Pemahaman Keagamaan ditinjau Dari Aspek Tujuan Pembelajaran



Adapun Aspek yang akan kita bahas di sini di antaranya adalah:
a.       Tujuan Kognitif;
b.      Tujuan Afektif.;
c.       Tujuan Psikomotorik.;

a.       Tujuan Kognitif
Tujuan kognitif yaitu apabila kita  mempela­jari  suatu ilmu pengetahuan, informasi,  pemikiran dan lain-lain. Tujuan yang sifatnya menambah penge­tahuan tersebut termasuk tujuan kognitif. 
Benyamin S. Bloom membagi ciri dan tingkat tujuan kognitif ini menjadi enam bagian yaitu:
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analize)
5. Sintesis (synthesa)
6. Evaluasi (evaluation).56

1.      Tingkat pengetahuan
Istilah  pengetahuan  dimaksudkan  sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam  taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak  sepe­nuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut terma­suk pula pengetahuan faktual disamping  pengeta­huan  hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam  undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota.56
Ada  beberapa cara untuk  dapat  mengingat dan menyimpannya  dalam ingatan  seperti  memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian,  membuat singkatan yang bermakna.
Tingkat  tujuan  pembelajaran  pengetahuan termasuk kognitif  tingkat rendah  yang  paling rendah.  Namun,  tingkat  ini  menjadi  prasarat bagi tingkat selanjutnya. Hafal menjadi prasarat bagi  pemahaman.  Hal  ini  berlaku  bagi  semua bidang studi, baik bidang matematika,  pengeta­huan  alam, ilmu sosial, maupun bahasa.  MIsalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham  bagai­mana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan  memudahkan membuat kalimat.  Jadi  tingkat pengetahuan ini  merupakan  tingkat  menghafal, meniru, mengungkapkan kembali dan lain sebagain­ya.   
2.      Tingkat pemahaman (comprehension)

Pemahaman  disini meliputi  tiga  kategori yaitu:

- Pemahaman tingkat terendah (terjemahan)
- Pemahaman tingkat kedua (penafsiran), dan
- Pemahaman tingkat ketiga (ektrapolasi).
Dari  ketiga kategori tersebut  maka  akan dapat  diketahui mana yang  merupakan  pemahaman terjemahan, penafsiran dan ekstrapolasi.
Dan  ketiga kategori tersebut telah  dije­laskan pada bahasan sebelumnya.
3.      Tingkat Penerapan (application)
Tingkat  penerapan yaitu  kemampuan  untuk menggunakan  atau  menerapkan  teori,   prinsip, peraturan,  atau informasi kedalam situasi  yang baru.57
4.      Tingkat Analisis (Analize)
Analisis adalah usaha memilah suatu  inte­grasi  menjadi unsur-unsur  atau  bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya.

5.      Tingkat Sinte­sis
Penyatuan  unsur-unsur atau  bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis.
Berpikir  sintesis  merupakan  salah  satu terminal  untuk menjadikan orang lebih  kreatif. Berpikir  kreatif  merupakan salah  satu   yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesua­tu. Kreativitas  juga  beroperasi  dengan   cara berpikir  divergen. Dengan kemampuan  sisntesis, orang  mungkin  menemukan hubungan  kausal  atau urutan  tertentu,  atau  menemukan abstraksinya atau operasionalnya. Jadi sintesis yaitu mengga­bungkan  beberapa  bagian  (hal)  kedalam  suatu wadah atau bentuk baru.


6.      Tingkat Evaluasi
Evaluasi  adalah pemberian keputusan  ten­tang  nilai sesuatu yang mungkin  dilihat  dari segi  tujuan, gagasan, cara bekerja,  pemecahan, metode, materi dan lain-lain.
Mengembangkan  kemampuan evaluasi  penting bagi kehidupan  bermasyarakat  dan   bernegara. mampu  memberikan evaluasi  tentang   kebijakan mengenai  kesempatan belajar, kesempatan  kerja, dapat  mengembangkan partisipasi  serta tangung jawabnya  sebagai  warga  negara.  Mengembangkan kemampuan  evaluasi  yang  dilandasi  pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evalusinya.58

