Konsep Pendidikan Pranatal dalam Tinjauan Pedagogis Islami

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis, ia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah yang berupa bentuk yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.
Meskipun demikian jika potensi tersebut tidak dikembangkan niscaya akan kurang bermakna dalam kehidupan, oleh karena itulah potensi manusia perlu dikembangkan, dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan.
Di samping manusia disebut sebagai Homo Educandum (makhluk  yang harus dididik), ia juga mempunyai kelemahan yang jika tidak mendapatkan pendidikan maka akan terjerumus mengikuti hawa nafsunya dan akan mendapatkan kerugian yang besar di dunia maupun di akhhirat. Hal itu bukan berarti bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan bersalah, karena setiap manusia (anak) yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci, bersih dan bebas dari segala dosa, tetapi dalam perkembangan selanjutnya bisa saja kesucian atau kefitrahannya tertutup atau terpengaruh oleh lingkungan pendidikan dan pengalaman sehari-hari.[1] 

B.   Anak sebagai generasi penerus yang menggantikan generasi sebelumnya, harus dibina secara sungguh-sungguh oleh para pendidik agar menjadi generasi yang bertanggung jawab dan bermoral religius. Pendidik harus merasa khawatir akan munculnya generasi penerus yang lemah, baik segi ilmu, sosial ekonomi, maupun segi akhlaqnya (budi pekerti) yang disebabkan tidak adanya upaya pendidikan dan pembinaan yang serius terhadap mereka. Dalam hal ini orang tua wajib memikul tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang benar  kepada anak di rumah dan di lingkungan keluarga, serta memelihara mereka dengan cinta dan kasih sayang menurut etika Islam.
Firman Allah SWT:



Artinya: “Dan hendaknya takut kepada Allah orang-orang yang  seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang benar.(Q.S. An-Nisa:9)[2]
Ayat tersebut menjelaskan bahwa hendaknya orang tua  takut dan merasa khawatir, jika mempunyai keturunan yang lemah karena tidak pernah mendapatkan pendidikan, baik pendidikan akhlaq maupun pendidikan yang lain yang bersifat fisik. Hal itu berakibat pada penderitaan anak di dunia  lebih-lebih di akhirat kelak. Orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya berarti telah mengabaikan amanah Allah.
Dalam konsep yang lain anak sebagai amanah lebih dipertegas dengan ungkapan “Anak sebagai batu ujian bagi orang tuanya”.[3] Sebagaimana firman Allah SWT :


Artinya : ”Ketahuilah bahwa harta-hartamu dan anak-anakmu itu adalah sebagai ujian (cobaan) dan sesunguhnya disisi Allah lah pahala yang besar”.(Q.S. Al-Anfal:28)[4]
Dengan konsep amanat tersebut, orang tua tidak boleh terlalu membangga-banggakan anak mereka, karena pada hakekatnya, mereka sedang dalam ujian, yang lulus tidaknya masih dipertanyakan. Sikap yang paling utama ketika dikaruniai seorang anak adalah bersyukur. Untuk mewujudkan rasa syukur  dengan anugerah Allah yaitu berusaha mengasuh, memelihara, dan membimbing anak-anaknya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, karena keikhlasan dan kesungguhan melaksanakan usaha itu termasuk ibadah, dan keberhasilan dalam mengasuh anak merupakan  prestasi besar yang nilai gunanya abadi, baik di dunia maupun di akhirat.
Walaupun secara real pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan, namun Islam mengajarkan kepada setiap mukmin untuk mempersiapkan pendidikan anak-anak jauh sebelum terjadinya kelahiran itu sendiri, yaitu sejak ia menentukan pilihan jodohnya atas dasar ketaatan beragama, bukan atas dasar kecantikan, kekayaan, kebangsawanan, atau yang lainya. Karena dari wanita yang salekhah akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup berumah tangga, serta kelak akan sangup mendidik  anak keturunannya sebaik mungkin.[5]
C.   Hal tersebut sesuai dengan perumpamaan Allah SWT dalam firma-Nya :



