BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan emosional sangat menentukan potensi kita untuk mempelajari ketrampilan, yaitu ketrampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya yang terdiri dari kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.[1] Kecerdasan emosional dengan beberapa kecakapan utama yang dimilikinya, ini tidaklah mudah diperoleh karena ia tidak hadir dan dimiliki secara tiba-tiba atau langsung jadi, sebaliknya kemampuan tersebut harus dipelajari sejak dini. Kemampuan untuk bereaksi secara maksimal ini sudah ada pada bayi yang baru lahir.[2] Maka dalam hal kemampuan mempelajari kecerdasan emosional perlu ditumbuhkembangkan atau diasah keberadaannya secara kontinuitas.
Di sekitar kita banyak contoh membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal atau sering disebut dengan intelegence question (IQ) padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru.[3]
Daniel Goleman, seorang profesor dari Harvard University yang telah berjasa dalam mempopulerkan kecerdasan emosional juga menjelaskan bahwa peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan. Jadi tingkat keberhasilan seseorang itu bukan ditentukan oleh IQ semata tetapi juga kecerdasan emosional.[4]
Oleh karena itu, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Dalam liku-liku perasaan dengan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan kita dari saat ke saat, bekerja bahu-membahu dengan pikiran yang rasional, mendayagunakan atau tidak mendayagunakan pikiran itu sendiri. Demikian juga, otak nalar memainkan peran penting dalam emosi kita, kecuali pada saat-saat emosi mencuat lepas kendali dan otak emosional berjalan tak terkendalikan. Dalam artian tertentu kita mempunyai dua otak, dua pikiran dan dua jenis kecerdasan yang berlainan yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh kedua-duanya tidak hanya oleh IQ, tetapi kecerdasan emosionallah yang memegang peranan.[5]
Gunarsa dalam bukunya yang berjudul Psikologi Keluarga, menyatakan bahwa hati nurani seseorang tidak berfungsi dengan baik sebagai sensor atas perbuatannya, bila ia tidak mempunyai kemampuan intelektual untuk mengambil isi dan arti dari segala hal yang ada di lingkungan keluarga, ajaran agama, etika kedisiplinan dan pelajaran-pelajaran lainnya. Sehingga walaupun contoh dan teladan disekitarnya patut ditiru dan dijadikan petunjuk bagi kehidupannya, ia tidak akan dapat mengikutinya karena terlalu rendah kemampuan dan pengertian. Sebaliknya sekalipun orang cukup cerdas dan mampu mengambil intisari dari segala rupa ajaran, ia belum tentu memiliki hati nurani yang dapat berfungsi sebagai pengaruh kedisiplinan bagi perbuatannya apabila dalam lingkungan kehidupan tidak terdapat contoh atau tokoh yang dijadikan teladan olehnya.[6]
Kualitas intelegensi atau kecerdasan yang tinggi dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan (kesuksesan) individu dalam hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual tetapi oleh faktor kemantapan emosional. Berdasarkan pengamatannya, banyak orang yang gagal dalam hidupnya bukan karena kecerdasan intelektualnya rendah, namun karena mereka kurang memiliki kecerdasan emosional. Tidak sedikit orang yang sukses dalam kehidupannya karena memiliki kecerdasan emosional meskipun intelegensinya hanya pada tingkat rata-rata.[7]
Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa proses pembentukan disiplin akan dapat terbentuk dengan baik apabila didukung kemampuan memahami dalam menerapkan kekuatan dengan emosi sebagai sumber energi yang merupakan pusat bertindak bagi seseorang. Mengingat waktu yang dipergunakan anak lebih dominan di lingkungan keluarga dari pada di sekolah, maka orang tua sangat besar peranannya dalam menciptakan kondisi kecerdasan emosional anak, juga terhadap pembentukan disiplin terlebih dalam segala hal yang menyangkut hidupnya.
