Adanya tingkah laku yang menyimpang pada siswa, banyak dipengaruhi beberapa hal salah satu diantaranya adalah kurang terpenuhinya kebutuhan. Menurut kajian psikologi tentang hubungan pemenuhan kebutuhan dan tingkah laku menyimpang, kedua faktor tersebut berkaitan erat. Hal ini senada dengan konsep Crow & Crow bahwa faktor-faktor yang memungkinkan kelakuan-kelakuan nakal (menyimpang) adalah faktor psychologis yaitu:
“ kesehatan anak didik dapat mempengaruh sikapnya yang nakal. Makan yang cukup, kesehatan indera, dan kesehatan seluruhnya membantu cara belajar yang tenang. Gangguan-gangguan kelenjar dapat menyebabkan sikap pemarah, gelisah, lemah. Kesehatan pendidik dan anak didik keduanya membantu terlaksananya ketertiban, dan suasana yang tenang di dalam kelas”.[1]
Dari pendapat ini bisa kita tarik benang merah bahwa kurang terpenuhinya kebutuhan tersebut seperti makan yang cukup, kesehatan seluruhnya (sehat jasmani dan rohani) menjadikan seorang siswa akan merasa adanya tekanan, rasa minder ataupun yang lainnya, yang mana siswa menutupinya dengan berbagai sikap dan tingkah laku yang tanpa ia sadari, hal itu merupakan hal yang menyimpang.
Oleh karena itu hubungan antara anggota keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik. Hubungan yang harmonis, penuh perhatian, penuh kasih sayang, kesatuan sikap ayah dan ibu merupakan jalinan yang memberikan rasa aman bagi anak-anak. Hubungan yang serasi dari orang tua akan memberikan rasa tenang dan keteladanan bagi anak dan keluarga yang kelak dibentuknya. Hal ini jelas karena orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga terhadap anak untuk membentuk kepribadian dan tingkah laku yang baik. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh beberapa ahli mengenai pengaruh lingkungan keluarga (orang tua) terhadap tingkah laku manusia.
Menurut Soepartinah Pakasi mengatakan bahwa :
……….., Bila iklim dan suasana rumah kita hangat dan di dalamnya dapat dirasakan adanya perhatian, pengakuan, pengertian, kasih sayang, saling percaya dan waktu disediakan oleh orang tua bagi anak-anak, maka anak-anak kita berusaha hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita junjung tinggi.30
Sedangkan menurut Bimo Walgito mengatakan bahwa :
Dalam broken home maka dalam keluarga itu terjadi disintregasi, sehingga keadaan ini memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan anak. Broken home memberikan potensi yang cukup kuat untuk anak menjadi delinquent. Dalam broken home semu sebenarnya struktur keluarga masih lengkap, artinya kedua orang tuanya masih utuh (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan masing-masing sehingga orang tua tidak sempat untuk memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya ………… dalam situasi keluarga yang demikain anak-anak muda mengalami frustasi, mengalami konflik psikologis sehingga keadaan ini juga mudah mendorong anak menjadi deliguent.31
Sedangkan menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa menerangkan bahwa :
Keadaan rumah yang sederhana, bersih, rapi, dimana anak mendapat makanan yang sehat dan anggota keluarga bersikap sedemikian rupa sehingga memberikan rasa aman kepada anak, inilah yang akan membantu perkembangan kepribadian anak ke arah terbentuknya kepribadian yang harmonis dan wajar.32
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan kepribadian dan akhirnya mempengaruhi tingkah laku anak. Karena itu agar anak-anak tidak mempunyai tingkah laku menyimpang (nakal) maka mereka tersebut perlu mendapatkan pemenuhan kebutuhan secara memadai dari orang tua.
Berlandaskan pendapat tersebut di atas, dengan didukung oleh kondisi lingkungan yang baik, maka menjadi berkembang secara optimal dan mempunyai tingkah laku yang baik.
[1] Siti Muchiati, M.A, Pengantar Ilmu Pendidikan (disadur dari Crow & Crow), Reka Serasin, Yogyakarta, 1979, hal. 155.
