A. Latar Belakang Masalah
Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga sekolah dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai Tri pusat pendidikan, yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi. Seperti diketahui, setiap bayi manusia dilahirkan dalam lingkungan keluaga tertentu, yang merupakan lingkungan pendidikan terpenting sampai anak masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Oleh kerena itu, keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pertama dan utama. Makin bertambah usia manusia, peran sekolah dan masyarakat luas makin penting, namun peran keluarga tidak terputus.[1]
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar tehadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (Transformasi norma).dalam kaitanya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakekatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Oleh karena itulah disetiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas, yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika ia (mereka) mengalami kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu anak didik yang mempuyai masalah pribadi dan masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah.[2]
Setiap pendidikan mengisyaratkan bahwa pedidikan sebagai proses sosialisai anak dalam lingkungan sosialnya, kutur/budaya, akademis, kritis dan keratif, serta sportif harus terbina dengan baik demi terbentiknya kestabilan Emosi. Sehingga tidak mudah goncang dan menimbulkan ekses-ekses yang mengarah pada perbuatan-perbuatan berbahaya.[3]
Mempelajari dan memperhatikan sekolah sebagai pusat kebudayaan diharapkan akan memperoleh manfaat ganda. Pertama, sebagai guru atau dosen dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah dimana ia bekerja dan memperoleh nafkah serta mendarma baktikan dirinya pada kehidupan. Kedua, sebagai guru atau dosen dapat membantu para peserta didik agar dapat mengahayati, bahwa lingkungan sekolah adalah pusat kebudayaan, bekal-bekal pendidikan dan ketrampilan yang mereka terima dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan sekolah pada tempat mereka bekerja nanti, dapat juga merupakan pusat kebudayaan yang bermanfaat bagi lingkungan sosial dan lingkungan kemanusiaan.[4]
Bukan hanya itu seorang guru haruslah bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Karena itu, dalam Islam, seorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam.[5]
Dengan beberapa alasan tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang adanya pengaruh lingkungan sekolah terhadap pengamalan ajaran agama islam (dari aspek etika) siswa SLTP Hasyim Asy’ari Kudus, dengan satu indikasi bahwa antara lingkungan sekolah dengan pengamalan ajaran agama islam (dari aspek etika) adalah berbanding lurus, dalam artian lingkungan sekolah yang baik, kondusif, Islami, akan menjadi baik pula kualitas pengamalan ajaran islam (dari aspek etika) siswa keseharian disekolah dan sebaliknya.
B. Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa hal yang mendorong penulis melakukan penelitian dengan judul : “Studi Korelasi Antara Pendidikan Sekolah dengan Pengamalan Ajaran Agama Islam (Ibadah dari aspek etika) Siswa SLTP Hasyim Asy’ari Kudus Tahun Ajaran 2003 / 2004, yakni :
1. Bahwa sesungguhnya pendidikan Sekolah merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan anak dalam menggapai cita cita dan menerima pelajaran, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga Pengamalan Ajaran Islam (Ibadah dari aspek etika) siswa.
2. Dengan berdasarkan landasan pemikiran tersebut merupakan tanggung jawab bersama semua fihak yang terlibat dalam proses pendidikan. baik, guru, siswa serta semua staf yang terlibat dalam proses pendidikan dan lebih utama pada guru untuk mendidik yang sebaik mungkin (Islami), sehingga bisa mempengaruhi siswa untuk menjalankan ajaran islam (Ibadah dari aspek etika) juga sebaik mungkin pula dalam kehidupan sehari-hari
3. Siswa dalam pengamalan ajaran islam (etika) di kehidupannya sehari-hari dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor pendidikan dan salah satu jenis pendidikan yang mempengaruhi adalah pendidikan sekolah. Karena pendidikan sekolah sering diidentikkan dengan pendidikan keluarga.
4. SLTP Hasyim Asy’ari Kudus merupakan lembaga pendidikan Islam yang bernaung dibawah Yayasan Pendidikan Nahdlotu Ulama’ yang bertujuan mensyiarkan agama Islam yang berhalauan ahlus sunnah di kalangan masyarakat luas, khususnya di kalangan umat Islam sendiri.
