a. Pengertian Kurikulum
Istilah
kurikulum awal mulanya digunakan di dalam dunia olah
raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari
kata Curir artinya pelari; dan curere artinya tempat berpacu.
Curriculum diartikan "jarak" yang harus
"ditempuh" oleh pelari. Dalam pendidikan kurikulum
diartikan sejumlah pelajaran yang harus ditempuh atau di selesaikan anak
didik untuk memperoleh ijazah.[1]
Secara
tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah Pengertian kurikulum yang dianggap tradisional ini masih banyak dianut
sampai sekarang, juga di Indonesia. Dalam perkembangan kurikulum
sebagai suatu kegiatan pendidikan, timbul berbagai definisi
lain. Definisi ini menentukan apa yang termasuk kedalam ruang
lingkupnya. Agar memperoleh
gambaran yang jelas tentang pengertian kurikulum, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa definisi menurut beberapa ahli:
1. J.
Galen Saylor dan William
M. Alexander menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut
"The curriculum is the sum total of school's efforts to
influence learning whether in the clasroom, on the
playground, or out of school". (segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah atau di luar sekolah).
2.
Harold B. Albertycs memandang kurikulum sebagai All of the activities that
are provided for students by the school "(semua
aktifitas yang disediakan oleh sekolah untuk siswa).[2]
3. David Pratt, mengemukakan
pengertian tentang kurikulum adalah:
A
Curriculum is an
organized set of formal education
and or training intentions. ( Kurikulum adalah seperangkat
pendidikan formal dan atau maksud latihan yang terorganisasi).3
4. B. Ragan,
mengemukakan tentang pengertian kurikulum adalah ...."all the
experiances of children for which the school accepts
responsibility". Semua pengalaman anak di bawah tanggung
jawab sekolah).4
Dari uraian di atas
dapat diambil pengertian bahwa:
1. Kurikulum dapat dilihat sebagai
produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum.
2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai
program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah
untuk mencapai tujuan.
3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai
hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa,
yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu.
4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa.
Dari
uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum adalah
semua aktivitas yang terorganisasi, yang disediakan oleh sekolah
untuk siswa, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah
atau di luar sekolah, agar mereka dapat berfikir
dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
b. Asas-asas Kurikulum
Mengembangkan
kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana
karena banyak hal yang harus dipertimbangkan dan banyak
pertanyaan yang dapat diajukan untuk diperhitungkan. Misalnya:
Apakah yang ingin dicapai, manusia yang bagaimana yang diharapkan akan
dibentuk? Apakah akan diutamakan kebutuhan anak pada saat
sekarang atau masa mendatang? dan lain sebagainya.
Semua
pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang mendasari setiap
kurikulum, yaitu:
1. Asas
filosofis
2. Asas
psikologis.
3. Asas
sosiologis,
4. Asas
organisatoris.5
Untuk
lebih jelasnya maka akan diterangkan pada berikut ini:
1. Asas Filosofis
Sekolah
bertujuan mendidik anak agar menjadi
manusia yang "baik". Apakah yang dimaksud dengan
"baik" pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai,
cita-cita atau filsafat yang dianut negara, tapi juga guru, orang
tua, masyarakat bahkan dunia.6
Perbedaan filsafat dengan sendi
rinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan
pendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara
mengajar dan menilainya. Pendidikan di negara otokratis akan
berbeda dengan negara yang demokratis,
pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan
berlainan dengan pendidikan di negara yang memeluk agama
Islam atau Kristen. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat
dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam
menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus
dicapai melalui pendidikan formal.
2. Asas
Psikologis
Asas psikologis
meliputi:
a. Psikologi
anak
b. Psikologi
belajar
Untuk lebih
jelasnya akan diterangkan dibawah ini:
a. Psikologi
anak
Sekolah
didirikan untuk anak, untuk kepentingan
anak, yakni menciptakan situasi-situasi di mana
anak dapat belajar untuk
mengembangkan bakatnya.
Kondisi
psikologi setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap
perkembangannya, latar belakang sosial budaya, juga
karena faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya.7 Oleh karena itu masing-masing
anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan
perkembangannya.
c. Psikologi belajar
Psikologi
belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar.8 Banyak sekali tentang definisi belajar.
Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah
laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik dan terjadi
karena proses pengalaman yang dapat dikategorikan
sebagai perilaku belajar.
Pendidikan
di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan
bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya.
Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma,
dapat menguasaisejumlah keterampilan. Soal yang
pentingadalah: Bagaimanakah anak itu belajar ? kalau kita
betul, bagaimana proses belajar itu berlangsung.
