Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Kepribadian yang Berakhlak Mulia Siswa Kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus

A.   Latar Belakang


Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk kepribadian manusia seutuhnya dengan jalan membina seluruh potensi yang ada pada diri anak baik jasmani maupun rohani.

Materi Pendidikan Agama Islam merupakan satu-satunya materi pendidikan yang sangat tepat dalam membentuk tingkah laku dan kepribadian siswa.

Menurut Muh. Fadhil Al-Djamaly, Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan menyangkut derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).[1]

Pendapat di atas antara lain didasarkan atas firman Allah dalam surat Ar- Rum 30, dan An-Nahl 78, sebagai berikut :

..... فطرةالله الّتى فطر النَاس عليها.... (الروم: 30)



Artinya :   “…Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu…” (Q.S. Ar-Rum : 30).[2]



والله اخرجكم مّن بطون امهتكم لاتَعلمون شيئاوجعل لكم السمع والابصاروالافئدة.....    (النحل: 78)



Artinya :   “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu, (ketika itu) kamu tidak mengetahui sesuatupun dan Allah menjadikan bagimu pendengaran dan penglihatan serta hati…..(Q.S. An-Nahl : 78)[3]

Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan kepada keterbukaan terhadap pengaruh dari luar dan perkembangan  dari dalam diri anak didik. Dengan demikian barulah fitrah itu diberikan hak untuk membentuk pribadi anak dalam waktu bersamaan faktor dari luar akan mendidik dan mengarahkan kemampuan dasar (fitrah) anak.

Oleh karena itu pendidikan secara operasional mengandung dua aspek yaitu aspek menjaga atau memperbaiki, dan aspek menumbuhkan atau membina.[4]

Pendidikan Agama Islam di sekolah SMU Hasyim Asy’ari Kudus merupakan bagian integral dari pembelajaran lembaga tersebut, serta merupakan bagian yang amat penting dalam rangka pemberian bimbingan dan pembinaan pada anak agar mampu memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam serta menguasai ilmu pengetahuan (tehnologi) berdasarkan moral agama sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dengan adanya Pendidikan Agama Islam di sekolah SMU Hasyim Asy’ari Kudus, secara dini siswa diperkenalkan dengan aturan mulia serta norma-norma luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang meliputi cara yang berhubungan dengan masyarakat sekitarnya, yang akhirnya diharapkan menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah akan terbentuk manusia berakhlak yang memiliki semangat kebangsaan yang tinggi untuk dijadikan modal utama penggerak pembangunan diri pribadi maupun pembangunan bangsa, negara dan agama.

Tekanan utama dalam Pendidikan Agama Islam menurut Rasuluallah SAW adalah akhlak yang mulia. Kepandaian dan ketrampilan tidak akan pernah membuahkan kemanfaaatan bagi manusia tanpa didasari oleh akhlak. Demikian maksud haits yang baik diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah :                 

قال النبي صلى الله عليه وسلم انما بعثت لاتَمم مكا رم الاخلاَق (رواه البخارى)



Artinya :   “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah SWT semata-mata untuk menyempurnakan akhlak  manusia” (H.R. Bukhari).[5]

           

Berdasarkan sabda Rosulullah ini, maka terbentuknya kepribadian yang berakhlak mulia adalah tujuan Pendidikan Agama Islam untuk semua jenjang  pendidikan.

Sehubungan dengan hal tersebut penulis terdorong  untuk meneliti sejauh mana peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk kepribadian yang berakhlak mulia.



B.     Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca, maka akan dijelaskan arti istilah-istilah dalam judul skripsi “Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Kepribadian yang Berakhlak Mulia Siswa Kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus”. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1.      Peran

      Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.[6]

2.      Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan  proses perbuatan dan cara mendidik.[7]

3.      Agama

Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan.                    kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.[8]





4.      Islam

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang     berpedoman kepada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril.[9]

5.      Dalam membentuk

Dalam membentuk adalah membuat sesuatu dengan bentuk atau menjadikan seseorang berprilaku yang lebih baik.[10]

6.      Kepribadian

Kepribadian adalah suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik, lahir batin dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.[11]

7.      Yang berakhlak

Yang berakhlak adalah mempunyai budi pekerti .[12]

8.      Mulia

Mulia adalah tinggi (kedudukan pangkat, martabat), terhormat, luhur, baik budi.[13]



Dari penegasan istilah tersebut di atas, maka yang penulis maksud dengan judul skripsi ini adalah untuk meneliti apakah Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia di SMU Hasyim Asy’ari Kudus atau tidak ?



