Kegiatan Kokurikuler dalam Kurikulum



a.    Pengertian Kurikulum

Istilah  kurikulum awal mulanya  digunakan  di dalam  dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno.  Cur­riculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata  Curir artinya  pelari; dan curere artinya tempat  berpacu. Curriculum  diartikan "jarak" yang harus  "ditempuh" oleh  pelari. Dalam pendidikan  kurikulum  diartikan sejumlah pelajaran yang harus ditempuh atau di selesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.[1]
Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah Pengertian kurikulum yang dianggap tradisional ini masih banyak dianut sampai sekarang, juga di Indonesia. Dalam  perkembangan  kurikulum  sebagai  suatu kegiatan pendidikan, timbul berbagai definisi  lain. Definisi  ini menentukan apa yang termasuk  kedalam ruang lingkupnya.  Agar  memperoleh gambaran yang jelas  tentang pengertian kurikulum, terlebih dahulu akan dikemuka­kan beberapa definisi menurut beberapa ahli:
1. J.  Galen Saylor  dan  William  M. Alexander  menje­laskan  arti kurikulum sebagai berikut "The  cur­riculum  is the sum total of school's efforts  to influence  learning whether in the  clasroom,  on the playground, or out of school". (segala  usaha sekolah  untuk mempengaruhi anak belajar,  apakah dalam  ruangan kelas, di halaman sekolah atau  di luar sekolah).
2. Harold  B. Albertycs  memandang  kurikulum  sebagai  All  of  the activities that  are  provided  for students by the school "(semua aktifitas yang disediakan oleh sekolah untuk siswa).[2]
3.  David  Pratt,  mengemukakan  pengertian   tentang kurikulum  adalah:
A  Curriculum  is  an  organized  set  of formal  education  and or training inten­tions. ( Kurikulum adalah seperangkat  pendidikan formal dan atau maksud latihan yang  terorganisa­si).3
4. B. Ragan, mengemukakan tentang pengertian kurikulum  adalah ...."all the experiances of  children for  which  the school  accepts responsibility". Semua  pengalaman anak di bawah  tanggung  jawab sekolah).4

Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa:
1.   Kurikulum  dapat  dilihat sebagai  produk,  yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum.
2.      Kurikulum  dapat pula dipandang sebagai  program, yakni  alat  yang dilakukan  oleh  sekolah  untuk mencapai tujuan.
3.      Kurikulum  dapat pula dipandang  sebagai  hal-hal yang diharapkan akan  dipelajari  siswa,  yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu.
4.      Kurikulum sebagai pengalaman siswa.
Dari  uraian di atas dapat diambil  kesimpulan bahwa kurikulum adalah semua aktivitas yang terorga­nisasi,  yang disediakan oleh sekolah  untuk  siswa, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah  atau di  luar  sekolah, agar mereka  dapat  berfikir  dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.

b.   Asas-asas Kurikulum

Mengembangkan  kurikulum bukan  sesuatu  yang mudah  dan  sederhana karena banyak hal  yang  harus dipertimbangkan  dan  banyak pertanyaan  yang  dapat diajukan untuk diperhitungkan. Misalnya: Apakah yang ingin dicapai, manusia yang bagaimana yang  diharap­kan akan dibentuk? Apakah akan diutamakan  kebutuhan anak  pada  saat sekarang atau masa  mendatang?  dan lain sebagainya.
