bersifat kognitif tanpa adanya pengembangan, maka intelegensi hanyalah merupakan suatu potensi saja. Sehingga intelegensi perlu adanya taraf pengembangan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan intelegensi anak.
Piaget berpendapat bahwa orang mempunyai sistem pengaturan dari dalam pada sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek kognitif yaitu:
One) Kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf sehingga fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna.
Two) Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
Three) Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
Four) Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Referensi
Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1989, hlm. 645.
Al-Hadits, Shokhih Muslim, Widjaja, Jakarta, Jilid IV, hlm. 242.
Irwanto, Op. Cit., hlm. 169.
L.D. Crow, Ph.d. - Alice Crow, Ph.d, hlm. 181.
Irwanto, Op. Cit., hlm. 169.
Ibid., hlm. 39-40.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 80.
Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1989, hlm. 645.
Al-Hadits, Shokhih Muslim, Widjaja, Jakarta, Jilid IV, hlm. 242.
Irwanto, Op. Cit., hlm. 169.
L.D. Crow, Ph.d. - Alice Crow, Ph.d, hlm. 181.
Irwanto, Op. Cit., hlm. 169.
Ibid., hlm. 39-40.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 80.