Hubungan Tingkat Keberagamaan dengan Profesionalitas Guru PAI di Mi Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus Tahun 2004

A.    Latar Belakang Masalah

Dalam situasi apapun posisi serta peran guru kehidupan atau di lingkungan masyarakat adalah tetap penting, apalagi pada saat seperti ini kondisi masyarakat semakin maju, yang ditandi dengan kadar rasionalisasi dalam berkarya, dan lebih mengutamakan efisiensi. Baik ditinjau dari segi penataan masyarakat di bidang moral, bidang idiologis, bidang intelektual maupun dalam praktis pembangunan masyarakat yang bersifat fisik maupun kebendaan.

Jabatan seorang guru bersifat strategis di dalam kehidupan dan perkembangan masyarakat, akan tetapi suksesnya profesionalitas seorang guru perlu mendapatkan dorongan dari semua pihak, terutama menuntut  keaktifan, keuletan dan kesabaran, dan dedikasih secara berkesinambungan dari diri guru sendiri. maka dari itu, seorang guru harus menambah pengetahuannya dari apa yang di dapat sejak masih menjadi calon guru, dengan cara ini guru akan lebih profesional. Suatu pekerjaan dipandang memerlukan kemampuan profesional bila pekerjaan tersebut memerlukan pendidikan lanjut (advanced education), dan latihan khusus (special training). Karena dalam jabatan tersebut diperlukan kemampuan menganalisis, merencanakan, menyusun program, mengelola dan menilai. Perlu diketahui bahwa terkadang guru dalam menyampaikan pelajaran kurang meguasai bahan.

Kita sepakat bahwa posisi serta peranan guru dalam membimbing atau membantu belajar siswa yang akan dapat berdampak kepada kehidupan serta perkembangan masyarakat luas pada umumnya. Seperti memberantas kebodohan, mencetak generasi yang mempunyai potensi di masa yang akan datang. Kita juga sepakat bahwa guru hendaknya mampu berperan langsung serta positif dalam kehidupan masyarakat tetapi hendaknya kita juga realistis untuk tidak menuntut beban kerja, tanggung jawab moral dan pengorbanan yang berlebihan dari para guru. sebab di samping mereka memikirkan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik atau siswa. Apalagi kalau mereka sudah berkeluarga bukan tidak mungkin mereka banyak tugas yang tidak bisa diabaikan.

Akan tetapi menurut pandangan orang awam atau masyarakat umum bahwa guru adalah seseorang yang bisa dalam segala hal, baik itu dalam bidang sosial, bidang eksak, dan ilmu agama. Maka dari itu, seorang yang berpotensi sebagai seorang guru apalagi guru agama, sebab guru agama pada masa-masa sekarang ini sangat diperlukan mengingat moral dari bangsa kita mulai turun.

Oleh karena itu sebagai seseorang yang berprofesi guru mau tidak mau harus mengimbangi apa yang diingini oleh masyarakat, karena seorang guru juga dituntut untuk menjadi guru yang profesional atau berkualitas, oleh sebab itu dia harus mempersiapkan diri sejak dini, dan guru bisa dikatakan juga adalah sebagai penuntun atau suri tauladan yang baik bagi siswa maupun masyarakat.

B.     Penegasan Istilah


Penegasan ini merupakan pembahasan awal, maksudnya untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman yang dapat menimbulkan pengertian ganda dalam penafsiran terhadap istilah yang digunakan  dalam  judul  penelitian  ini.  Adapun  judul  penelitian  ini   adalah

“Hubungan Tingkat Keberagamaan dengan Profesionalitas Guru PAI di Mi Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus Tahun 2004”.

1.      Tingkat Keberagamaan

Yang dimaksud dengan tingkat keberagamaan di sini adalah sejauhmana keterlibatan seseorang dalam agama yang diyakini sebagai ajaran yang lurus. Untuk mengukur tingkat keberagamaan digunakan konsep religiusitas menurut pendapat Glock dan Stark. Menurut kedua ahli tersebut, untuk mengetahui tingkat keberagamaan seseorang melalui lima dimensi yaitu: dimensi ritual (ritual involvement), dimensi ideologi (ideological involvement), dimensi intelektual (intelektual involvement), dimensi pengalaman (experiential involvement), dan dimensi konsekwensi (consequential involvement).[1]

Tingkat keberagamaan di sini bukan menunjuk pada salah satu aspek keagamaan dari kelima aspek religiusitas, akan tetapi kelima aspek tersebut merupakan konstruk yang utuh supaya dilaksanakan oleh umat Islam, dalam melaksanakan ajaran agamanya. Maka kelima dimensi keagamaan yang dikemukakan oleh Glock dan Stark diharapkan dapat mengungkap tingkat keberagamaan seseorang. Dari kelima dimensi tersebut dapat terbagi dalam tiga aspek kehidupan manusia secara menyeluruh. Dimensi ideoligikal dan dimensi intelektual merupakan aspek kognitif, dimensi pengalaman merupakan aspek afektif keberagamaan, dimensi ritualistik dan dimensi konsekuensial merupakan aspek psikomotor keberagamaan.[2]