Semua  pertanyaan  itu  menyangkut  asas-asas yang mendasari setiap kurikulum, yaitu:
1. Asas filosofis
2. Asas psikologis.
3. Asas sosiologis,
4. Asas organisatoris.5
Untuk  lebih jelasnya maka  akan  diterangkan pada berikut ini:
1.  Asas Filosofis
Sekolah   bertujuan  mendidik  anak   agar menjadi manusia yang "baik". Apakah yang dimaksud dengan  "baik"  pada hakikatnya ditentukan  oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang  dianut negara, tapi  juga guru, orang  tua,  masyarakat bahkan  dunia.6 Perbedaan filsafat dengan  sendi  rinya  akan  menimbulkan perbedaan  dalam tujuan pendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang  disa­jikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya. Pendidikan  di  negara  otokratis akan   berbeda dengan  negara  yang  demokratis,  pendidikan  di negara  yang menganut agama Budha akan  berlainan dengan pendidikan di negara yang  memeluk  agama Islam atau Kristen. Kurikulum mempunyai  hubungan yang  erat  dengan  filsafat  bangsa dan  negara terutama  dalam menentukan manusia  yang  dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.
2. Asas Psikologis
Asas psikologis meliputi:
a. Psikologi anak
b. Psikologi belajar
Untuk lebih jelasnya akan diterangkan  diba­wah ini:
a. Psikologi anak
Sekolah  didirikan  untuk  anak,   untuk kepentingan  anak, yakni menciptakan  situasi-situasi  di  mana  anak  dapat  belajar untuk  mengembangkan bakatnya.
Kondisi psikologi setiap individu berbe­da,    karena perbedaan tahap    perkembangannya,  latar belakang sosial budaya, juga karena  faktor-faktor yang dibawa dari  kelahirannya.7 Oleh karena itu masing-masing  anak mempunyai  kebutuhan  sendiri sesuai   dengan perkembangannya.
c.     Psikologi belajar
Psikologi belajar merupakan suatu  studi tentang  bagaimana individu belajar.8 Banyak sekali tentang definisi belajar. Secara seder­hana, belajar dapat diartikan sebagai  peruba­han tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik dan terjadi karena proses  pengalaman  yang  dapat  dikategorikan sebagai perilaku belajar.  
Pendidikan  di sekolah diberikan  dengan kepercayaan  dan keyakinan  bahwa   anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak   dapat  belajar,  dapat  menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat  menerima norma-norma,  dapat  menguasaisejumlah   keterampilan.  Soal yang   pentingadalah: Bagaimanakah anak itu belajar ?  kalau kita betul,  bagaimana  proses  belajar   itu berlangsung.
Oleh  karena  itu belajar  itu  ternyata suatu  proses  yang pelik dan kompleks,  maka timbullah  berbagai teori belajar yang menun­jukkan ketidaksesuaian satu sama lain.
Teori   belajar  dijadikan  dasar   bagi proses  belajar mengajar. Dengan demikian  ada hubungan  yang erat antara kurikulum dan  psi­kologi  belajar  dan  psikologi  anak.  Karena hubungan  yang sangat erat itu maka  psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.
3. Asas Sosiologis
Anak  tidak  hidup  sendiri  dari  manusialainnya, ia selalu hidup dalam suatu  masyarakat. Disitu  ia harus memenuhi tugas-tugas yang  harus dilakukannya  dengan  penuh tangung  jawab,   sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Tiap  masyarakat mempunyai   norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak  dalam pribadinya lalu  dinyatakannya  dalam kelakuanya.
Tiap  masyarakat  berlainan   corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbe­da  latar belakang kebudayaannya. Perbedaan  ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum.  Juga perubahan masyarakat  akibat  perkembangan  ilmu pengetahuan  dan teknologi merupakan faktor  per­timbangan dalam kurikulum.
4.    Asas organisatoris
Asas  ini berkenaan dengan masalah,  dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan  disa­jikan. Apakah dalam bentuk terpisah-pisah,  atau­kah  diusahakan adanya hubungan antara  pelajaran yang yang diberikan.
