KONSEP AL-QUR’AN TENTANG METODE KISAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur'an sebagai kitab suci agama Islam  merupakan kitab yang paling sempurna di antara kitab samawi yang diturunkan Allah SWT,  Ia merupakan mukjizat yang abadi, satu-satunya sumber yang tidak terbantah dan pasti al-Qur'an berbicara kepada ratio (conscience) manusia, ia juga mengajarkan kepada manusia dengan berbagai praktek ibadah dan menunjukkan kepada manusia di mana letak kebaikan  dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatan.[1]

Selanjutnya, M. Utsman Najati menyatakan bahwa Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia kepada jalan yang terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya dan mengantarkan manusia ke jenjang kesempurnaan insani agar dengan demikian  ia dapat  merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya di dunia dan di akhirat.[2] Hal ini sebagaimana firman Allah :

 Artinya : “Al-Qur'an ini adalah bukti-bukti yang nyata bagi manusia,  petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini” (QS. Al Jaatsiyah, 45 : 20)[3]



Al-Qur'an juga mendorong manusia untuk berjalan di muka bumi, mengamati makhluk-makhluk yang ada di alam semesta ini dan mengkaji serta memikirkan  ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi. “Sehingga keindahan dan kejadian makhluk dapat dijadikan sebagai bukti akan adanya dzat pencipta

Yang Maha Suci dan Maha Tinggi”.[4]  Firman Allah :



Artinya : “Katakan : “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya…. (QS Al An Kabut, 29 : 20)[5]



Berangkat dari misi Al-Qur'an sebagai pedoman, tugas manusia adalah mengkaji dan memahaminya. Manusia sebagai makhluk Allah  telah dibekali dengan berbagai potensi dan fitrah yaitu kemampuan dasar perkembangannya manusia. Yang di dalamnya mengandung komponen psikologis yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi kehidupan manusia. Maka dengan demikian  Al-Qur'an tidak cukup hanya dibaca saja, melainkan  perlu dipahami dan diamalkan  isi kandungannya. Jadi telah menjadi tugas  manusialah untuk mengadakan  penelitian  dan pengamatan terhadap isi kandungan Al-Qur'an  tersebut.

Di antara isi kandungan Al-Qur'an adalah penjelasan mengenai masalah pendidikan, termasuk di dalamnya membahas pendidikan anak. Di dalam masalah pendidikan anak-anak ini agar dapat mencapai hasil maksimal, tentu tidak lepas dari peran dan tanggung jawab orang tua dan lembaga lainnya serta sejauh mana  ketepatan penggunaan metode pendidikan yang diterapkan dalam pendidikan anak tersebut.

Mengenai penggunaan metode ini Allah berfirman :







Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik,...” (QS:  An-Nahl: 125)[6]



Di antara metode pendidikan yang telah dijelaskan Al-Qur'an  adalah metode kisah atau sering pula disebut metode cerita. Kisah  mempunyai  daya tarik yang menyentuh perasaan.

Sebagaimana pendapat Muhammad Quthb yang diterjemahkan Drs. Salman Harun dalam bukunya yang berjudul Sistem Pendidikan Islam, bahwa Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan.[7]

Melalui kisah-kisah Al-Qur'an berusaha menanamkan tujuan-tujuan keagamaan yang berkenaan dengan akidah, suri teladan, atau hukum yang hendak diajarkannya kepada manusia firman Allah Swt :





Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran  bagi orang-orang yang mempunyai akal…”(QS Yusuf, 12 : 111)[8]



Apapun metode yang digunakan , satu hal yang harus diperhatikan bahwa  hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan  Islam di mana tujuan akhir adalah merealisasikan ubudiyah  kepada Allah di dalam kehidupan manusia , baik individu maupun masyarakat.

Kepribadian merupakan ciri khas seseorang dan kepribadian dapat dibentuk melalui bimbingan dari luar. Kenyataan ini memberi peluang bagi usaha pendidikan untuk memberi andilnya  dalam usaha pembentukan kepribadian. Dan dalam ini pula diharapkan pembentukan kepribadian muslim dapat diupayakan melalui pendidikan yang sejalan dengan ajaran Islam.