Oleh
karena itu belajar itu ternyata suatu proses
yang pelik dan kompleks, maka timbullah berbagai teori
belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain.
Teori
belajar dijadikan dasar bagi proses
belajar mengajar. Dengan demikian ada hubungan yang erat
antara kurikulum dan psikologi belajar dan psikologi
anak. Karena hubungan yang sangat erat itu maka
psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.
3. Asas
Sosiologis
Anak tidak
hidup sendiri dari manusialainnya, ia selalu hidup
dalam suatu masyarakat. Disitu ia harus memenuhi tugas-tugas yang
harus dilakukannya dengan penuh tangung jawab,
sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Tiap masyarakat
mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan
diwujudkan anak dalam pribadinya lalu dinyatakannya dalam
kelakuanya.
Tiap
masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya.
Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini
harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Juga perubahan
masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan faktor pertimbangan dalam kurikulum.
4. Asas organisatoris
Asas ini
berkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran
akan disajikan. Apakah dalam bentuk terpisah-pisah, ataukah
diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang yang diberikan.
Jadi asas
organsisatoris ini memberikan dasar-dasar dalam bentuk
bagaimana bahan pelaja ran itu
disusun, bagaimana luas dan urutannya.9
d. Pembidangan atau isi kurikulum
Selain asas-asas,
setiap kurikulum mempunyai isi dan komponen-komponen yang saling
berkaitan erat dan karena itu dapat dikatakan mempunyai struktur.
Asas-asas kurikulum bertalian dengan struktur kurikulum.
Komponen-komponen tersebut yaitu:
1. Tujuan
1.2. Bahan pelajaran
1.3. Proses Belajar Mengajar
1.4. Penilaian10
Pengalaman
belajar yang diperoleh siswa dari sekolah menjadi isi
kurikulum. Siswa melakukan berbagai kegiatan dalam rangka
memperoleh pengalaman belajar tersebut. Bentuk-bentuk pengalaman belajar
yang dimasukkan kedalam kurikulum bergantung pada pandangan
tentang kurikulum yang dipegang dan bentuk kurikulum apa akan disusun.
Dewasa ini pemikiran kurikulum cenderung lebih menekankan
pada ide-ide dasar atau struktur ilmu
pengetahuan. Organisasi kurikulum terkait dengan bagaimana isi kurikulum
itu disusun dan diberikan kepada siswa.
Dalam kurikulum
terdapat beberapa organisasi kurikulum yang menjadi isi atau pembidangan
kurikulum antara lain:
1. Kurikulum
berpusat pada mata pelajaran (Subject Kurikulum)
Organisasi
kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran
berisi bahan pelajaran yang di
ambil dari mata-mata pelajaran yang menjadi isi. Organisasi ini
meliputi:
a. Kurikulum yang berisi mata-mata pelajaran yang
terpisah-pisah (separated Subject Curriculum)
b. Kurikulum yang berisi mata-mata pelajaran yang
dihubung-hubungkan (Corelated curriculum)
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan
(fusi) mata-mata pelajaran sejenis (Broad Field).11
2. Kurikulum terpadu (integrited curriculum)
Usaha
mengintegrasi bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran menghasilkan
kurikulum yang integrited atau terpadu. Integrasi ini tercapai dengan
memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan pemecahannya dengan
bahan dari segala macam disiplin atau mata pelajaran yang diperlukan.
3. Kurikulum Inti (core curriculum)
Bentuk
kurikulum inti bertujuan mengembangkan integrasi,
melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar
serta hubungan antara kehidupan dan belajar.
Core curriculum
memberikan pendidikan umum untuk semua siswa. Pada mulanya "core"
dimaksudkan "bahan yang fundamental yang harus diketahui
setiap siswa pada semua tingkatan sekolah. Di dalam
core ini diajarkan hal-hal yang perlu
diketahui oleh setiap orang lepas dari pekerjaan yang akan dilakukannya.
Hendyat
Soetopo, dalam bukunya Pembinaan dan pengembangan
kurikulum, mengemukakan bahwa isi kurikulum
meliputi:
1.
Pokok-pokok
bahasan
2.
Bahan pengajaran
3.
Sumber bahan
4.
Garis-garis
besar program pengajaran (GBPP).12
1. Pokok-pokok bahasan: adalah merupakan
perincian bidang pengajaran untuk dijadikan bahan pelajaran bagi
para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
2. Bahan pengajaran: adalah urutan penyampaian pokok
bahasan tersebut dari tahun yang satu ke tahun pelajaran yang
berikutnya, dari semester yang satu ke semester yang berikutnya.