2.      Profesionalitas Guru PAI

Yang dimaksud dengan profesionalitas yaitu mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang-orang yang profesional.[3] Jadi bisa penulis simpulkan bahwa profesionalisme adalah mutu atau kualitas seorang pekerja yang menekuni salah satu bidang. Sedangkan kualitas seorang guru itu bisa dilihat dari beberapa hal yaitu kemampuan pribadi guru, kemampuan sosial guru, kemampuan profesional guru dan pengalaman guru. Guru adalah tenaga pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan utama mengajar pada jenjang dasar dan pendidikan menengah.[4] Menurut penulis guru adalah seorang yang menjadi panutan dari semua murid, bahkan semua masyarakat umum.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam yaitu, usaha-usaha sadar secara sistematis dan praktis dalam membantu anak didik, supaya mereka bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.[5] Jadi yang dimaksud dengan profesionalitas guru PAI yaitu sejauhmana kualitas diri seorang pengajaran atau pendidik yang hanya bertugas mengajar melaksanakan agama Islam baik di sekolah dasar, menengah, maupun sekolah kejuruan.

Jadi dalam penulisan ini terbatas pada kajian tentang tingkat keberagamaan yang terdiri dari lima dimensi yang disebut oleh Glock dan Stark. Dan profesionalitas guru PAI ini hanya mencakup dari tiga kemampuan seorang guru, yang lokasinya di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus.

C.    Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis mengangkat beberapa pokok permasalahan, yaitu sebagai berikut :

  1. Bagaimana tingkat keberagamaan guru PAI di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus ?
  2. Bagaimana profesionalitas guru PAI di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus ?
  3. Apakah ada hubungan antara tingkat keberagamaan dengan profesionalitas guru PAI di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus ?

D.    Tujuan Penelitian


Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis mengambil tujuan penelitiannya adalah:

  1. Untuk mengetahui tingkat keberagamaan guru di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus.
  2. Untuk mengetahui profesionalitas guru PAI di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus.
  3. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara tingkat keberagamaan dengan profesionalitas guru PAI di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus.

E.     Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
  1. Bagi masyarakat akan semakin tanggap terhadap permasalahan keagamaan yang berkembang di lingkungannya.
  2. Bagi guru agar di dalam menyampaikan pelajaran pada siswa supaya lebih berkualitas, sehingga dapat menciptakan generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa.
  3. Bagi guru PAI makin tanggap terhadap permasalahan keagamaan yang berkembang di sekolah atau siswanya.

F.     Hipotesis


Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.[6] Oleh karena itu hipotesis masih perlu diuji melalui data yang terkumpul yang kemudian dianalisis. Dalam hal ini hipotesis sangat penting artinya, terutama dalam memberikan arah pedoman penelitian dengan tidak menyimpang dari tujuan yang telah diterapkan.

Sehubungan dengan penelitian ini penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Ada korelasi yang positif dan signifikan antara tingkat keberagamaan dengan profesionalitas guru PAI di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus”.

Penulis dalam merumuskan hipotesis ini berdasarkan pendapatnya Piet A.S dalam bukunya yang berjudul Profil Guru Profesional yang mengatakan bahwa profesional itu dapat mempengaruhi kegiatan keagamaan.[7]


G.    Metode Penelitian

1.      Metode Penentuan Subyek

Dalam melaksanakan penelitian penulisan menentukan populasi penelitian. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.[8] Sebagai subyek penelitian adalah guru agama Islam di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus. Adapun jumlah subyek penelitian yaitu 9 (sembilan) guru agama Islam yang mengajar di MI Matholibul Ulum II Kedungsari Gebog Kudus.

2.      Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.[9] Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu :

a.       Variabel keagamaan (variabel independen) dengan indikasi sebagai berikut:

1)      Dimensi ritual dan ibadah

2)      Dimensi idiologis

3)      Dimensi intelektual dan pengetahuan

4)      Dimensi pengalaman

5)      Dimensi konsekuensi

b.      Variabel profesionalitas (variabel dependen) dengan indikasi sebagai berikut:

1)      Kompetensi profesional

2)      Kompetensi personal

3)      Kompetensi sosial

3.      Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

a.   Penelitian Perpustakaan (library research)

Yaitu menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan para ahli terdahulu, mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti, memanfaatkan data-data sekunder, menghindari duplikasi penelitian.[10]

b.   Penelitian Lapangan (field research)

Yaitu riset yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Metode digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada di lapangan atau lokasi penelitian.[11]

1)   Metode utamanya adalah metode angkat yaitu pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan tertulis kepada responden untuk memberikan jawaban tertulis.[12] Dari pendapat di atas maka yang dimaksud adalah daftar pertanyaan tentang suatu hal yang harus dijawab atau dikerjakan subyek sebagai laporan tentang keadaan pribadinya. Dalam hal ini penulis mengajukan angket kepada guru PAI untuk mengetahui tingkat keberagamaan dan profesionalitas.