Untuk mewujudkan  tujuan tersebut, maka diperlukannya suatu strategi dalam bentuk metode yang baik. Di mana metode tersebut mempunyai andil dalam pembentukan kepribadian muslim yang diharapkan. Namun hendaknya metode tersebut berdasarkan  Al-Qur’an dan sesuai dengan perkembangan psikologis anak didik.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis bermaksud mengkaji tentang : Metode kisah menurut Al-Qur’an dan implikasinya terhadap pembentukan kepribadian muslim.



B.  Penjelasan Istilah dan Batasan Masalah


Untuk menghindari salah persepsi atau salah pengertian atau salah penafsiran dalam skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah dan batasan masalah, sebagai berikut :

  1. Metode Kisah

Metode adalah “cara yang diatur dan  terpikir baik untuk mencapai maksud”, atau “cara kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”[9] Sedangkan kisah adalah : “cerita tentang kejadian (riwayat dan sebagainya) dalam kehidupan seseorang dan sebagainya”.[10]

Kisah ini sering disebut cerita. Sehingga kadang-kadang penulis menggunakan istilah kisah  dan kadang pula cerita. Jadi metode kisah adalah suatu penyampaian materi yang dilakukan dengan teratur  (bersistem) guna memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan, sehingga dapat didengar maupun dilihat dan diambil pelajaran dari kisah tersebut.

Sedangkan pengertian Al-Qur'an adalah :

“Kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril ke dalam kalbu Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab dan  disertai dengan kebenaran, agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, di samping merupakan amal ibadah jika membacanya”.[11]



Dengan demikian maka, metode kisah menurut Al-Qur’an adalah suatu penyampaian materi yang dilakukan dengan teratur  (bersistem) guna memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan, sehingga dapat didengar maupun dilihat dan diambil pelajaran dari kisah tersebut yang didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an.

  1. Implikasi

Implikasi adalah “keterlibatan atau keadaan terlibat yang termasuk atau tersimpul”.[12]

  1. Pembentukan

Adalah proses, perbuatan, cara membentuk.[13]

  1. Kepribadian Muslim

Kepribadian atau personality dalam bahasa Inggris atau Syahsyiyah dalam bahasa Arab adalah : “Organisasi dinamis dari peralatan pisik dan psikis  dalam diri individu yang unik dalam  penyesuaiannya dengan lingkungannya.”[14]

Sedangkan muslim berasal dari akar kata “Aslama – yuslimu – Islamun”yang berarti tunduk, patuh beragama  Islam. Kemudian membentuk isim fail muslim yang artinya orang yang Islam, muslim yang patuh menurut perintah”.[15]

Jadi kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik jasmani dan rohani selalu tunduk dan patuh menurut perintah Allah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari kepribadian muslim tercermin dalam perilaku akhlakul karimah.

Jadi implikasi terhadap kepribadian muslim adalah keadaan terlibat yang ditimbulkan oleh penggunaan metode kisah, sehingga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian muslim.

Dari batasan-batasan istilah tersebut bahwa metode kisah menurut Al-Qur’an dan implikasinya terhadap pembentukan kepribadian adalah metode kisah menurut Al-Qur’an dan keterlibatannya dalam proses membentuk pribadi muslim yang khususnya tercermin dalam perilaku akhlakul karimah.



C. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah pada bagian lalu, dalam skripsi ada tiga rumusan  permasalahan yang akan di kaji, yaitu :


  1. Bagaimanakah metode kisah menurut Al-Qur’an?
  2. Bagaimanakah kepribadian muslim menurut Al-Quran?
  3. Bagaimanakah implikasi metode kisah terhadap pembentukan kepribadian muslim?



D. Tujuan Penulisan Skripsi


Ada beberapa tujuan yang akan penulis capai dalam penyusunan skripsi ini. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui secara  mendalam metode kisah menurut Al-Qur’an.
  2. Untuk mengetahui secara mendalam kepribadian muslim menurut Al-Qur’an.
  3. Untuk mengetahui implikasi metode kisah terhadap pembentukan kepribadian muslim.



E. Metode Penelitian


Penulisan skripsi ini di susun berdasarkan pada penelitian kepustakaan (library research), yaitu  penulis  mengambil  sumber dari kitab-kitab tafsir Al-Qurán dan buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas.

Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian tafsir  maudlu’i. Sebagaimana pendapat al Farmawi, yang disitir oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “Membumikan Al-Qur’an”  menjelaskan bahwa penggunaan metode ini dapat dilakukan dengan cara :

“merumuskan masalah yang akan dibahas, menghimpun, menyusun, memahami korelasi ayat-ayat menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (out line), melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok permasalahan serta menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama.”[16]



F. Sistematika Skripsi


Sistematika skripsi ini disusun  sebagai berikut :

  1. Bagian muka

Bagian ini berisi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar serta halaman daftar isi.

  1. Bagian isi

Bab  I        : Pendahuluan

Dalam pendahuluan berisi tentang :Latar belakang masalah , penjelasan istilah dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II        :  Dalam bab ini akan di uraikan secara sistematis mengenai metode  kisah menurut Al-Qur'an yang meliputi : pengertian metode kisah, macam-macam kisah dalam Al-Qur'an, tujuan dan faidah serta cara berkisah, pentingnya kisah edukatif dalam Al-Qur'an, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode kisah.

Bab III      : Dalam bab ini akan diuraikan  tentang konsep kepribadian muslim, meliputi : pengertian kepribadian muslim, aspek-aspek kepribadian muslim, faktor-faktor pembentukan kepribadian muslim, sifat-sifat kepribadian muslim, dan proses pembentukan kepribadian muslim.

Bab IV      : Dalam bab ini akan diuraikan tentang implikasi metode kisah terhadap pembentukan kepribadian muslim, meliputi : Urgensi metode kisah dalam dengan pembentukan  kepribadian muslim, dan implikasi metode kisah terhadap pembentukan kepribadian muslim yang meliputi: metode kisah membentuk pribadi muslim yang taat kepada Allah, metode kisah membentuk pribadi muslim yang taat pada orang tua dan guru, metode kisah membentuk  pribadi muslim yang tawadlu’, dan metode kisah membentuk  pribadi muslim yang berakhlak mulia

Bab V        : Penutup, berisi : kesimpulan, saran dan kata penutup.



  1. Bagian akhir

Pada bagian akhir ini dimuat tentang daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.











































DAFTAR PUSTAKA



Abdul Wahhab Khallaf Dr., Kaidah-kaidah Hukum Islam, Risalah, Bandung, 1985

Anton M. Moelyono, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989

H., Mahmud Yunus Prof., Kamus Arab – Indonesia, YP3Q, Jakarta, 1983

Houston Mifflin, Webster’s Unabridged Dictionary of the English  Language, Prortland House, New York, 1989

John M. Echole dan Hasan Sadily, Kamus Inggris – Indonesia, PT Gramedia, Jakarta, 1982

Dr. M. Utsman Najati, Al-Qur'an wa Ilmu Al-Nafs, Ahmad Rofi’ Usmani, pentj., Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, terj.,  Pustaka, Bandung, 1985

M. Quraish Shihab, Dr, MA, Membumikan Al-qur’an, Mizan, Bandung, 1992

R.H.A. Soenarjo, Prof SH., dkk, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depertemen Agama RI, Jakarta, 1978

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, diterjemahkan oleh Drs. Salman Harun, Al-Ma’arif, Bandung, 1993

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1995


























































[1] Dr. M. Utsman Najati, Al-Qur'an wa Ilmu Al-Nafs, Ahmad Rofi’ Usmani, pentj., Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, terj.,  Pustaka, Bandung, 1985, hlm. 1

[2] Ibid.

[3] Prof . R.H.A. Soenarjo, SH., dkk, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depertemen Agama RI, Jakarta, 1978, hlm. 817

[4] Dr. M. Usman Najati, op. cit., hlm. 2

[5] Prof. R.H.A Soenarjo, SH., dkk., op. cit., hlm. 631

[6] Ibid, hlm. 421

[7] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, diterjemahkan oleh Drs. Salman Harun, Al-Ma’arif, Bandung, 1993, hlm. 348

[8] Prof. R.H.A. Soenarjo, SH, dkk.,  Op.Cit, hlm.366

[9]  Anton M. Moelyono, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. hlm. 580-581

[10] Tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 505

[11] Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Risalah, Bandung, 1985, hlm. 21

[12] Tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit., hlm. 347

[13] Ibid, hlm. 119

[14] Dr. M. Usman Najati, Op.Cit, hlm. 240

[15] Prof. H., Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, YP3Q, Jakarta, 1983, hlm. 177

[16] Dr. M. Quraish Shihab, MA, Membumikan Al-qur’an, Mizan, Bandung, 1992, hlm. 114 – 115.