Dasar Pembentukan Akhlak Menurut Pandangan Islam

Pengertian Akhlak

Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab, jama’ dari khuluqun (خلق) yang berarti ibarat (sifat atau keadaan) dari pelaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan mudah dan wajar tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.[1] Adapun definisi akhlak menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a.       Menurut al-Ghazali dalam kitab Ihya’nya adalah :
الخلق عبارة عن هيئة النفس راسخة عنها تصد رالافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر ورؤية. [2]
Artinya : “Al-Khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

b.      Menurut pendapat Al-Amin
Akhlak adalah kebiasaan kehendak dengan menerangkan keinginan secara terus menerus.
c.       Menurut pendapat Ibnu Maskaweh
Akhlak adalah keadaan jiwa yang dari padanya keluarperbuatan-perbuatan tanpa pikiran dan pertimbangannya.[3]
 
Ajarkan Pendidikan Akhlak dan Moral Sejak Usia Dini
Pendidikan Akhlak Adalah Pondasi Penopang Zaman

Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak menurut M. Ali Hasan adalah agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (bertabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sedangkan menurut M. Yunus bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah :
  • Mendidik murid-murid supaya berlaku sopan santun dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam dan masyarakat.
  • Membentuk kepribadian murid-murid sebagai seorang muslim sejati.
  • Membiasakan sifat-sifat yang baik dan akhlak yang baik sopan santun, halus budi pekerti, adil dan sabar serta menjauhi sifat-sifat yang buruk. [4]
Perlu diketahui bahwa pendidikan akhlak itu tidak hanya di sekolah saja, tetapi ditanamkan sejak dini terutama didikan dan bimbingan dari orang tua. Proses aktualisasi fitrah manusia melewati beberapa tahapan kehidupan yang dalam psikologi menjadi bidang kajian psikologi perkembangan. Setelah manusia menginjak pada masa balita atau kanak-kanak, pada masa ini potensi anak dapat dikembangkan dengan cara memberikan suri tauladan perilaku (akhlak) yang baik pada anak karena disadari bahwa proses imitasi perilaku seringkali merupakan cara anak-anak memahami dan mengintroduksi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Melewati masa anak, manusia sampai pada masa remaja, dimana dalam masa ini seseorang mulai diperhitungkan perilakunya secara hukum (mukallaf). Dalam rentang kehidupan remaja ini diharapkan seorang telah melaksanakan kewajiban beragama (ibadah) dan mampu serta layak secara hukum melakukan berbagai transaksi muamalah. Terakhir adalah masa rema (rijal), manusia dalam tahap ini adalah manusia yang dewasa secara fisik, akal maupun mental, serta diharapkan mampu serta layak dalam melakukan perbuatan hukum.[5]
 

Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak adalah sangat penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedekan mahluk manusia dengan mahluk hewan. Jika manusia tanpa akhlak, maka akan hilanglah derajat kemanusiaannya sebagai mahluk Allah SWT yang paling mulia diantara mahluk lain.
Karena akhlak merupakan fondasi (dasar) yang utama dalam pembentukan pribadi manusia yang seutuhnya, maka pendidikan yang mengarah terbentuknya pribadi yang berakhlak, merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.
Rasulullah SAW bersabda :
لا اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا. [6]
Artinya : “Paling sempurna keimanan orang-orang mukmin ialah yang paling baik akhlaknya”.
Untuk lebih jelasnya bentuk-bentuk akhlak yang menjadi bahasan dan penulis anggap penting untuk diterapkan terhadap anak yaitu :

a.       Akhlak terhadap Allah,meliputi:
Pada dasarnya Akhlak terhadap Allah ialah hendaknya manusia itu beriman kepada Allah dan beribadah atau mengabdi kepada-Nya dengan ikhlas.[7] Iman kepada Allah berarti mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa allah itu ada dan suci dari segala sifat yang buruk karena Allah itu merupakan implementasi iman dalam segala bentuk perbuatan. Maka ciri akhlak kepada Allah bagi oang beriman dan berakhlak mulia, yaitu :
1)      Mengabdi kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.
2)      Tunduk dan patuh hanya kepada Allah.
3)      Berserah diri kepada ketentuan Allah
4)      Bersyukur hanya kepada Allah
5)      Merasa takut akan siksa Allah
6)      Imannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat Allah
7)      Cinta dan penuh harap kepada Allah.[8]

b.      Akhlak terhadap orang tua
c.       Akhlak terhadap oang lain atau mahluk lain
Diantara akhlak terhadap orang lain adalah bersikap sopan santun dalam bergaul, tidak sombong, bertutur kata yang lembut serta rendah hati. Seseorang dalam bergaul adalah tidak luput dari keterlibatan orang lain, untuk itu di dalam bergaul hendaknya bersikap yang baik, yang luwes, suka memaafkan orang lain bila ada kesalahan. Sebagaimana dalam firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 237.