Kedisiplinan sering dikaitkan dengan ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap tata tertib, kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang berlaku. Disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aktifitas manusia sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Amir Daien, menjelaskan bahwa disiplin sebagai adanya kesediaan untuk memenuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan tersebut. [8]
Dengan demikian, seberapa besar anak didik mampu mengendalikan keinginan-keinginannya membatasi berbagai macam hasratnya dan menetapkan berbagai sasaran aktivitasnya, termasuk dalam pembentukan kedisiplinan dalam mentaati berbagai macam peraturan yang diterapkan di sekolah di dukung dengan kecerdasan emosional yang dimiliki seorang anak. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka ingin dikaji lebih jauh atau perlu diketahui seberapa besarnya pengaruh kecerdasan emosional yang dimiliki siswa atau peserta didik dalam pembentukan kedisiplinan yang baik di MTs. Tarbiyatul Banin, sebagaimana yang dituangkan dalam judul skripsi “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kedisiplinan Siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati Tahun Pelajaran 2004/2005”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan memperjelas arti dari istilah-istilah dalam judul skripsi yaitu Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kedisiplinan Siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati Tahun Pelajaran 2004/2005” yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Hubungan Kecerdasan Emosional
Hubungan mempunyai arti timbal balik atau sebab akibat antara dua pihak. Yang apabila salah satu pihak baik, maka pihak lainpun baik dan sebaliknya bila salah satu kurang baik maka yang lain tidak baik pula.[9] Sedangkan Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra memahami dan daya efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh.[10] Jadi emosi manusia dapat dikatakan berasal dari perasaan lubuk hati, naluri tersembunyi dan sensasi emosi. Apabila dipercayai dan dihormati kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.
2. Kedisiplinan
Pembentukan adalah proses perbuatan, cara membentuk.[11] Dan kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berawalan ke dan berakhiran an, yang berarti tata tertib ketaatan kepada peraturan.[12] Jadi pembentukan kedisiplinan adalah proses atau cara membentuk tata tertib ketaatan terhadap suatu peraturan.
3. MTs. Tarbiyatul Banin
Nama sebuah lembaga pendidikan Islam formal setingkat sekolah menengah pertama yang terletak di desa Plosorejo kecamatan Pucakwangi kabupaten Pati, tempat murid-murid belajar pendidikan umum dan agama Islam.
Dari beberapa bahasan istilah yang dikemukakan di atas, maka pembahasan skripsi ini dibatasi kepada penyelidikan mengenai kecerdasan emosional dalam kaitannya membentuk kedisiplinan yang baik melalui kegiatan belajar mengajar dan ekstrakurikuler, sehingga terbentuk siswa yang mempunyai kepribadian sempurna dan utuh, antara intelektual dan emosional serta membentuk kedewasaan peserta didik menjadi manusia yang muttaqin yang dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo kec. Pucakwangi kab. Pati tahun pelajaran 2004/2005
C. Rumusan Masalah
Adapun yang jadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo kec. Pucakwangi kab. Pati tahun pelajaran 2004/2005.
2. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo kec. Pucakwangi kab. Pati tahun pelajaran 2004/2005.
3. Adakah pengaruh antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa kaitannya dengan pembentukan kedisiplinan siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo kec. Pucakwangi kab. Pati tahun pelajaran 2004/2005.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang mendasari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa MTs. Tarbiyatul Banin kec. Plosorejo kab. Pucakwangi Pati tahun pelajaran 2004/2005.
2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa MTs. Tarbiyatul Banin kec. Plosorejo kab. Pucakwangi Pati tahun pelajaran 2004/2005.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa kaitannya dengan pembentukan kedisiplinan siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo kec. Pucakwangi kab. Pati tahun pelajaran 2004/2005.
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai suatu pemahaman dan pengalaman, khususnya yang berhubungan dengan kecerdasan emosional pengaruhnya dalam pembentukan kedisiplinan siswa.
2. Bagi lembaga yang diteliti, untuk ikut serta dalam memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
F. Hipotesis
Hipotesis berarti di bawah kebenaran. Kebenaran yang masih di bawah (belum tentu benar) lalu diangkat menjadi suatu kebenaran jika telah disertai bukti.[13] Sehingga hipotesis berfungsi sebagai kesimpulan sementara terhadap pokok masalah yang perlu diuji kebenarannya secara empiris melalui penelitian.
Menurut penulis, hal ini dikarenakan agar penelitian ini dapat terarah dengan baik sesuai dengan penelitian yang diharapkan, maka dikemukakan suatu hipotesis sebagai berikut : “Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan kedisiplinan siswa di MTs Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati tahun pelajaran 2004/2005”.