Dengan beberapa landasan pemikiran di atas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan membahas terhadap judul di atas kemudian diangkat untuk dijadikan karya ilmiah berupa skripsi.
C. Penegasan Istilah
Ada beberapa hal yang penulis tegaskan sehubungan dengan adanya beberapa istilah yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu :
1. Studi Korelasi
Studi adalah “penyelidikan ilmiah”[6] Sedang korelasi adalah “hubungan timbal balik atau sebab akibat”.
Jadi yang dimaksud studi korelasi adalah suatu penyelidikan ilmiah yang bertujuan untuk menghubungkan dua hal yang sangat berkaitan satu sama lainnya.
2. Pendidikan Sekolah
Pendidikan adalah “Proses pemupukan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk mewujudkan segenap potensi yang ada dalam diri seseorang”,[7] Sedangkan Sekolah adalah “lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.[8]
Untuk Pendidikan Sekolah yang dimaksud adalah “pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, seperti harus berjenjang dan berkesinambungan sehingga disebut pendidikan formal”.[9]
3. Pengamalan Ajaran Islam (Ibadah dari aspek etika)
Pengamalan Ajaran Islam (Ibadah dari aspek etika ) adalah “Perbutan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang disadari ketentuan untuk megerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya”.[10] Yang dimaksud disini adalah bukan ibadah secara keseluruhan yang ada dalam ajaran Islam namun terbatas pada ibadah yang sifatnya etika dalam bermasyarakat keseharian atau yang lebih dikenal dengan sebutan sopan santun baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Jadi secara singkat dapat dijelaskan maksud dari judul skripsi ini yakni untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan Sekolah dengan Pengamalan Ajaran Islam (Ibadah dari aspek etika) siswa SLTP Hasyim Asy’ari Kudus.
D. Permasalahan
Permasalahan-permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pembahasan ini adalah :
1. Bagaimanakah keadaan pendidikan sekolah SLTP Hasyim Asy’ari Kudus ?
2. Bagaimanakah pengamalan ajaran islam (Ibadah dari aspek etika) siswa SLTP Hasyim Asy’ari Kudus ?
3. Sejauh manakah hubungan antara pendidikan sekolah dengan tingkat pengamalan ajaran Islam (Ibadah dari aspek etika) siswa SLTP Hasyim Asy’ari Kudus ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh informasi seperti apakah pendidikan sekolah yang ada di SLTP Hasyim Asy’ari Kudus.
2. Untuk mengetahui tingkat pengamalan ajaran islam (Ibadah dari aspek etika) siswa SLTP Hasyim Asy’ari Kudus dalam kehidupan sehari-hari khususnya disekolah.
3. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara pendidikan sekolah dengan tingkat pengamalan ajaran Islam (Ibadah dari aspek etika) para siswa di SLTP Hasyim Asy’ari Kudus.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah “dugaan yang mungkin benar, atau mungkin salah”.[11] Suharsimi Arikunto, memberikan batasan bahwa hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan pendidikan sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.[12]
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penulisan ini adalah : “Semakin baik Pendidikan di Sekolah maka semakin baik pula Pengamalan Ajaran Agama Islam (Ibadah dari aspek etika)Siswa SLTP Hasyim Asy’ari Kudus”.
G. Metode Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “keseluruhan subyek penelitian”.[13] Sedangkan sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.[14] Memang “sebenarnya tidak ada suatu ketetapan mutlak berapa persen sampel harus diambil”.[15] Namun mengingat jumlah populasi yang cukup besar, maka pengambilan sampel perlu dipertimbangkan.
Dalam penentuan populasi dan sampel, Suharsimi Arikunto, menyatakan : “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih”.[16]
Populasi dalam hal ini adalah seluruh murid yang ada di SLTP Hasyim Ays’ari Kudus sebanyak 68 orang. Karena populasinya kurang dari seratus maka diambil sampel secara keseluruhan, sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi.