Jadi  asas organsisatoris  ini  memberikan dasar-dasar  dalam bentuk bagaimana bahan  pelaja   ran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya.9
d.   Pembidangan atau isi kurikulum
Selain  asas-asas, setiap kurikulum  mempunyai isi dan komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan  karena itu dapat dikatakan mempunyai  struktur. Asas-asas kurikulum bertalian dengan struktur  kuri­kulum. Komponen-komponen tersebut yaitu:
1.    Tujuan
1.2. Bahan pelajaran
1.3. Proses Belajar Mengajar
1.4. Penilaian10
Pengalaman  belajar yang diperoleh siswa  dari sekolah  menjadi  isi kurikulum.  Siswa   melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh pengalaman belajar  tersebut. Bentuk-bentuk pengalaman belajar yang  dimasukkan kedalam kurikulum  bergantung  pada pandangan tentang kurikulum yang dipegang dan bentuk kurikulum  apa akan disusun. Dewasa  ini  pemikiran kurikulum  cenderung lebih menekankan  pada  ide-ide dasar  atau  struktur ilmu  pengetahuan. Organisasi kurikulum terkait dengan bagaimana isi kurikulum itu disusun dan diberikan kepada siswa.
Dalam  kurikulum terdapat beberapa  organisasi kurikulum yang menjadi isi atau pembidangan  kuriku­lum antara lain:
1. Kurikulum  berpusat pada mata pelajaran  (Subject Kurikulum)
Organisasi  kurikulum  yang  berpusat  pada mata  pelajaran berisi bahan pelajaran  yang  di   ambil dari mata-mata pelajaran yang menjadi  isi. Organisasi ini meliputi:
a.       Kurikulum yang berisi mata-mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated Subject Curriculum)
b.      Kurikulum yang berisi mata-mata pelajaran yang dihubung-hubungkan (Corelated curriculum)
c.       Kurikulum  yang terdiri dari peleburan  (fusi) mata-mata pelajaran sejenis (Broad Field).11
2.    Kurikulum terpadu (integrited curriculum)
Usaha mengintegrasi bahan pelajaran dari berba­gai mata pelajaran menghasilkan kurikulum yang integrited atau terpadu. Integrasi ini tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan pemecahannya dengan bahan dari segala macam disiplin atau mata pelajaran yang diperlukan.
3.    Kurikulum Inti (core curriculum)
Bentuk  kurikulum inti  bertujuan  mengem­bangkan  integrasi, melayani kebutuhan siswa  dan meningkatkan  keaktifan  belajar  serta hubungan antara kehidupan dan belajar.
Core curriculum memberikan pendidikan umum untuk semua siswa. Pada mulanya "core"  dimaksud­kan "bahan yang fundamental yang harus  diketahui setiap  siswa  pada semua tingkatan  sekolah. Di dalam  core  ini  diajarkan  hal-hal  yang  perlu diketahui oleh setiap orang lepas dari  pekerjaan yang akan dilakukannya.
Hendyat  Soetopo, dalam bukunya Pembinaan  dan pengembangan   kurikulum,  mengemukakan  bahwa   isi kurikulum meliputi:
1.                              Pokok-pokok bahasan
2.                              Bahan pengajaran
3.                              Sumber bahan
4.                              Garis-garis   besar   program    pengajaran (GBPP).12

1.      Pokok-pokok  bahasan: adalah merupakan  perincian bidang pengajaran untuk dijadikan bahan pelajaran bagi  para siswa agar mencapai tujuan  pendidikan yang telah ditetapkan.
2.      Bahan pengajaran: adalah urutan penyampaian pokok bahasan tersebut dari tahun yang satu  ke  tahun pelajaran  yang berikutnya, dari  semester  yang satu ke semester yang berikutnya.
3.      Sumber bahan
3.yaitu  berupa  resources  dimana  proses  belajar megajar memperoleh sejumlah pengalaman  belajar. Sumber  ini dapat berupa tempat (museum,  kantor, stasiun,  dan sebagainya), orang (camat,  kepala desa, petani, sopir, dan sebagainya), atau barang cetakan  (buku, majalah, surat kabar, brosur  dan sebagainya).