b.      Tingkat Afektif
Ranah  afektif  berkenaan dengan  sikap  dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseor­ang  dapat diramalkan perubahannya, bila  seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat  tinggi. Tingkat  afektif tampak pada siswa  dalam  berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajar­an, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman  sekelas,  kebiasaan belajar,  dan  hubungan sosial.
Ada beberapa jenis kategori tingkat  afektif sebagai tujuan pembelajaran yaitu:
1. Reciving/attending
2. Responding
3. Valuing
4. Organizing
5. Karakteristik nilai.59
Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan  seba­gai berikut:
1.      Reciving/attending  (penerimaan), yakni  semacam kepekaan dalam menerima rangsangan  (stimulasi) dari  luar yag datang kepada siswa dalam  bentuk masalah,  situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tingkat ini termasuk kesadaran, keinginan  untuk menerima stimulus, kontrol dan  seleksi  gejala atau rangsangan dari luar.
2.      Responding(jawaban), yakni reaksi yang diberikan oleh  seseorang terhadap stimulasi  yang  datang dari  luar. Hal ini mencakup ketepatan  reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3.      Valuing  (penilaian)   yakni  berkenaan   dengan nilai  dan kepercayaan  terhadap  gejala   atau stimulus tadi. Dalam tingkat ini termasuk di da­lamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepa­katan terhadap nilai tersebut.
4.      Organizing  (organisasi)  yakni   pengemba  ngan dari  nilai  ke dalam  satu  sistem  organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai  lain, pemantapan,  dan  prioritas  nilai  yang   telah dimilikinya.  Yang termasuk  kedalam  organisasi ialah  konsep tentang nilai,  organisasi  sistem nilai, dan lain-lain.
5.      Karakteristik  nilai atau  internalisasi  nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang  telah dimiliki   seseorang,  yang mempengaruhi   pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c.       Tingkat Psikomotorik
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata "motor", sensory motor atau perceptual motor"  jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga  menyebabkan geraknya tubuh  atau  bagian-bagiannya.60
Tingkat  pikomotorik  tampak  dalam  bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak  indi­vidu. Tingkatan ini meliputi:
1.                                       Persepsi
2.                                       Kesiapan
3.                                       Gerakan terbimbing
4.                                       Gerakan yang terbiasa.
5.                                       Gerakan kompleks
6.                                       Penyesuaian pola gerakan Kreativitas.61
Untuk   lebih  jelasnya,  akan   diterangkan sebagai berikut:
1.  Persepsi:  mencakup kemampuan untuk  merngadakan diskriminasi yang tepat antara  dua  perangsang atau  lebih, berdasarkan pembedaan antara  ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsan­gan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan  hadirnya rangsangan (stimulasi)  dan  perbedaan   antara rangsangan-rangsangan yang ada.
2.    Kesiapan: mencakup kemampuan untuk  menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3.    Gerakan  terbimbing: mencakup  kemampuan  untuk melakukan suatu rangkaian  gerak-gerik,  sesuai dengan  contoh yang diberikan (imitasi).  Kemam­puan  ini dinyatakan dalam menggerakkan  anggota tubuh,  menurut contoh yang  diperlihatkan atau diperdengarkan,  seperti dalam  meniru  gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.
4.    Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu  rangkaian  gerak-gerik  dengan lancar,  karena sudah dilatih secukupnya,  tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
5.    Gerakan  kompleks:  mencakup  kemampuan   untuk melaksanakan suatu keterampilan,  yang  terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.  Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu  rangkaian  perbuatan yang  berurutan  dan menggabungkan beberapa subketerampilan  menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.
6.    Penyesuaian  pola  gerakan:  mencakup  kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau  dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang  telah mencapai kemahiran.
7.    Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar  prakasa  dan  inisiatif sendiri.   Hanya orang-orang  yang  berketerampilan  tinggi   dan berpikir  kreatif, akan mampu  mencapai  tingkat kesempurnaan ini.
Dari  uraian diatas maka  dapat  diketahui bahwa pemahaman termasuk dalam aspek pembelajar­an kognitif tingkat kedua. Yang meliputi pemaha­man  terjemahan,  penafsiran  dan  ekstrapolasi, yang  dalam penelitian ini merupakan salah  satu obyek yang akan diteliti. 


55 Mudhoffir, Op. Cit,  hlm. 105.
56 Ibid., hlm. 105.
56 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Menga­jar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 23
57 Mudhoffir, Op. Cit., 105.
58 Nana  Sudjana,   Penilaian  Hasil  Proses   Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 23-29.
59 Ibid., hlm. 30.
60 Suharsimi  Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi  Pendidi­kan, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hlm. 122.
61  W.S.  Winkel,   Psikologi  Pengajaran,   Gramedia Widiasarana, Jakarta, 1996, hlm. 249-250.