C.  Perumusan Masalah


Berkaitan dengan judul skripsi di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

  1. Bagaimana peran Pendidikan Agama Islam di SMU Hasyim Asy’ari Kudus ?
  2. Bagaimana membentuk kepribadian yang beraklak mulia siswa kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus ?
  3. Sejauhmana peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk kepribadian yang berakhlak mulia pada siswa kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus ?



D.   Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1.       Untuk mengetahui peran Pendidikan Agama Islam SMU Hasyim Asy’ari Kudus.

2.       Untuk mengetahui bentuk kepribadian yang berakhlak mulia siswa kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus.

3.       Untuk mengetahui peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk kepribadian yang berakhlak mulia siswa kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus.



E.   Metode Penelitian

Untuk mencapai hasil penelitian yang memenuhi syarat haruslah menggunakan metode tertentu. Adapun metode yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1.  Sumber Data

Demi kelancaran penyusunan skripsi ini penulis mempergunakan bahan-bahan acuan yang didapat dari :

a.       Data Kepustakaan

Wujud dari data ini adalah koleksi-koleksi kepustakaan seperti : buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah yang sedang dibahas.





b.      Data Lapangan

Yang dimaksud dengan data lapangan adalah semua hal fenomena dari peristiwa yang berada di lokasi penelitian,  sejauh relevan dengan masalah yang sedang dibahas.

2.   Populasi dan Sampel

Sehubungan dengan populasi dan sampel penelitian bahwa populasi penelitian yaitu keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[14]

Dalam penelitian ini populasi yang diamati adalah seluruh kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus tahun ajaran 2003/2004.

Adapun perincian jumlah siswa kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus adalah sebagai berikut :

Jumlah siswa kelas II 1 jumlah siswa 40

Jumlah siswa kelas II 2 jumlah siswa 40

Jumlah siswa kelas II 3 jumlah siswa 40

Jumlah                           =        120

Diambil sampel 25 %.

 = 30 anak

Adapun untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik random sampling atau sampel acak, yaitu mengambil sampel secara random tidak pandang bulu. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.[15]





3.    Teknik Pengumpulan Data

a.       Metode Observasi

Metode observasi yaitu suatu bentuk penelitian di mana peneliti meneliti obyek yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung.[16]

Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dapat dicek dan dikontrol validitas, relialibilitas dan ketelitian sebagaimana dalam metode ilmiah lainnya. 

b.      Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dokumen, transkrip buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen rapat, agenda dan sebagainya.[17] Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian. Maka sebagai sumber data, penulis minta keterangan kepada kepala sekolah, wali kelas, serta guru bidang studi Pendidikan Agama Islam.

c.       Metode Angket

Metode angket atau kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data baru yang berupa jawaban dari responden.[18]

d.   Metode Interview/ Wawancara

Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan pendidikan.[19] wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab lisan kepada subyek atau responden yang dipandang berhubungan dengan obyek yang diperlukan dalam kegiatan. Yang dihasilkan dalam kegiatan antara lain data tentang sejarah berdirinya SMU Hasyim Asy’ari Kudus dan lain-lain.