4.      Garis-garis  besar  Program  Pengajaran   (GBPP), adalah merupakan  penjelasan  terperinci   dari setiap  bidang pengajaran yang  telah  ditentukan pembagian dan penyebaran waktunya dalam seminggu, catur  wulan/semester seperti yang  diatur  dalam struktur program kurikulum, dalam GBPP berisi :
4.a. Tujuan kurikuler
4.b. Tujuan instruksional
4.c. Pokok bahasan/sub pokok bahasan
4.d. Bahan pengajaran
4.e. Sumber bahan  
Dari  uraian  di atas dapat diketahui  bahwa  isi kurikulum  yang telah disebutkan di  atas  merupakan unsur  yang sangat penting dalam proses  pendidikan yang  keberadaanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Isi  kurikulum tidak hanya ditentukan  oleh  ahli bidang  studi  saja,  melainkan  ditentukan   secara bersama  dengan  ahli pengembang  bahan  dan  sistem isntruksional  serta  lain-lain.
d.   Peran Kokurikuler dalam Pencapaian Kurikulum
1.    Kegiatan Kokurikuler Pendidikan Agama Islam
Untuk  lebih  memahami  masalah   kegiatan kokurikuler Pendidikan Agama Islam, di bawah  ini akan   dijelaskan  tentang  pengertian kegiatan kokurikuler Pendidikan Agama Islam, azas-azas dan tujuan serta  macam-macam  kegiatan  kokurikuler Pendidikan Agama Islam.
a.       Pengertian Kokurikuler Pendidikan Agama Islam
Agar dapat diketahui pengertian  kokuri­kuler Pendidikan Agama Islam, terlebih  dahulu akan dijelaskan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam menurut para ahli, antara lain:
Pendidikan  Agama  Islam  adalah   usaha secara  sadar untuk menyiapkan  siswa  dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalk­kan  ajaran agama Islam melalui kegiatan  bim­bingan,  pengajaran  dan atau  latihan  dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain  dalam hubungan kerukunan  antar   umat beragama  dalam  masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.13
Menurut   Zuhairini,  dkk.,   Pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha secara sistema­tis  dan pragmatis dalam membantu  anak  didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.14
Menurut  Abdul Rahman Shaleh mengartikan bahwa Pendidikan  Agama  Islam  adalah  usaha berupa bimbingan  dan asuhan  terhadap  anak didik  atau murid agar kelak  setelah selesai pendidikannya  dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran   agama  Islam  serta    menjadi sebagai way of life (jalan kehidupan).15
Menurut Achmadi menyatakan bahwa  Pendi­dikan  Agama  Islam  adalah usaha yang  lebih khusus  ditekankan untuk mengembangkan  fitrah keberagamaan   dan  sumber  daya  insani  agar lebih memahami dan menghayati serta  mengamal­kan ajaran-ajaran Islam.16
Berdasarkan UUSPN pasal 39 (2)  pendidi­kan  agama  merupakan usaha  untuk  memperkuat iman  dan ketaqwaan terhadap Tuhan  Yang  Maha Esa  sesuai  dengan  agama  yang dianut  oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memper­hatikan tuntutan untuk menghormati agama  lain dalam hubungan kerukunan antar umat  beragama dalam  masyarakat untuk mewujudkan  persatuan nasional.17
Dari beberapa definisi tersebut di  atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa  pendidikan  agama  Islam adalah suatu  usaha bantuan yang  diberikan  oleh guru kepada  anak  didik yang bertujuan   untuk  mengembangkan  fitrah agama   mereka   agar  mampu   memahami   dan menghayati  serta  mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan memperkuat iman dan ketaqwaan mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian definisi dan pengertian pendi­dikan agama Islam selanjutnya akan  dijelaskan pengertian  kokurikuler menurut beberapa  ahli sebagai berikut:
Menurut   Winarno   Hamiseno,   kegiatan kokurikuler adalah kegiatan di luar jam  pelajaran  biasa  (termasuk  waktu libur),   yang dilakukan  di sekolah ataupun di luar  sekolah dengan  tujuan menunjang  pelaksanaan  program intrakurikuler agar   siswa   dapat    lebih menghayati  bahan  yang  telah dipelajarinya serta  melatih siswa untuk melaksanakan  tugas secara bertanggung jawab.18
Kegiatan  kokurikuler  adalah   kegiatan yang dimaksudkan  untuk lebih  mendalami  dan menghayati materi pengajaran yang telah  dipe­lajari  pada kegiatan intrakurikuler di dalam kelas, baik yang tergolong mata pelajaran inti maupun program khusus.19
Dari   pengertian  kokurikuler  di  atas maka  dapat diambil  suatu  pengertian  bahwa kegiatan kokurikuler merupakan suatu  kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran,  yang dapat  menunjang kegiatan  intrakurikuler  dan merupakan salah satu jalur pembinaan  perilaku siswa khususnya dibidang penghayatan keagamaan serta  melatih siswa untuk melaksanakan  tugas secara bertanggung jawab.