30 Soepartinah Pakasi, Anak dan Perkembangannya, PT. Gramedia, Jakarta, 1981, hlm. 100
31 Bimo Walgiyto, Op. Cit., hlm. 11
32 Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Op. Cit., hlm. 95.
“ kesehatan anak didik dapat mempengaruh sikapnya yang nakal. Makan yang cukup, kesehatan indera, dan kesehatan seluruhnya membantu cara belajar yang tenang. Gangguan-gangguan kelenjar dapat menyebabkan sikap pemarah, gelisah, lemah. Kesehatan pendidik dan anak didik keduanya membantu terlaksananya ketertiban, dan suasana yang tenang di dalam kelas”.[1]
Dari pendapat ini bisa kita tarik benang merah bahwa kurang terpenuhinya kebutuhan tersebut seperti makan yang cukup, kesehatan seluruhnya (sehat jasmani dan rohani) menjadikan seorang siswa akan merasa adanya tekanan, rasa minder ataupun yang lainnya, yang mana siswa menutupinya dengan berbagai sikap dan tingkah laku yang tanpa ia sadari, hal itu merupakan hal yang menyimpang.
Oleh karena itu hubungan antara anggota keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik. Hubungan yang harmonis, penuh perhatian, penuh kasih sayang, kesatuan sikap ayah dan ibu merupakan jalinan yang memberikan rasa aman bagi anak-anak. Hubungan yang serasi dari orang tua akan memberikan rasa tenang dan keteladanan bagi anak dan keluarga yang kelak dibentuknya. Hal ini jelas karena orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga terhadap anak untuk membentuk kepribadian dan tingkah laku yang baik. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh beberapa ahli mengenai pengaruh lingkungan keluarga (orang tua) terhadap tingkah laku manusia.
Menurut Soepartinah Pakasi mengatakan bahwa :
……….., Bila iklim dan suasana rumah kita hangat dan di dalamnya dapat dirasakan adanya perhatian, pengakuan, pengertian, kasih sayang, saling percaya dan waktu disediakan oleh orang tua bagi anak-anak, maka anak-anak kita berusaha hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita junjung tinggi.30
Sedangkan menurut Bimo Walgito mengatakan bahwa :
Dalam broken home maka dalam keluarga itu terjadi disintregasi, sehingga keadaan ini memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan anak. Broken home memberikan potensi yang cukup kuat untuk anak menjadi delinquent. Dalam broken home semu sebenarnya struktur keluarga masih lengkap, artinya kedua orang tuanya masih utuh (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan masing-masing sehingga orang tua tidak sempat untuk memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya ………… dalam situasi keluarga yang demikain anak-anak muda mengalami frustasi, mengalami konflik psikologis sehingga keadaan ini juga mudah mendorong anak menjadi deliguent.31
Sedangkan menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa menerangkan bahwa :
Keadaan rumah yang sederhana, bersih, rapi, dimana anak mendapat makanan yang sehat dan anggota keluarga bersikap sedemikian rupa sehingga memberikan rasa aman kepada anak, inilah yang akan membantu perkembangan kepribadian anak ke arah terbentuknya kepribadian yang harmonis dan wajar.32
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan kepribadian dan akhirnya mempengaruhi tingkah laku anak. Karena itu agar anak-anak tidak mempunyai tingkah laku menyimpang (nakal) maka mereka tersebut perlu mendapatkan pemenuhan kebutuhan secara memadai dari orang tua.
Berlandaskan pendapat tersebut di atas, dengan didukung oleh kondisi lingkungan yang baik, maka menjadi berkembang secara optimal dan mempunyai tingkah laku yang baik.
[1] Siti Muchiati, M.A, Pengantar Ilmu Pendidikan (disadur dari Crow & Crow), Reka Serasin, Yogyakarta, 1979, hal. 155.
30 Soepartinah Pakasi, Anak dan Perkembangannya, PT. Gramedia, Jakarta, 1981, hlm. 100
31 Bimo Walgiyto, Op. Cit., hlm. 11
32 Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Op. Cit., hlm. 95.