G. Metode Penelitian
Yang dimaksud metode adalah suatu cara tentang bagaimana menyelidiki, mempelajari atau melaksanakan sesuatu secara sistematis, efektif dan terarah.[14]
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) artinya penelitian yang langsung berhubungan pada obyek yang diteliti atau penelitian yang dilakukan dalam kancah untuk memperoleh data riil.[15]
Sedang dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif atau mengambil dan mengumpulkan data dari angka statistik. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap pembentukan kedisiplinan siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo kec. Pucakwangi kab. Pati tahun pelajaran 2004/2005.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[16]
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati pada tahun pelajaran 2004/2005.
b. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.[17] Ketetapan yang diambil untuk sampel adalah berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suharsini Arikunto bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehinggga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar, maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.[18]
Dalam penelitian yang dilakukan, ditetapkan bahwa populasinya adalah semua siswa di MTs Tarbiyatul Banin pada tahun pelajaran 2004/2005 yang berjumlah 63 siswa dari kelas I, II & III. Untuk selanjutnya yang menjadi sampel dalam penelitian ini sejumlah 63 siswa.
3. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian.[19] Dalam penelitian menentukan suatu variabel adalah sangat penting, sebab dengan menentukan variabel tersebut masalah yang dikaji dan diuji akan menjadi lebih jelas. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah Kecerdasan emosional sebagai variabel X dengan indikatornya :
1) Mengungkapkan dan memahami perasaan sendiri.
2) Kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
3) Mengendalikan amarah.
4) Kemampuan penyesuaian diri.
b. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa sebagai variabel Y dengan indikatornya :
1) Mentaati peraturan yang berlaku di sekolah.
2) Selalu tepat waktu dalam melaksanakan aktivitas.
3) Belajar dengan tepat waktu.
4) Bersikap tegas dan memiliki kemauan yang kuat.
4. Sumber Data
Dalam mengumpulkan data mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap pembentukan kedisiplinan siswa, digunakan 2 jenis data :
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari field research (penelitian lapangan). Field research merupakan suatu penelitian lapangan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya terjadi di lapangan. Data primer ini dapat diperoleh dengan cara :
1) Metode Interview
Metode Interview adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.[20] Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi umum MTs. Tarbiyatul Banin dari kepala sekolah/tata usaha, keadaan guru, karyawan, siswa, dan lain-lain.
2) Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.[21] Metode ini digunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung yang bersifat fisik mengenai situasi umum MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati, meliputi letak geografis, sarana dan prasarana serta proses belajar mengajar pendidikan di MTs. Tarbiyatul Banin.
3) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan jalan mengambil keterangan secara tertulis dari tempat penelitian sebagai data.[22] Metode ini digunakan untuk menghimpun data tentang sejarah berdirinya, struktur organisasi, jumlah siswa, guru dan karyawan.
4) Metode Angket
Metode angket adalah suatu daftar yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang atau anak yang hendak diselidiki.[23] Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai seberapa besar pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap pembentukan kedisiplinan siswa di MTs Tarbiyatul Banin. Hal tersebut diperoleh dari proses penyebaran angket yang berisi beberapa item pertanyaan dan seluruh siswa menjadi responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari library research (penelitian kepustakaan). Library research merupakan penelitian untuk memperoleh data dari kepustakaan. Hal ini digunakan untuk mencari teori-teori yang dijadikan sebagai landasan teori mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap pembentukan kedisiplinan siswa.
5. Metode Analisis Data
Setelah data diperoleh secara keseluruhan, maka untuk memecahkan persoalan yang ada digunakan dua macam analisa, yaitu :
a. Analisa Kualitatif
Untuk data kualitatif, digunakan digunakan cara berfikir induktif dan deduktif, sebagaimana berikut :
1) Berfikir induktif adalah berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa yang khusus kongkrit itu ditarik generalisasi yang bersifat umum.[24]
2) Berfikir deduktif adalah bertitik tolak dari pengetahuan yang umum untuk menilai suatu kejadian yang khusus.[25]
b. Analisa Kuantitatif
1) Analisis Pendahuluan
Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angka-angka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan memberikan skor sebagai berikut :
- Menjawab a mendapat nilai 4 dengan kriteria baik sekali.
- Menjawab b mendapat nilai 3 dengan kriteria baik.
- Menjawab c mendapat nilai 2 dengan kriteria cukup.
- Menjawab d mendapat nilai 1 dengan kriteria kurang.
2). Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini merupakan tahap analisis yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapun teknik analisis ini menggunakan statistik. Dalam hal ini, digunakan rumus korelasi product moment angka kasar sehingga teknik perhitungannya berdasar skor aslinya. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi product moment antara varibel X dan Y
X : Variabel kecerdasan emosional siswa
Y : Variabel pembentukan kedisiplinan siswa
N : Jumlah sampel (obyek yang diteliti)[26]
c. Analisis Lanjut
Analisis lanjut ini merupakan data lebih lanjut dari hasil-hasil nilai kualitatif analisis sebelumnya, yakni membandingkan besarnya “r” observasi (ro) dengan “r” tabel (rtabel) dengan taraf signifikan 1 % dan 5%. Jika “ro” sama dengan atau lebih besar dari “rtabel”, maka hasilnya signifikan yakni Hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima kebenarannya. Dan apabila hasilnya lebih kecil maka hipotesis ditolak yakni Hipotesis nol (H0).
Adapun interpretasi apabila hipotesis diterima adalah “ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kecerdasan emosional terhadap pembentukan kedisiplinan siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati tahun pelajaran 2004/2005”. Sedangkan apabila interpretasi hipotesis ditolak, maka “tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kecerdasan emosional terhadap pembentukan kedisiplinan siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati tahun pelajaran 2004/2005”.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mengetahui isi atau materi skripsi secara menyeluruh, maka penulis perlu mengetengahkan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Bagian Muka, terdiri dari :
Halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman nota pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar.
2. Bagian Isi, terdiri dari beberapa bab :
Bab satu berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab dua berisi kecerdasan emosional dan kedisiplinan, meliputi pertama: kecerdasan emosional, yang terdiri dari pengertian kecerdasan emosional, ciri-ciri kecerdasan emosional. perbedaan IQ dan EQ, manfaat kecerdasan emosional. Kedua: Pembentukan kedisiplinan siswa, terdiri dari pengertian kedisiplinan, proses pembentukan kedisiplinan siswa, faktor-faktor pembentukan kedisiplinan siswa. Ketiga: Teori-teori kecerdasan emosional hubungannya terhadap pembentukan kedisiplinan siswa.
Bab tiga berisi laporan hasil penelitian di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati, yang meliputi letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, dan siswa, fasilitas atau sarana prasarana yang dimiliki dan sumber pembiayaan. Kemudian disajikan data hasil penelitian di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati, meliputi kecerdasan emosional siswa dan kondisi pembentukan kedisiplinan siswa.
Bab empat berisi analisis tentang kecerdasan emosional terhadap pembentukan kedisiplinan siswa di MTs. Tarbiyatul Banin Plosorejo Pucakwangi Pati, meliputi analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan analisis lanjut.
Bab lima berisi penutup, yang meliputi kesimpulan, saran-saran dan penutup.
3. Bagian Akhir, terdiri dari :
Daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.
[1]Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Alex Tri Kentjono Widodo, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 39.
[2]Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, Terj. Medmetta Sari Tjandraja, Erlangga, Jakarta, t.th., hlm. 210.
[3]Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta, 2001, hlm. 56.
[4]Daniel Goleman, Terj. Alex Tri Kentjono Widodo, Op.cit, hlm. 7.
[5]Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm. 38.
[6]Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga, Gunung Mulia, Jakarta, 1981, hlm. 45.
[7]Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 113.
[8]Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1995, hlm. 142.
[9]Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 461.
[10]Robert Cooper, et.al, Exekutif Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, hlm. 497.
[11]WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 119.
[12]Ibid, hlm. 321.
[13]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 63.
[14]M. Thohir Mursal, Kamus Ilmu Jiwa Belajar dan Pendidikan, PT. Al-MA’arif, Bandung, 1999, hlm. 247.
[15]Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, hlm. 32.
[16]Sugiyono, Sistematika Penelitian, Alfa Beta, Bandung, 2000, hlm. 55.
[17]Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 120.
[18]Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Rajawali, Jakarta, 1992, hlm. 72.
[19]Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Fak.. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987, hlm. 89.
[20]Ibid, hlm. 193.
[21]Cholid Narbuko, Metode Penelitian Sosial, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, 1988, hlm. 173.
[22]Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1981, hlm. 63.
[23]Sutrisno Hadi, Op.cit, hlm. 70.
[24]Ibid, hlm. 42.
[25]Ibid, hlm. 41.
[26]Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 193.