Artinya: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanaman tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda  kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.(Q.S. Al-A’raf:51)[6]
Dalam ayat tersebut, wanita diumpamakan tanah, jika wanita tersebut baik agamanya, maka dari wanita tersebut akan tumbuh keturunan yang baik, sesuai dengan izin Allah. Sebaliknya jika wanita tersebut buruk akhlaknya (agamanya) maka keturunan yang dihasilkanpun tidak jauh darinya.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas penulis bermaksud mengkaji tentang konsep pendidikan pranatal, karena semakin  dini pendidikan yang diberikan kepada anak keturunan, maka diharapkan  akan semakin baik generasi yang dimiliki. Dari sinilah muncul sebuah pertanyaan  tentang bagaimana konsep pendidikan pranatal dalam tinjauan pedagogis Islami.

B.   PERUMUSAN PERMASALAHAN

D.  Sesuai dengan judul tersebut. Maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.   Bagaimana proses pendidikan pranatal itu ?
2.   Bagaimana konsep pendidikan pranatal dalam tinjauan pedagogis Islami ?

C.   TUJUAN PENULISAN SKRIPSI

Adapun tujuan penulisan skripsi dengan judul “ Konsep Pendidikan Pranatal dalam Tinjauan Pedagogis Islami” adalah :
1.   Untuk mengetahui proses pendidikan pranatal
2.   Untuk mengetahui konsep pendidikan pranatal dalam tinjauan pedagogis Islami
D.    PENJELASAN ISTILAH KUNCI
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu mengemukakan makna dan maksud kata-kata  dalam judul tersebut agar dapat dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Adapun penjelasan istilah tersebut adalah:
1.    Pendidikan Pranatal
Pendidikan adalah serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan  terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa.  [7]
Istilah pranatal dalam kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti: ”Sebelum lahir”.[8]
Yang dimaksud pendidikan pranatal dalam skripsi ini adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak dalam kandungan sampai anak tersebut lahir, yang bersifat peneladanan ataupun pembiasaan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Jadi pada hakekatnya yang melaksanakan pendidikan adalah orang tua. Apapun yang dilakukan oleh orang tua, itulah pendidikan yang diberikan pada anak dalam kandungan.
2.   Pedagogis Islami
Istilah pedagogis dalam kamus Bahasa Indonesia berarti: “Bersifat mendidik”.[9] Mendidik itu sendiri diartikan: ”Memimpin anak dalam perkembangan dan pertumbuhannya”.[10]
Sedangkan kata Islami  berasal dari kata Islam dengan mendapatkan akhiran “I” yang berarti bersifat atau bercorak. Jadi kata Islami disini diartikan bersifat Islam. Islam sendiri adalah: “Agama yang diajarkan oleh Nabi SAW, berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturukan ke dunia melalui wahyu Allah”.[11]
Jadi yang dimaksud pedagogis Islami dalam skripsi ini adalah mendidik anak secara Islami, atau yang bersifat Islami yang berlandaskan pada al-Qur’an dan hadits.
E.   TELAAH  PUSTAKA
Apabila kita perhatikan betul-betul seberapa besar perhatian manusia terhadap anak, maka kita akan tahu bahwa manusialah yang mempunyai perhatian lebih besar terhadap anak.
Sebagai amanah Allah SWT. Di satu sisi, anak adalah cobaan  bagi kedua orang tuanya.[12] Jika baik anak tersebut dikelak kemudian hari, berarti orang tua telah lulus dalam ujian. Tetapi jika anak tersebut mempunyai kepribadian yang tidak baik, maka itu berarti orang tua telah gagal mengemban amanah tersebut.
“Manusia merupakan makhluk tanpa daya”.[13] Sehubungan dengan itu, maka untuk memiliki daya agar dapat hidup mandiri, menentukan pilihan yang baik dan benar, maka manusia memerlukan bantuan dan bimbingan yang intensif, terencana, dan terarah. Upaya tersebut dilakukan melalui proses pendidikan.