3. Sumber bahan
3.yaitu berupa resources dimana
proses belajar megajar memperoleh sejumlah pengalaman
belajar. Sumber ini dapat berupa tempat (museum, kantor,
stasiun, dan sebagainya), orang (camat, kepala desa, petani, sopir,
dan sebagainya), atau barang cetakan (buku, majalah, surat kabar, brosur
dan sebagainya).
4. Garis-garis besar Program
Pengajaran (GBPP), adalah merupakan penjelasan
terperinci dari setiap bidang pengajaran yang
telah ditentukan pembagian dan penyebaran waktunya dalam seminggu,
catur wulan/semester seperti yang diatur dalam struktur
program kurikulum, dalam GBPP berisi :
4.a. Tujuan kurikuler
4.b. Tujuan instruksional
4.c. Pokok bahasan/sub pokok bahasan
4.d. Bahan pengajaran
4.e. Sumber bahan
Dari uraian
di atas dapat diketahui bahwa isi kurikulum yang telah
disebutkan di atas merupakan unsur yang sangat penting dalam
proses pendidikan yang keberadaanya tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
Isi
kurikulum tidak hanya ditentukan oleh ahli bidang studi
saja, melainkan ditentukan secara bersama
dengan ahli pengembang bahan dan sistem
isntruksional serta lain-lain.
d. Peran Kokurikuler dalam Pencapaian Kurikulum
1. Kegiatan Kokurikuler Pendidikan Agama Islam
Untuk
lebih memahami masalah kegiatan kokurikuler
Pendidikan Agama Islam, di bawah ini akan dijelaskan
tentang pengertian kegiatan kokurikuler Pendidikan Agama Islam,
azas-azas dan tujuan serta macam-macam kegiatan kokurikuler
Pendidikan Agama Islam.
a. Pengertian Kokurikuler Pendidikan Agama Islam
Agar dapat diketahui
pengertian kokurikuler Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu
akan dijelaskan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam menurut para ahli,
antara lain:
Pendidikan Agama
Islam adalah usaha secara sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkkan
ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.13
Menurut Zuhairini, dkk.,
Pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis
dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam.14
Menurut Abdul Rahman Shaleh mengartikan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik atau murid agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadi sebagai way of life
(jalan kehidupan).15
Menurut Achmadi
menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya
insani agar lebih memahami dan menghayati serta mengamalkan
ajaran-ajaran Islam.16
Berdasarkan UUSPN pasal
39 (2) pendidikan agama merupakan usaha untuk
memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta
didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama
lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.17
Dari beberapa definisi
tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu usaha bantuan yang diberikan
oleh guru kepada anak didik yang bertujuan untuk mengembangkan fitrah
agama mereka agar
mampu memahami dan menghayati serta
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan memperkuat iman dan ketaqwaan mereka
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian definisi dan
pengertian pendidikan agama Islam selanjutnya akan dijelaskan pengertian
kokurikuler menurut beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut
Winarno Hamiseno, kegiatan kokurikuler
adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk
waktu libur), yang dilakukan di sekolah ataupun di luar
sekolah dengan tujuan menunjang pelaksanaan program
intrakurikuler agar siswa dapat lebih
menghayati bahan yang telah dipelajarinya serta melatih
siswa untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.18
Kegiatan
kokurikuler adalah kegiatan yang dimaksudkan
untuk lebih mendalami dan menghayati materi pengajaran yang
telah dipelajari pada kegiatan intrakurikuler di dalam kelas, baik
yang tergolong mata pelajaran inti maupun program khusus.19
Dari pengertian kokurikuler di
atas maka dapat diambil suatu pengertian bahwa
kegiatan kokurikuler merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan di luar
jam pelajaran, yang dapat menunjang kegiatan intrakurikuler
dan merupakan salah satu jalur pembinaan perilaku siswa khususnya
dibidang penghayatan keagamaan serta melatih siswa untuk melaksanakan
tugas secara bertanggung jawab.
b. Azas-azas dan tujuan kegiatan kokurikuler
1). Azas-azas pelaksanaan kokurikuler
Karena
kegiatan kokurikuler tidak lain bermaksud agar siswa
lebih memahami dan menghayati bahan materi yang telah
dipelajari pada kegiatan intrakurikuler, maka dalam pelaksanaannya
harus memperhatikan azas-azas kokurikuler yang telah
digariskan oleh Depdiknas RI yaitu :
-
Harus
menunjang langsung pada kegiatan intrakurikuler dan kepentingan
belajar siswa.
-
Tidak
merupakan beban yang berlebihan bagi siswa.
-
Tidak
menimbulkan beban pembiayaan tambahan
yang berat bagi orang tua siswa.