b.      Azas-azas dan tujuan kegiatan kokurikuler
1). Azas-azas pelaksanaan kokurikuler
Karena  kegiatan  kokurikuler  tidak lain  bermaksud agar siswa lebih  memahami dan  menghayati  bahan materi yang  telah dipelajari  pada kegiatan  intrakurikuler, maka dalam pelaksanaannya harus  memperha­tikan  azas-azas kokurikuler  yang  telah digariskan oleh Depdiknas RI yaitu :
-          Harus  menunjang langsung pada  kegiatan intrakurikuler dan kepentingan  belajar siswa.
-          Tidak  merupakan beban  yang  berlebihan bagi siswa.
-          Tidak   menimbulkan   beban   pembiayaan tambahan  yang berat  bagi  orang   tua siswa.
-          Memerlukan  pengadministrasian,   peman­tauan (monitoring) dan penilaian.20
Pelaksanaan  kokurikuler   hendaknya tidak merupakan beban yang berlebihan bagi siswa, artinya seseorang dalam  memberikan tugas  hendaklah  diatur sedemikian  rupa sehingga   tidak  melibatkan  beban   yang berlebihan  baik  material  maupun   beban mental. Karena hal tersebut  mengakibatkan gangguan  psikologis yang dapat merugikan siswa  antara  lain  murung  dan  gelisah. Kegiatan kokurikuler ini harus  dirasakan oleh siswa sebagai hal yang bermanfaat dan menyenangkan.
Adapun pelaksanaan kokurikuler harus memerlukan  administrasi,  monitoring  dan penilaian  adalah dalam  pemberian  tugas seorang  guru  hendaknya  disertai dengan pegadministrasian yang baik. yang  dilakukan dalam bentuk pemberian pemberian tugas yang   jelas,  pencatatan yang   teratur, monitoring  dan bimbingan yang baik  serta penilaian yang tertib. Hal tersebut dimak­sudkan  untuk meningkatkan  kegiatan  dan hasil pelaksanaan kurikuler.
 2). Tujuan kokurikuler
Menurut  Burhan Nurgiantoro  "tujuan kokurikuler adalah  untuk menunjang  program intrakurikuler dan menghayati  materi pengajaran  yang  telah  dipelajari   pada kegiatan intrakurikuler.21
Sedangkan menurut Winarno  Hamiseno, kegiatan kokurikuler bertujuan  menunjang pelaksanaan  program intrakurikuler  agar siswa  dapat lebih menghayati  bahan  yang telah  dipelajarinya serta  melatih  siswa utuk melak sanakan tugas secara bertangung jawab.22
Berdasarkan  dua  pendapat  tersebut dapatlah  penulis simpulkan  bahwa  tujuan kokurikuler adalah sebagai berikut:
-    Menunjang  pelaksanaan  kegiatan   intra kurikuler.
-          Untuk  mendalami  dan  menghayati  jenis bahasan yang diajarkan.
-          Melatih  siswa untuk melaksanakan  tugas secara bertangung jawab.