Permulaan pendidikan menurut Prof. Drs. Brojonagoro, di mulai sebelum adanya pernikahan, yaitu sejak pemilihan jodoh, dengan mempertimbangkan adanya unsur “Bibit, Bebet, Bobot[14] Selain itu dalam Islam juga diajarkan ketika memilih jodoh harus mempertimbangkan, keturunan, kecantikan, kekayaan, dan agama. Dari ketiga unsur tersebut, agamalah yang paling kekal, karena keturunan, kecantikan/rupa, dan kekayaan akan luntur dan habis dimakan waktu, sehingga Islam menekankan agar memilih pasangan hidup berdasarkan agamanya.
Prof. DR. Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa:”Keadaan dan sikap orang tua ketika anak dalam kandungan mempunyai pengaruh terhadap pembinaan pribadi anak.[15] Oleh karena itu, Islam menganjurkan pada umatnya untuk memulai pendidikan anak sejak dalam kandungan dengan cara mendidik ibunya dan menciptakan suasana yang tenang dan tenteram dalam kehidupan keluarga.
Prof. DR. Baihaqi, AK., telah menyusun materi-materi pendidikan untuk anak pranatal dengan berlandaskan pada pendidikan Islam, sebagai berikut :
1.   Shalat fardlu lima waktu
2.   Shalat-shalat sunah
3.   Membaca Al-Qur’an
4.   Aqidah/tauhid
5.   Ilmu pengetahuan
6.   Akhlak mulia
7.   Do’a
8.   Lagu-lagu[16]
F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer, juga telah menyusun program pendidikan pralahir secara umum, yang meliputi, latihan komunikasi pertama dengan bayi, detak jantung dan irama gendang, permainan bayi menendang, menentukan posisi bayi, daftar kata-kata utama, cerita, dan permainan musik.[17]
Dalam skripsi ini, penulis bermaksud menyusun sebuah konsep tentang pendidikan pranatal dalam tinjauan pedagogis islami dengan memadukan antara proses pendidikan pranatal secara umum dan pendidikan pranatal dalam Islam, menjadi sebuah karya tulis. Jadi perlu penulis tegaskan bahwa konsep tersebut bukanlah berasal dari pemikiran penulis sendiri, tetapi penulis mencoba menyusun dengan berpedoman pada pemikiran beberapa tokoh pendidikan.          
F.    KERANGKA TEORITIK
Setiap anak dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu.[18] Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang.[19] Hal ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik itu menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan dan bakat).
Anak adalah makhluk hidup, maka dia berkembang. Sekiranya dia bukan makhluk hidup, maka perkembangan itu tidak akan terjadi. Seberapa jauh perkembangan itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Dalam sejarah  pertumbuhan ilmu pendidikan, pernah berkembang beberapa aliran yang berpendapat tentang pengaruh lingkungan dan pembawaan terhadap perkembangan anak.[20] Aliran tersebut adalah :
1.    Aliran Nativisme
   Aliran ini di pelopori oleh Arthur Schopen Hauer (1788-1860), seorang filosof Jerman,  yang berpendapat bahwa hasil pendidikan dan perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperolehnya sejak anak dilahirkan. Sedangkan lingkungan tidak mempengaruhi perkembangan anak didik.
2.   Aliran Empirisme
Pelopor teori ini adalah John Lock (1632-1704), yang menyimpulkan bahwa tiap-tiap individu lahir sebagai kertas putih dan lingkunganlah yang memberikan warna, ukiran, atau tulisan di atas kertas putih itu. Jadi hasil pendidikan dan perkembangan anak tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidupnya.
3.   Aliran Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari teori nativisme dan empirisme, dengan tokohnya William Stern (1871-1939), yang berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Akan tetapi lingkungan mempunyai pengaruh terhadap hasil perkembangan anak. Jadi antara pembawaan dan lingkungan  sama-sama berpengaruh terhadap hasil perkembangan anak.
Dari ketiga teori tersebut, Islam memandang teori konvergensilah yang paling tepat dijadikan dasar untuk pendidikan. Hal itu sesuai dengan apa yang diuraikan dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Sabda Rasulullah SAW :