-
Memerlukan
pengadministrasian, pemantauan (monitoring) dan penilaian.20
Pelaksanaan
kokurikuler hendaknya tidak merupakan beban yang berlebihan
bagi siswa, artinya seseorang dalam memberikan tugas hendaklah
diatur sedemikian rupa sehingga tidak melibatkan
beban yang berlebihan baik material maupun
beban mental. Karena hal tersebut mengakibatkan gangguan
psikologis yang dapat merugikan siswa antara lain
murung dan gelisah. Kegiatan kokurikuler ini harus
dirasakan oleh siswa sebagai hal yang bermanfaat dan menyenangkan.
Adapun pelaksanaan
kokurikuler harus memerlukan administrasi, monitoring dan
penilaian adalah dalam pemberian tugas seorang guru
hendaknya disertai dengan pegadministrasian yang baik. yang
dilakukan dalam bentuk pemberian pemberian tugas yang jelas,
pencatatan yang teratur, monitoring dan bimbingan yang
baik serta penilaian yang tertib. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kegiatan dan hasil pelaksanaan kurikuler.
2). Tujuan kokurikuler
Menurut
Burhan Nurgiantoro "tujuan kokurikuler adalah untuk menunjang program intrakurikuler
dan menghayati materi pengajaran yang telah dipelajari
pada kegiatan intrakurikuler.21
Sedangkan
menurut Winarno Hamiseno, kegiatan kokurikuler bertujuan menunjang
pelaksanaan program intrakurikuler agar siswa dapat lebih
menghayati bahan yang telah dipelajarinya serta melatih
siswa utuk melak sanakan tugas secara bertangung jawab.22
Berdasarkan
dua pendapat tersebut dapatlah penulis simpulkan bahwa tujuan kokurikuler adalah sebagai
berikut:
-
Menunjang pelaksanaan kegiatan intra kurikuler.
-
Untuk
mendalami dan menghayati jenis bahasan yang diajarkan.
-
Melatih siswa
untuk melaksanakan tugas secara bertangung jawab.
Adapun
bentuk pelaksanaan kegiatan kokurikuler antara lain dapat
berupa pemberian tugas pekerjaan rumah secara
kelompok atau perorangan.23
Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pemberian tugas secara Kelompok
Pemberian tugas
secara kelompok diarahkan untuk mengembangkan sikap
gotong royong harga menghargai, tenggang rasa, kerja sama,
yang akhirnya dapat membentuk siswa menjadi anggota
masyarakat yang baik.
b. Pemberian
tugas perorangan diarahkan pada pengembangan akal, minat serta
kemampuan siswa agar dapat mandiri.
c. Macam-macam
Kegiatan kokurikuler PAI adalah sebagai berikut: Mengenai macam-macam kegiatan
kokurikuler PAI adalah sebagai berikut :
a. Membuat ihtisar suatu materi pelajaran
b. Membuat kliping
c. Mengisi lembar tugas tentang isi
ceramah lewat mimbar agama Islam di televisi.
d. Menyelesaikan soal-soal pekerjaan rumah
e. Menyalin ayat atau surat pilihan.
f. Tugas-tugas lain yang dapat
membangkitkan gairah siswa agar memiliki sifat bertangung jawab.24
1) Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1991, hlm. 4.2) S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 4-5.3) David Pratt, Curriculum Design and Development, HBJ Publishers, New York, 1980, hlm. 4.4) Hendyat Soetopo, Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Bina Aksara, Bandung, 1986, hlm. 13.5) S. Nasution, Op. Cit, hlm. 116) Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1992, hlm. 31.7) Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teoritik dan Praktek, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1997, hlm. 45.8) Ibid., hlm.52.9) S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 2.10) Ibid, hlm.3-4.11) Muhammad Ali, Op. Cit., hlm. 111.12) Hendyat Soetopo, Wasty Soemanto, Op. Cit., hlm. 33-34.13) Dirjen Binbaga Islam, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam, 1994, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang disempurnakan, Depag RI, Jakarta, 1999, hlm. 1.14) Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983, hlm. 27.15) Abdul Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hlm. 19.16) Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Salatiga, 1990, hlm. 103.17) Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Aneka Ilmu, Semarang, t.th., hlm. 40.18) Winarno Hami Seno, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Depdikbud RI, Jakarta, 1990, hlm. 5.19) Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar pengembangan Kurikulum Sekolah, BPFE, Yogyakarta, 1988, hlm. 137.20) Winarno Hami Seno, Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kurikulum, Depdikbud RI, Jakarta, 1990, hlm. 28.21) Burhan Nurgiantoro, Op. Cit., hlm. 6.22) Winarno Hami Seno, Op. Cit., hlm. 5.23) Ibid., hlm. 6.24) B. Suprapto Brotosiswoyo, Petunjuk Pelaksanaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Depdikbud RI, Jakarta, 1986, hlm. 8.