Adapun  bentuk pelaksanaan  kegiatan kokurikuler antara lain dapat   berupa pemberian  tugas  pekerjaan  rumah secara kelompok atau perorangan.23
Untuk lebih jelasnya akan  diuraikan sebagai berikut:
a.  Pemberian tugas secara Kelompok

Pemberian tugas secara  kelompok diarahkan  untuk mengembangkan   sikap gotong  royong harga menghargai, teng­gang  rasa, kerja sama,  yang  akhirnya dapat membentuk siswa menjadi  anggota masyarakat yang baik.
b. Pemberian tugas perorangan diar­ahkan  pada pengembangan akal,  minat serta  kemampuan siswa agar dapat  man­diri.
c. Macam-macam  Kegiatan kokurikuler  PAI  adalah sebagai  berikut: Mengenai macam-macam kegiatan kokurikuler  PAI adalah sebagai berikut :
a.       Membuat ihtisar suatu materi pelajaran
b.      Membuat kliping
c.       Mengisi  lembar tugas tentang  isi  ceramah lewat mimbar agama Islam di televisi.
d.      Menyelesaikan soal-soal pekerjaan rumah
e.       Menyalin ayat atau surat pilihan.
f.       Tugas-tugas  lain yang dapat  membangkitkan gairah siswa agar memiliki sifat bertangung jawab.24


1)     Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1991,  hlm. 4.
2)     S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 4-5.
3)     David  Pratt, Curriculum Design and Development,  HBJ Publishers, New York, 1980, hlm. 4.
4)     Hendyat  Soetopo,  Wasty  Soemanto,  Pembinaan   dan Pengembangan Kurikulum, Bina Aksara, Bandung, 1986, hlm. 13.
5)     S. Nasution, Op. Cit, hlm. 11
6)     Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1992, hlm. 31.
7)     Nana  Syaodih  Sukmadinata, Pengembangan   Kurikulum Teoritik  dan  Praktek, Remaja Rosda Karya,  Bandung,  1997, hlm. 45.
8)     Ibid., hlm.52.
9)     S.  Nasution,  Pengembangan  Kurikulum,   PT.  Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 2.
10) Ibid, hlm.3-4.
11) Muhammad Ali, Op. Cit.,  hlm. 111.
12) Hendyat Soetopo, Wasty Soemanto, Op.  Cit.,  hlm. 33-34.
13) Dirjen Binbaga Islam, Petunjuk Pelaksanaan  Kuriku­lum/GBPP  Pendidikan  Agama Islam,  1994,  Sekolah  Lanjutan Tingkat Pertama yang disempurnakan, Depag RI, Jakarta, 1999, hlm. 1.
14) Zuhairini,  dkk., Methodik Khusus  Pendidikan  Agama, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983, hlm. 27.
15) Abdul Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hlm. 19.
16) Achmadi,  Islam Sebagai Paradigma  Ilmu  Pendidikan, Aditya Media, Salatiga, 1990, hlm. 103.
17) Undang-Undang   Nomor 2 tahun 1989  tentang  Sistem Pendidikan Nasional, Aneka Ilmu, Semarang, t.th., hlm. 40.
18) Winarno Hami Seno, Petunjuk Pelaksanaan Proses  Bela­jar Mengajar, Depdikbud RI, Jakarta, 1990, hlm. 5.
19) Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar pengembangan Kuriku­lum Sekolah, BPFE, Yogyakarta, 1988, hlm. 137.
20) Winarno  Hami Seno, Petunjuk Pelaksanaan  Pengelolaan Kurikulum, Depdikbud RI, Jakarta, 1990, hlm. 28.
21) Burhan Nurgiantoro, Op. Cit., hlm. 6.
22) Winarno Hami Seno, Op. Cit., hlm. 5.
23) Ibid., hlm. 6.
24) B. Suprapto Brotosiswoyo, Petunjuk Pelaksanaan  Mata Pelajaran  Pendidikan Agama Islam, Depdikbud  RI,   Jakarta, 1986, hlm. 8.