Artinya : “Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan kecuali menempati fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (H.R. Bukhari)[21]
Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan dalam pendidikan anak. Hal itu diperkuat  dengan firman Allah :


E.                               Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.(Q. S. Ar-Ruum :30) [22]
Fitrah Allah yang dimaksud dalam ayat tersebut, adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Maka tidaklah wajar, jika mereka tidak beragama tauhid. Hal itu disebabkan oleh faktor lingkungan.
Dari firman Allah dan Hadits Nabi tersebut, semakin memberi kejelasan bahwa setiap individu lahir ke dunia dengan membawa bakat keimanan yang sudah tertanam sejak ia berada dalam kandungan. Pada saat manusia berada dalam kandungan, ruh (jiwa) nya sudah membuat perjanjian dengan Allah. Dengan kata lain mengakui keberadaan Tuhan (fitrah keimanan). Namun fitrah tersebut masih berupa sebuah potensi yang harus dikembangkan oleh lingkungannya. Dalam hal ini yang paling bertanggung jawab adalah orang tua, karena anak masih berada dalam kandungan.
Orang tua menurut Zakiah Daradjat adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikap orangtua dipermulaan hidupnya.[23]
Secara biologis, perkembangan manusia dimulai pada waktu anak   dalam kandungan mulai bereaksi terhadap rangsangan dari luar.[24] Itu berarti bahwa, kehidupan manusia sudah mulai pada saat itu, karena hanya makhluk hidup saja yang mengalami perkembangan dan manusia merupakan salah satu dari makhluk hidup.
Jika kehidupan sudah ada pada saat perkembangan dimulai, yaitu sejak dalam kandungan, maka pendidikan juga bisa dimulai pada saat itu.
F. Rene dan Marc Lehrer, dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa selama berada dalam kandungan (rahim), bayi dapat belajar, merasa, dan mengetahui  perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan berusia lima bulan  (20 minggu), kemampuan bayi untuk merasakan stimulus telah  berkembang dengan cukup baik, sehingga dapat dimulai permainan-permainan belajar.[25]
Orang tua sebagai lingkungan pertama bagi anak dalam kandungan (pranatal), yang memikul tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan tersebut. Keadaan dan sikap orang tua ketika anak dalam kandungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jiwa anak dikemudian hari.[26]
F.    Pembinaan pendidikan agama terhadap anak harus menumbuhkan dan mengembangkan fitrah (keimanan) dengan memperhatikan potensi tabiat, kreatifitas, dan pertumbuhan /perkembangan anak melalui landasan/pendekatan psikologis dan pedagogis pada awal pertumbuhannya.

G.   METODE PENULISAN SKRIPSI

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.   Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan studi kepustakaan atau Library Research yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni.[27] Tujuannya adalah untuk mendapatkan sumber-sumber data tertulis.
Adapun sumber data yang penulis gunakan terbagi menjadi dua, yaitu :
a.    Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data langsung yang dikaitkan dengan obyek penelitian. Sumber data  primer yang digunakan adalah al-Qur’an dan Hadits.
b.   Sumber Data Sekuder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Sumber data ini diambil dari buku-buku atau karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
2. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya. Untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi  orang lain.[28]
Dalam menganalisis data yang ada penulis menggunakan metode sebagai berikut :
a. Analisis Diskriptif
Analisis diskriptif adalah berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada baik mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang.[29]
b. Periode Countent Analysis
Metode ini berangkat dari aksioma bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi merupakan dasar dari semua ilmu sosial. Pembentukan dan pengalihan perilaku dan polanya berlangsung lewat komunikasi verbal.
Jadi Content Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan komunikasi dalam bentuk verbal, dengan menampilkan tiga syarat, yaitu : obyektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi.[30]
3. Metode Pembahasan
Dalam pembahasannya, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Deduktif
Metode deduktif yaitu metode untuk menganalisa dan menyimpulkan data-data dengan mencari hal-hal yang bersifat umum ditarik menuju hal-hal yang khusus.[31]
b. Metode Induktif
Metode induktif adalah metode untuk menganalisis dan menarik kesimpulan data dengan terlebih dahulu mencari hal-hal yang bersifat khusus untuk kemudian menuju hal yang bersifat umum.[32]

