Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)



1.      Belajar dan Pembelajaran
a)      Belajar
Belajar mempunyai arti yang sangat komplek namun demikian terdapat sebuah pengertian yang dapat mewakili dari sekian pengertian yang begitu banyak, Nasution dalam bukunya “Dedaktik Asas-asas Mengajar” mendifinisikan :
“Belajar adalah perubahan-perubahan dalam urat syaraf. Definisi kedua : belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ketiga menganggap belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan  latihan”.[1]

Pengertian lain dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya “Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar” mendifinisikan :
“Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan berbagai bentuk berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek-aspek lain pada diri individu yang belajar”.[2]

Senada dengan dua difinisi di atas Oemar Hamalik mengatakan bahwa: “belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan-perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.[3]
Dari difinisi-difinisi pengertian belajar di atas memang ada perbedaan, akan tetapi juga terdapat, seningga dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
-     Adanya suatu usaha yang dilakukan seseorang.
-     Adanya tujuan yang diinginkan, dan
-     Adanya hasil yang dicapai.

Dengan demikian belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar baik yang potensial maupun yang actual, perubahan tingkah laku karena belajar meliputi : berbagai kepribadian baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengartian, pemecahan atau berpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.[4] Perubahan-perubahan tersebut dalam bentuk kemampuan-kemampuan baru yang sebelumnya tidak dimiliki. Perubahan tersebut terjadi karena berbagai usaha dimana individu yang bersangkutan melakukannya.
b) Pembelajaran
Sebagaimana arti belajar mengajar mempunyai arti yang komplek. Para ahli mengartikan berbeda-beda, namun pada esensinya sama. Nasution dalam “Dedaktik Azas-Azas Mengajar” menjelaskan bahwa :
a.    Mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada anak.
b.   Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak.
c.    Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak.[5]
Tiga difinisi di atas mempunyai titik tekan yang berlainan. Mengajar pada definisi (a), bertujuan agar anak mengusai sejumlah pengetahuan. dengan kata lain mengajar bersifat intelektualis. Definisi (b), mengatakan bahwa mengajar berarti menyampaikan dan mengenalkan kebudayaan bangsa yang nanti dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman. Pada pengertian (c), yang ditekankan adalah pembentukan lingkungan sedemikian rupa sehingga anak dapat belajar dengan baik. Dalam hal ini guru sebagai pembimbing terhadap belajar anak.
Menurut Zuhairini dan kawan-kawan memberikan pengertian bahwa mengajar adalah : “memberi pengetahuan pada anak agar mereka mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum atau proses dari suatu ilmu pengetahuan”.[6]
Begitu juga Amir Daien Indra Kusuma mengatakan mengajar adalah menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan atau ketrampilan dan sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga pengetahuan atau ketrampilan dan sebagainya itu dapat menjadi milik orang lain.[7]
Dari difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu usaha atau tindakan guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan sekaligus merangsang siswa untuk belajar.
2.      Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Metode merupakan alat pendidikan untuk mencapai suatu tujuan  perumusan, tujuan secara jelas merupakan hal yang sangat penting sebelum menentukan dan memilih metode yang tepat.
Beberapa metode pengajaran dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam (PAI) adalah :
a.       Metode Resitasi.
b.      Metode Eksperimen.
c.       Metode Proyek.
d.      Metode Diskusi.
e.       Metode Tanya Jawab.
f.       Metode Demonstrasi.
g.      Metode Bercerita.
h.      Metode Ceramah.[8]
Sedangkan menurut Zuhairini, dalam pengajaran agama Islam adalah :
a)       Metode Ceramah.
b)      Metode Tanya Jawab.
c)       Metode Diskusi.
d)      Metode Demonstrasi.
e)       Metode Sosiodrama.
f)       Metode Pemberian Tugas.


g)      Metode Karya Wisata.[9]
Pendapat lain dikemukakan oleh Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dalam bukunya “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam” meliputi metode :
a.       Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode dalam pendidikan dimana cara penyampaian pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan. Metode ini digunakan apabila siswa belum mengerti dan sifatnya untuk menggugah dan memberi informasi kepada anak didik.
b.       Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode dimana dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan perilaku siswa. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir dan mengeluarkan pendapat sendiri serta menyumbangkan pikirannya dalam suatu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawabannya.
c.       Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seseorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau siswa sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses melakukan sesuatu dalam materi yang disampaikan. Metode ini dipergunakan apabila guru ingin memberikan verbalisme, untuk membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, yang akan menarik dan untuk memindah berbagai penjelasan sebab penggunaan bahasa lisan terbatas.


d.      Metode Pemberian Tugas
Metode ini dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada siswa untuk mau mengulang pelajaran yang telah diberikan di sekolah, Tugas tersebut disesuaikan dengan kemampuan anak. Tugas tersebut tidak boleh ada kesan memberatkan bagi anak didik.
e.       Metode Sosiodrama
Metode ini merupakan bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara berperilaku dalam hubungan sosial. Metode ini tepat untuk materi akhlak, karena dengan metode ini anak lebih menghayati tentang pelajaran yang diberikan.
f.       Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode di dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya dan murid-muridnya menjawab tentang bahan materi yang akan diperolehnya. Metode ini dipergunakan sebagai ulangan pelajaran yang telah diberikan. Sebagai selingan dalam pembicaraan untuk mengarahkan proses berfikir. Metode ini juga dipergunakan apabila siswa sedikit banyak mengetahui dasar pengetahuan dan sifatnya pendalaman serta mengingat kembali.
g.      Metode Drill (Latihan)
Penggunaan istilah “latihan” sering disamakan artinya dengan istilah “ulangan” padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan adalah untuk sekedar mengukur sejauhmana dia telah menyerap pengajaran tersebut.
Pengajaran yang diberikan melalui metode drill dengan baik selalu akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
-     Anak didik akan dapat menggunakan daya berfikirnya dengan bertambah lama, bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini berarti daya berfikir bertambah.
-     Pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik tersebut akan memperoleh faham yang lebih baik dan lebih mendalam. Guru berkewajiban menyelidiki sejauhmana kemajuan yang telah dicapai anak didik dalam proses belajar mengajar cara yang dilakukan ialah megukur kemajuan tersebut melalui ulangan (tes) tertulis atau lesan.
h.      Metode Kerja Kelompok
Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka cara mengajar tersebut dapat dinamakan metode kerja kelompok.
i.        Metode Proyek
Metode proyek disebut juga dengan teknik pengajaran unit. Tujuan metode ini adalah untuk melatih anak didik agar berfikir secara ilmiah, logis dan sistematis. Pusat kegiatan metode ini terletak pada anak didik dan guru. Berfungsi sebagai pembimbing mekanisme kerja maka didik dengan bekerja bersama-sama. Namun demikian karena tiap-tiap anak didik mempunyai minat atau kesenangan masing-masing, maka dapat pula anak didik secara individual dalam hal-hal tertentu menghadapai masalah itu sendiri sesuai dengan minat yang dipilihnya.


[1]Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Jammars, Bandung, 1986, hal. 38.
[2]Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mangajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hal. 5.
[3]Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, Tarsito, 1982, hal. 21.
[4]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Rosda Karya, Bandung, 1991, hal. 102.
[5]Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Jammars, Bandung, hal. 38.
[6]Zuhairini, et.al, Op. Cit, hal. 27.
[7]Amir Daien Indrakusuma, Op. Cit, hal. 28.
[8]Depag. RI, Pedoman Pelaksanaan CBSA, Nomor 24, hal. 15.
[9]Zuhairini et.al, Mata Kuliah Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hal. 82