d.      Akhlak terhadap diri sendiri
... ولا تلقوا بايديكم الى التّهلكة واحسنواانّ الله يحبّ المحسنين.
Artinya : “… dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

e.       Pendidikan sosial
Sebelum anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas, terlebih dahulu harus dibekali dengan pendidikan sosial, agar mengerti tentang adab sopan santun dan norma-norma sosial.
Allah berfirman :
انّماالمؤمنون اخوة فاصلحوا بين اخويكم واتّقواالله لعلّكم ترحمون.
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.[9]
 

Pembinaan Akhlak dan Metode Pembinaannya

a.       Pembinaan Akhlak
Penilaian terhadap sesuatu menurut Islam dimulai dari niat (kemauan), cara yang ditempuh, bedanya (barangnya) proses tindakan serta akibat dari tindakan itu.
Dasar penilaian ada yang berpendapat pada dua kata yaitu baik dan buruk, berikut menurut beberapa ahli :
1)      Imam Al-Ghazali dalamkitabnya “Ihya’ ulumuddin membagi khusnul Al-Khuluq dan ShuAl-Khuluq
a)       Husnu Al-Khuluq artinya akhlak yang baik, seperti taubat, tawakal, syukur, sabar dan zuhud.
b)      Shu Al-Khuluq artinya akhlak yang tercela, seperti hasud, iri hati, sombonh, bakhil dan lain sebagainya.
2)      Menurut pendapat Abu Bakar Atjeh yang sejalan dengan pendapatnya Imam Shazali. Abu Bakar menyatakan diantara kejahatan-kejahatan yang menentang Tuhan, di antaranya sifat-sifat yang tidak adil membahas dendam sdangkan perbuatan yang diridhoi oleh Tuhan ialah dermawan, sayang kepada manusia.[10]
Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis dapat simpulkan bahwa akhlak itu di bagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.

b.      Metode Pembinaan Akhlak
Islam sangat memperhatikan tentang pembinaan akhlak, karena dengan datangnya agama Islam merupakan penyelamat bagi alam semesta ini. Jika di dunia ini masih ada kemungkaran di mana-mana maka perlu adanya pembinaan-pembinaan dalam rangka menyelamatkan akhlak suatu bangsa. Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam, di antaranya dalam pelaksanaan rukun iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai denga perbuatan dan akhlak yang mulia mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah. Jadi di sini bahwa pembinaan akhlak dalam Islam juga berintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman.
  • Adapun menurut pendapat Imam Al-Ghazali bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung dengan konsep pembinaan akhlak dengan penjelasan : iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasulullah, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadla dan qadar Allah.[11]
  • Cara yang kedua, ditempuh dengan pembinaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinu.
  • Dengan melalui keteladanan.
  • Dengan menganggap dirinya itu banyak kekurangan tidak kelebihan, sehingga ia akan selalu berhati-hati dalam bertingkah laku.[12]

Kesimpulan

 
Manfaat Akhlak yang Mulia
Islam menginginkan akhlak yang mulia, karena akhlak yang mulia ini di samping akan membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang manfaatnya adalah orang yang bersangkutan. Manfaat tersebut, yaitu :
  • Memperkuat dan menyempurnakan agama
  • Mempermudah perhitungan amal di akhirat
  • Menghilangkan kesulitan
  • Selamat hidup di dunia dan akhirat.[13]

Daftar Pustaka

[1]Abdul Kholiq et.al, Pemikiran Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1999, hlm87.
[2]Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumudin, Jilid III, Sulaiman Mar’i, Singapura, hlm. 52.
[3]Idris Yahya, Telaah Akhlak dari Sudut Teoritis, Fakultas Ushuludin IAIN Walisongo, Semarang, 1983, hlm. 6.
[4]M. Yunus, Metode Pendidikan Agama, PT. Hida Karya Agung, Jakarta, 1983, hlm. 13.
[5]Rifaat Syauqi Nawawi, et.al, Metodologi Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm. 26-27.
[6]Imam Jalaluddin As-Syuyuti, Jamius Shaghir, Darul Ihya’ul Kitab Al-Arabiyah, Indonesia, t.th, hlm. 55.
[7]Humaidi Tata Pangarsa, Akhlak yang Mulia, Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm. 20.
[8]Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm. 62.
[9]Al-Qur’an, Surat Al-Hujurat Ayat 10, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 1992. hlm. 846.
[10]Abu Bakar Atjeh, Filsafat dalam Islam, CV. Ramadhani, Semarang, 1971, hlm. 13.
[11]Abu Dinata, Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 157-158.
[12]Ibid, hlm. 160.
[13]Abu Bakar Muhammad, Op.cit, hlm. 173.