H.   SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten serta dapat menunjukkan totalitas yang utuh dalam skripsi ini, maka penulis menyusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I        : Pendahuluan yang terdiri atas : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, penjelasan istilah kunci, telaah pustaka, kerangka teoritik,  metode penulisan skripsi dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II      : Proses pendidikan pranatal, pembahasan bab ini meliputi : Pengetian pendidikan pranatal, proses perkembangan pranatal, proses pendidikan pranatal, materi pendidikan pranatal dan tujuan pendidikan prantal.
Bab III     : Analisis konsep pendidikan pranatal dalam tinjauan pedagogis Islami, meliputi : gambaran umum pedagogis Islami dan konsep pendidikan pranatal dalam tinjauan pedagogis Islami.
Bab IV     : Penutup, meliputi : kesimpulan, saran-saran dan penutup.

 

 

                                                                          




[1]Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh, Al- Bayan, Bandung, 1998, hlm.14
[2]Prof. R. H. A., Soenarjo, S.H., dkk., Al-Qur’an dan terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1989,  hlm.116
[3]Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1994,    hlm. 91
[4]Prof.R.H.A., Soenarjo, S .H., dkk., Op.Cit., hlm.264
[5]Asnelly Ilyas, Op.Cit., hlm. 48
[6]Prof. R.H.A., Soenarjo, S.H., dkk., Op. Cit., hlm.231
[7]Prof. H. Zahara Idris, M.A., Dasar-dasar Kependidikan, Angkasa Raya, Padang, 1987, hlm.9
[8]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa indonesia, 1993, hlm. 699
[9]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit., hlm. 657
[10]Drs.Ngalim Puwanto.MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995, hlm.15
[11]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hlm. 340
[12]Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, Bina Ilmu, Surabaya, 1983, hlm, 24
[13]Prof. Dr. H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 47
[14]Prof. Dr. Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hlm. 27
[15]Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, 1970, hlm. 59
[16]Prof, DR. Baihaqi, AK., Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Darul Ulum Press, Jakarta, 2000, hlm. 169-182
[17]F. Rene. Van de Carr, Op. Cit hlm. 91-151
[18]Dr.H.Syamsu Yusuf  LN., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Rosda karya , Bandung, 2000, hlm. 31
[19]Ibid.
[20]Asnelly Ilyas, Op.Cit., hlm. 64
[21]Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuti Al-Jami’ul Shagir, Maktabah Darul Ihyail Kutub Al-Arabiyah, Indonesia, 911 H, juz II, hlm. 94
[22]Prof. R.H.A Soenarjo, S.H, Op. Cit, hlm. 645
[23]Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Op. Cit., hlm. 56
[24]Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1987, hlm. 41
[25]F.Rene Van De Carr.M.D., dan Marc Lehrer, Ph.D., Op. Cit., hlm. 35
[26]Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Op. Cit., hlm. 59
[27]Prof.Dr. Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hlm. 9
[28] Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, Edisi III, 1996, hlm. 104
[29] John W. Best, Reasech In Education, Penyunting Drs. Sanapiah Faisal dan Drs. Mulyadi Guntur Waseso, Metodologi Penelitian Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1982, hlm, 119
[30] Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir, Op. Cit., hlm. 49
[31] Drs. Chalid Narbuko, Bimbingan Skripsi Fakultas Tarbiyah, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1993, hlm. 36
[32] Ibid.