2)      Metode dokumentasi, sebagai instrumen tambahan atau metode yang menunjang, yaitu: peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, notulen rapat, langger, agenda dan lain sebagainya.[13]

3)      Metode interview, yaitu mencari data dengan jalan tanya jawab dengan responden, secara sistematis yang berdasarkan satu tujuan penelitian.[14]  Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara informal dan tak terstruktur. Wawancara informasl artinya wawancara yang pertanyaannya tergantung pada si pewawancara itu sendiri. Hubungan pewawancara dan yang diwawancarai adalah dalam suasana wajar. Sewaktu pembicaraan berjalan, yang diwawancarai terkadang tidak tahu bahwa ia sedang diwawancari yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal.

4.      Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan kemudian menganalisis data. Adapun untuk menganalisis data dengan tahapan sebagai berikut
a.       Analisis Pendahuluan

Dalam analisis pendahuluan ini, akan dipaparkan hasil angket untuk setiap variabel yang ada pada penelitian, yaitu data tentang tingkat keberagamaan dengan profesionalitas guru PAI.

Jawaban responden diberi nilai dengan ketentuan :

1)      Jawaban A diberi nilai 4

2)      Jawaban B diberi nilai 3

3)      Jawaban C diberi nilai 2

4)      Jawaban D diberi nilai 1


b.      Analisis Uji Hipotesis

Analisis ini digunakan untuk mengisi distribusi frekuensi yang telah dianalisis dalam pendahuluan, kemudian dimasukkan dalam rumusan korelasi product moment yaitu :


Keterangan :

rxy     : Koefisien korelasi

N      : Jumlah responden

X      : Nilai data X

Y      : Nilai data Y [15]

c.       Analisis Lanjut

Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, kemudian ro dikonsultasikan dengan tabel baik taraf signifikan 5% maupun 1%, apabila ro dan koefisien korelasi lebih besar daripada rt (tabel), maka hasil akhir adalah signifikan dan hipotesa yang diajukan diterima, tapi sebaliknya apabila ro lebih kecil dari pada rt (tabel), maka hasil yang diperoleh adalah tidak signifikan yang berarti tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y, maka hipotesa yang diajukan ditolak.

H.    Sistematika Penulisan Skripsi


Secara sistematis penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1.      Bagian Muka

Pada bab ini memuat : halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, dan halaman lampiran.

2.      Bagian Isi

Pada bagian ini terdiri dari :

Bab I      :  Pendahuluan

                  Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, penegasan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II     :  Landasan Teoritis

Pada bab ini akan dijelaskan tingkat keberagamaan, meliputi: pengertian, penjabaran dari beberapa dimensi. Pengertian profesionalitas, jabatan guru sebagai profesi, cara mengukur kemampuan mengajar guru. Hubungan tingkat keberagamaan dengan profesionalitas PAI.

Bab III   :  Data Lapangan.

Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum MI Matholibul Ulum II Kedungsari, meliputi : sejarah berdirinya, lokasi dan fasilitas, keadaan guru dan siswa, struktur organisasi, administrasi, sarana dan prasarana. Gambaran keberagamaan guru, profesionalitas guru PAI dan diskripsi variabel. 

Bab IV   :  Analisis Data

                  Analisis data ini meliputi : analisis pendahuluan, analisis uji hioptsis dan analisis lanjut.

Bab V     :  Penutup

                  Meliputi : kesimpulan dari seluruh isi skripsi, saran-saran dan kata penutup.

3.      Bagian Akhir

Dalam bab ini terdiri dari : daftar pustaka, lampiran-lampiran dengan daftar riwayat hidup.

[1]Djamaluddin Ancok dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1994, hal. 77. [2]Taufik Abdullah (ed), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1991, hal. 93.  [3]Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal. 789.  [4]UU RI No. 2 Th. 1989, Tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hal. 13.  [5]Zuhairini, et.al, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, Fak. Tarbiyah IAIN Ampel, Malang, 1983, hal. 27. [6]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hal. 91.  [7]Piet A.S, Profil Guru Profesional, Sinar Grafika, Jakarta, 1998, hal. 110.  [8]Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 10. [9]Suharsimi Arikunto, Op. cit., hal. 91.  [10] Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (edt), Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 70. [11]Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yasbit, Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1997, hal. 9.  [12]Cholid Narbuka, Pengantar Metopen, Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, 1982, hal. 10. [13]Suharsimi Arikunto, Op. cit., hal. 202. [14]Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Andi Offset, Yogyakarta, 1997, hal. 136.  [15]Sutrisno Hadi, Statistik II, Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1984, hal. 294.