Pengertian Kurikulum Pendidikan

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata: “curir” artinya pelari, dan ”curere” yang artinya tempat berpacu. Sehingga kurikulum diartikan sebagai, “jarak yang harus ditempuh oleh pelari”.[1] Sedangkan pengertian kurikulum secara terminologis, banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh pendidikan, antara lain:
  • J. Gallen Saylor dan William M. Alexander, dalam bukunya “Curiculum Planning for Better Teaching and Learning”, menjelaskankan bahwa kurikulum merupakan “ The Curriculum is the sum total of the school’s efforts to influence learning whether in the classroom, playground or out of school” [2] (keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar, baik berlangsung di kelas, di halaman maupun di luar sekolah).
  • William B. Ragan mengemukakan bahwa kurikulum adalah “…all the experiences of children for which the school accepts responsibility”[3] (…semua pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah).
  • J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam bukunya, “Secondary School Improvement”, mengemukakan bahwa di dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi  dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih  mata pelajaran.[4]
  • Sedangkan Hilda Taba tidak setuju dengan pengertian kurikulum yang terlalu luas, karena definisi yang terlalu luas akan mengaburkan pengertian kurikulum, dan kurikulum itu sendiri menjadi tidak fungsional.  Dia   memilih   posisi   yang  tidak  terlalu  luas  dan  tidak terlalu sempit, yaitu pada hakikatnya setiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak, agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya.[5]
 Baca dan Bandingkan dengan Pengertian kurikulum Pendidikan Agama Islam
Dari definisi-definisi kurikulum (secara luas atau sempit) tersebut mempunyai titik persamaan, yaitu ingin mempengaruhi belajar (pengalaman belajar) anak didiknya dalam proses belajar mengajar. Sehingga kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan atau suatu tingkat tertentu atau ijazah.
Dengan adanya berbagai tafsiran tentang kurikulum tersebut, tidak perlu merisaukan dunia pendidikan, karena pandangan yang berbeda-beda tersebut justru dapat memberi dorongan untuk mengadakan inovasi atau pengembangan kurikulum dengan mencari bentuk-bentuk kurikulum baru dan memberi dinamika dalam pemikiran tentang kurikulum secara kontinyu. Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum, meliputi:
1.    Prinsip Relevansi.

Relevansi dalam dunia pendidikan dimaksudkan adanya kesesuaian antara lulusan sekolah dengan tuntutan kehidupan yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain, sistem pendidikan dikatakan relevan jika kompetensi para lulusan berguna bagi kehidupan.

2.    Prinsip Efektivitas

Dalam pengembangan kurikulum, efektivitas yang harus diperhatikan adalah efektivitas dalam mengajar guru dan efektivitas belajar murid, sehingga dapat diperkirakan sejauh mana perencanaan pelajaran dapat tercapai.

3.    Prinsip Efisiensi

Yang dipermasalahkan dalam prinsip efisiensi antara lain: efisiensi dalam pembagian waktu, tenaga, biaya dan pendayagunaan tenaga (guru dan murid) secara maksimal.

4.    Prinsip Kesinambungan

Yang dimaksud dengan kesinambungan disini adalah adanya hubungan yang saling menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan, terutama mengenai bahan pengajaran. Pada tiap tingkat SD, SLTP, SMU dan Perguruan Tinggi, masing-masing satu dengan yang lainnya mempunyaihubungan secara hirarkhis fungsional.

5.    Prinsip Fleksibilitas

Yang dimaksud prinsip fleksibilitas merupakan adanya semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak atau mengambil kegiatan yang akan dilaksanakan.

6.    Prinsip Berorientasi pada Tujuan

Yang dimaksudkan dengan  prinsip ini adalah, agar semua kegiatan pengajaran didasarkan dan berkiblat pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan-tujuan pengajaran tersebut harus diketahui dan dirumuskan terlebih dahulu secara jelas dan operasional agar kegiatan belajar mengajar yang dilakukan mempunyai arah yang jelas pula.

7.    Prinsip Pendidikan Seumur Hidup

Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah adanya kesadaran dan kemauan setiap manusia Indonesia untuk selalu membuka diri, mengembangkan kemampuan dan kepribadianya melalui kegiatan belajar. Belajar tidak hanya terikat dalam konteks sekolah atau yang formal saja, tetapi belajar sendiri dimanapun seumur hidup (life long education).

8.    Prinsip Sinkronisasi

    Dengan prinsip sinkronisasi dimaksudkan adanya sifat yang seirama, searah dan setujuan pada semua kegiatan yang disarankan oleh kurikulum. Komponen-komponen kurikulum harus bersifat padu dan membentuk satu kesatuan yang utuh dan tidak saling bertentangan, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan. [6]

Daftar-Pustaka
[1] Dr. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, CV. Sinar Baru bekerjasama dengan  Pusat Penelitian dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung, Bandung, 1991, hal. 4.[2] Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hal. 4. [3] Ibid, hal. 5. [4] Ibid, hal. 6. [5] Ibid., hal. 7. [6] Burhan Nurgiyantoro, Op. Cit., hal. 150-158.