2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependent. Sebagai variabel independent adalah Pendidikan Sekolah ( X ) dengan indikator :
a. Interaksi antara guru dan murid.
b. Interaksi antara murid dengan guru
c. Interaksi guru dengan pegawai
d. Interaksi pegawai dengan guru
e. Interaksi murid dengan pegawai
f. Interaksi sesama murid
Sedangkan sebagai variabel dependentnya adalah Pengamalan Ajaran Islam (Ibadah dari aspek etika) siswa ( Y ) dengan indikator :
a. Sopan santun terhadap bapak/ibu guru
b. Mengikuti nasehat guru
c. Sopan santun terhadap pegawai
d. Menghormati sesama teman
3. Metode Pengumpulan Data
a. Library research
Adalah “suatu research atau penelitian kepustakaan”.[17] Dalam prosesnya penulis mendasarkan bahan-bahan kepustakaan baik berupa buku-buku, atau hasil penelitian yang telah dibukukan sebagai rujukan dasar teoritik yang ada relevansinya dengan pembahasan skripsi ini.
b. Field research
Yaitu : “Suatu research yang dilakukan di kancah atau di medan terjadinya gejala-gejala”.[18] Riset ini bertujuan untuk mendapatkan data yang ada pada obyek penelitian, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data :
1. Observasi ialah “pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”.[19]
Metode ini digunakan untuk menghimpun data tentang kondisi umum SLTP Hasyim Asy’ari Kudus dengan langsung melakukan observasi terhadap pelaksanaan pengamalan ajaran islam (ibadah) siswa.
2. Angket/quesioner yaitu “alat yang terdiri dari serangkaian pertanyaan yang diisi oleh responden sendiri”.[20] Dr. Suharsimi Arikunto menandaskan bahwa quesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal lain yang ia ketahui”.[21] Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang lingkungan sekolah dan hubungannya dengan pengamalan ajaran islam (ibadah) siswa.
3. Interview interview dipandang sebagai “metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian”.[22]
Dengan metode ini penulis menghimpun data tentang sistem kelembagaan, keadaan sekolah, sarana dan prasarana dengan menginterview pengurus.
4. Dokumentasi, berasal dari kata dokumen yang artinya “barang-barang tertulis”.[23] Di sini penulis mengamati secara langsung data yang didokumentasikan seperti letak geografis, sejarah berdirinya.
4. Analisa Data
Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis akan menggunakan dua analisis data yaitu :
a. Metode analisis kualitatif
Yaitu analisis data yang pengolahannya banyak dituangkan atau berdasarkan kata-kata atau juga bisa berupa rangkaian kalimat yang mencerminkan hasil pengolahan data tersebut.
b. Metode analisis kuantitatif
Yaitu suatu metode menganalisa data di mana pengolahannya dengan bentuk analisa statistik yang dituangkan berupa angka-angka atau perhitungan. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut :
N Σ XY – ( ΣX ) ( ΣY )
rxy =
√ [ N ΣX² - (ΣX)² ] [ N ΣY² - (ΣY)²]
Keterangan :
rxy : Koefisien antara variabel X dan Y
N : Jumlah subyek penelitian
ΣXY : Jumlah hasil perkalian tiap-tiap asli dari X dan Y
ΣX : Jumlah sekor asli variabel X
ΣY : Jumlah sekor asli variabel Y.[24]
[1] UmarTirta Raharja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm. 162.
[2] H. Sunarto, Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta Hlm.230
[3] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Satu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta,Hlm.100.
[4] Ibid, Hlm.105.
[5] Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1998, hlm. 167
[6] Anton M. Moeliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Balai Pustaka, Jakarta, Cet. IV, 1993, hlm. 860.
[7] Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, IKIP Muhammadiyah, Jakarta Pres, jakarta, 1994, hlm. 54
[8] H. Abu Ahmadi, Dra Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka cipta, Jakarta, 1991, hlm 162
[9] Umar Tirta Raharja dan Drs La Sula, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, jakarta, 1998, hlm. 164
[10] Ibid, hlm. 364.
[11] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1983, hlm. 63.
[12] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, Cet. VIII, 1992, hlm. 62.
[13] Ibid, hlm. 102.
[14] Ibid, hlm. 104.
[15] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid II, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, hlm. 107.
[16] Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 107.
[17] Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm. 9.
[18] Ibid, hlm. 10.
[19] Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm. 136.
[20] Ibid, hlm. 158.
[21] Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 124.
[22] Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm. 193.
[23] Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 131.
[24] M. Subana, et.al, Satistik Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 148 – 149.