4.      Analisis Data

Setelah data diperoleh tahap berikutnya adalah analisa data. Dalam analisa data penulis menggunakan analisa kualitatif, yaitu menggunakan kata-kata dalam menguraikan dan mengakhirinya dengan disimpulkan. Dan dengan pengembalian dari data responden yaitu para siswa yang menjadi objek dalam penelitian dengan menganalisis data yang diperoleh dari responden melalui penyebaran angket yang kami berikan adalah dengan menggunakan bentuk prosentase. Menggunakan bentuk prosentase dengan rumus :

P  =%

Keterangan :

P    =  Prosentase

F    =  Frekuensi

N   =  Jumlah Responden



Tata pikir yang digunakan adalah induksi dan deduksi.

a.       Induksi

Induksi yaitu pengambilan kesimpulan dari pengetahuan yang bersifat khusus menuju pengetahuan yang bersifat umum. Atau suatu pemikiran yang bertitik tolak dari masalah-masalah yang kongkrit, yang nyata untuk ditarik kesimpulan yang bersifat umum.[20]

b.      Deduksi

Deduksi yaitu pengambilan kesimpulan dari pengetahuan yang bersifat umum menuju khusus. Boleh juga dikatakan apa saja yang dipandang perlu atau benar pada suatu peristiwa yang pada suatu peristiwa yang termasuk di kelas atau golongan itu.[21]



F.   Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mengetahui keseluruhan isi atau materi-materi secara global maka penulis perlu mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini yang terdiri dari tiga bagian :

1.      Bagian Muka

Pada bagian muka terdiri dari halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi dan daftar tabel.

2.      Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari beberapa bab yaitu :

Bab I     :    Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penyusunan skripsi.

Bab II    :    Pembahasan Tentang Pendidikan Agama Islam dan Kepribadian

                   Dalam bab ini penulis memaparkan, pertama tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, yang meliputi hasil pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, dan tujuan Pendidikan Agama Islam. Kedua, mengenai kepribadian dan akhlak mulia yang terdiri dari pengertian kepribadian, aspek-aspek kepribadian, faktor yang mempengaruhi kepribadian, dan konsep akhlak yang mulia.

Bab III  :    Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian yang Berakhlak Mulia SMU Hasyim Asy’ari Kudus

                   Dalam bab ini penulis paparkan pertama, tentang gambaran umum, yang meliputi letak geografis SMU Hasyim Asy’ari, sejarah berdirinya, keadaan siswa, keadaan guru serta sarana dan prasarana. Kedua, mengenai peran PAI dalam membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, yang menjelaskan tentang peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, Kepribadian siswa kelas II yang berakhlak mulia. Ketiga mengenai data tentang kepribadian siswa kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus.

Bab IV  :    Analisis Data tentang Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Kepribadian yang Berakhlak Mulia.

                   Dalam bab ini berisi analisis peran Pendidikan Agama Islam, analisis pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, dan  analisis peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk kepribadian yang berakhlak mulia siswa kelas II SMU Hasyim Asy’ari Kudus.

Bab V    :    Penutup

                   Bab ini merupakan bab akhir, yang berisi tentang kesimpulan, saran dan penutup.

3.      Bagian Akhir

Dalam bagian ini terdiri dari daftar pustaka, daftar lampiran dan daftar riwayat hidup.




[1]Muh. Fadhil Al-Djamaly, Filsafat Pendidikan Islam, H.M. Arifin, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 17.


[2]Al-Qur’an, Surat Ar-Rum Ayat 30, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,  Departemen Agama, 1989, hlm. 645.


[3]Al-Qur’an, Surat An-Nahl Ayat 78, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,  Departemen Agama, 1989, hlm. 413.

[4] H.M. Arifin, Op. Cit,  hlm. 36.

[5]Djarnawi Hadikusumo, Ilmu Akhlak, Yogyakarta, hlm. 57.


[6]Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Cetakan IV, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 667.


[7]Ibid, hlm. 1204.


[8]Ibid, hlm. 9.

[9]Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Op. Cit,  hlm. 340.


[10]Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Cetakan II, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 119.


[11]Tim Dosen FIKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hlm. 110.


[12]Ibid, hlm. 17.


[13]Ibid, hlm. 788.

[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 1992, hlm. 107.


[15]Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 107.


[16]Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm. 63.


[17]Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 124.


[18]Koentjaraningrat, Metode Peneltian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1981, hlm. 113.


[19]Sutrisno Hadi, Op. Cit. hlm. 193.

[20]Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm. 43.


[21]Ibid, hlm.43.