Sejalan dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian mahluk di alam ini, maka pendidikan Islam mengidentifikasikan sasarannya yang digali dari sumber ajaran Al-Qur’an, meliputi empat pengembangan fungsi manusia yaitu :
a. Menyadarkan manusia secara individual pada posisi dan fungsinya di tengah mahluk lain, serta tentang tanggung jawab dalam kehidupan.[1]
Firman Allah menunjukkan kedudukan manusia tersbut sebagai berikut :
اذ قال ربّك للملئكة انّى خالق بشرامّن طين فاذا سوّيته ونفقخت فيه من رّوحي فقعواله سجدين.
Artinya : “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”. (QS. Shaad : 71-72).[2]
b. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakat itu. Oleh karena itu manusia mengadakan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia adalah homososius (mahluk sosial).[3]
c. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu manusia sebagai homodivinans (mahluk yang berketuhanan), sikap dan watak religiusnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Pada hakekatnyadalam diri tiap manusia telah diberi kemampuan untuk beragama dan kemampuan itu berada dalam fitrahnya secara alami.
Firman Allah yang menyadarkan posisi manusia sebagai hamba-Nya yang harus beribadah kepada-Nya antara lain :
ذ لكم الله ربّكم لااله الاّ هوّ خلق كلّ شيئ فاعبدوه وهو على كلّ شيئ وّكيل. لا تد ركه الابصاروهو يد رك الابصار وهواللّطيف الخبير.
Artinya : “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An’aam : 102-103).[4]
d. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap mahluk lain dan membawanya agar memahami hikmah Tuhan menciptakan mahluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
[1]M. Arifin, Op.cit, hlm. 33.
[2]Al-Qur’an, Surat Al-Ahzab Ayat 6, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 1992. hlm. 741.
[3]M. Arifin, Op.cit, hlm. 34.
[4]Al-Qur’an, Surat Al-An’aam Ayat 102-103, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 1992. hlm. 204.