Unsur-unsur Dalam Peningkatan Rasa Percaya Diri Siswa

1.         Pengertian Percaya Diri
Rasa percaya diri merupakan salah satu unsur dari pembetukan kepribadian seseorang. Rasa percaya diri ini dapat ditingkatkan dan semua dapat belajar untuk lebih percaya diri, karena pada dasarnya ada orang yang dilahirkan dengan rasa percaya diri serta ada pula yang tidak begitu percaya diri. Berikut akan dijelaskan pendapat para ahli mengenai percaya diri :
a.    Menurut Kenneth Hambali, mengemukakan bahwa rasa percaya diri adalah keyakinan diri kita mampu menangani segala situasi dengan tenang.[1]
b.    Menurut WJS. Poerwadarminta, dijelaskan bahwa rasa percaya diri/ kepercayaan diri berasal dari kata percaya yang artinya yakin bahwa diri kita mampu dan punya kekuatan untuk menyelesaikan suatu masalah dalam situasi maupun kondisi bagaimanapun.[2]
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk dapat menghadapi masa depan dengan optimis.
Rasa percaya diri pada seseorang tidak selalu sama, dapat meningkat dan dapat pula berkurang, ada situasi di mana merasa yakin, dan dapat pula merasa tidak demikian. Kepercayaan ini bagi seseorang dapat ditingkatkan, tetapi harus diusahakan dengan cara yang benar, dengan harus melatihnya, kita harus berusaha dan bila usaha itu diusahakan dengan baik kita dapat membuat perbaikan besar pada kepercayaan diri kita.

2.         Usaha-usaha untuk meningkatkan rasa percaya diri
a.         Analisis diri
Tindakan ini dapat dilakukan dengan catatan-catatan dan hal ini bisa menjadi hobi yang mengasikkan. Memahami diri sendiri adalah langkah pertama untuk meningkatkan percaya diri. Dengan menengok masa lampau kita dan kita cari hal-hal yang mengganggu, kita fikirkan mengenai kenyataan bahwa dalam beberapa situasi kita mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, karena kurangnya rasa percaya diri kita adalah alasan yang jelas, sehingga kita bersikap malu-malu, rendah diri dan tak mampu.[3]
Dengan menengok masa lampau, kita arahkan juga perhatian kita kepada kebaikan dan hal-hal yang terpuji yang telah dilakukan. Jadi dalam analisis diri ini janganlah kita pusatkan perhatian kita pada kegagalan atau kekurangan saja.
Menurut Adolf Henken SJ, menjelaskan bahwa :
“Usaha menganalisis ini merupakan cara yang tidak lepas dari bahaya maka sebaiknya kita mempunyai teman berbicara dan berkonsultasi yang dapat dipercaya serta dimengerti tentang hal ini. Kalau perlu dapat meminta nasehat pada seseorang ahli atau psikolog, gunakanlah pengetahuan dan pengalaman mereka sebagai pegangan untuk mencoba memecahkan kesulitan”.[4]

b.        Jangan takut
Bersikaplah optimis dan berusahalah sungguh-sungguh untuk dapat mengurangi atau menghilangkan sama sekali sifat malu-malu dan rendah diri jika sifat malu-malu, rendah diri dan merasa tak mampu yang anda punyai itu sungguh merupakan hambatan bagi anda, dan itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun, maka jangan harap dapat mengatasinya dengan cepat, tetapi diperlukan waktu yang lama serta ketekunan dan kesabaran, namun dapatlah dipastikan bahwa dengan usaha bersungguh-sungguh saudara pasti dapat mengatasi kesulitan itu dan meningkatkan rasa percaya diri Saudara asal yakin akan kemampuan diri sendiri, bersifat optimis bahwa saudara akan berhasil dan janganlah selalu diliputi rasa takut dalam segala hal.[5]


c.         Barusaha merubah kekurangan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk dan tidak ada makhluk yang sempurna di dunia ini. Pastilah setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi kita bisa menggunakan kelebihan untuk menutupi kekurangan itu dalam meningkatkan rasa percaya diri kita harus bisa menerima apa yang diberi oleh Tuhan tanpa ada sebuah penyelesaian, berkecil hati, iri, dan patah semangat. Ingatlah Tuhan pasti mempunyai maksud tertentu sewaktu menciptakan makhluknya. Untuk menerima kenyataan seperti inilah maka do'a akan sangat membantu menentramkan hati.[6]
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Arr'du ayat 28 :

اَلَّدِيْنَ امَنُواوَتَطْمَئِنُّ قُلُوْ بُهُمْ بِذِ كْرِاللهِ اَلاَ بِذِ كْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ (الرعد : 28)

Artinya : “Orang-orang yang beriman di hati menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”. (Surat Arra'du 28).[7]

3.         Unsur-unsur yang dapat membentuk rasa percaya diri
a.         Unsur Agama
Agama memberi pandangan hidup, yang mengarahkan cita-cita berfikir dan sikap kita.[8]
b.        Unsur Keluarga
Dengan teladan, latihan dan bimbingan orang tua anak-anak dilatih untuk mengeluarkan pendapat, melatih keberanian dan lain-lain, sehingga pada anak akan tumbuh rasa percaya diri, mereka diberi kesempatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan orang tuanya.[9]
c.         Unsur Sekolah
Menurut Zakiah Darajat berpendapat bahwa sekolah bukanlah sekedar tempat untuk menuangkan ilmu pengetahuan ke otak muria, tetapi juga harus dapat mendidik dan membina kepribadian si anak, disamping memberikan pengetahuan kepadanya.[10]
d.        Unsur Masyarakat
Di samping pendidikan keluarga yang didapat oleh anak-anak dalam keluarga dan sekolah, amat penting juga peranan yang dimainkan oleh masyarakat. Di mana corak dan ragam pendidikan yang dialami  masyarakat banyak sekali, ini mengikuti segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasan, pembentukan kepribadian, pengetahuan, sikap dan minat. [11] Dan lingkungan masyarakat yang baik dapat membentuk rasa percaya diri seseorang.


[1]Kenneth Hambali, Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri, Arcan, Jakarta, 1989, hal. 3.
[2] WJS. Poerwadarminta, Op. Cit., hal. 875.
[3] Adolf Henken SJ, Tantangan Membina Kepribadian, Cipta Loka  Caraka,  Jakarta, hal. 138.
[4]Ibid, 139.
[5] Kenneth Hambali, Op. Cit, hal. 34.
[6]Ibid, hal. 35.
[7]Al-Qur’an, Surat Arra’du Ayat 28, Yayasan Penyelenggara/ Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1989, hal.
[8]Adolf Henken SJ., Op. Cit., hal 23.
[9]Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bulan Bintang, Bandung, 1995, hal. 64.
[10]Ibid, hal. 79.
[11]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1989, hal.