a.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah perihal berkembang. Sedangkan kata berkembang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti mekar terbuka atau membentang menjadi besar, luas dan banyak
serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan
dan sebagainya.[1]
Dengan pengertian lain perkembangan dapat diartikan
sebagai perubahan yang progresif dan kontinue (berkesinambungan)
dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Dengan kata lain perkembangan
adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkesinambungan baik mencakup fisik maupun psikis.[2]
Yang dimaksud sistematis adalah perubahan dalam
perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara
bagian-bagian organisme (fisik maupun psikis) yang merupakan satu kesatuan yang
harmonis, misalkan kemampuan berjalan anak seiring dengan matangnya otot-otot
kaki.
Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat
maju, meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun
kualitatif (psikis). Misalkan terjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik
anak (dari pendek menjadi tinggi dan kecil menjadi besar). Dan berkesinambungan
berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.
Misalkan untuk dapat berdiri seorang anak harus menguasai tahapan perkembangan
yaitu kemampuan duduk dan merangkak.[3]
b. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan
Faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan
manusia mempunyai berbagai macam pendapat, sehingga menimbulkan adanya teori
tentang perkembangan manusia. Teori-teori perkembangan tersebut ialah :
1) Teori
Nativisme oleh Schopenhover
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor
nativus, yaitu faktor-faktor Ketuhanan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa
oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu
dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat inilah yang menentukan
termasuk di dalamnya pendidikan dapat dikatakan berpengaruh terhadap
perkembangan individu.
2) Teori
Empirisme (John Locke)
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan individu ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamannya
yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian pengalaman
merupakan pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori
ini individu yang dilahirkan sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang
belum ada tulisannya.
3) Teori
Konvergensi (William Stern)
Teori ini merupakan teori gabungan
(konvergensi) dari kedua teori tersebut yaitu suatu teori perkembangan individu
yang ditentukan oleh pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan. Perkembangan
individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun faktor
lingkungan.[4]
c. Pengertian Perilaku
Pengertian perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah tanggapan atau kreasi individu (sikap) tidak hanya badan dan ucapan,
atau perilaku adalah perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat.[5]
Dalam kata lain perilaku adalah gerak hidup individu yang dapat dirumuskan
dalam bentuk kerja.[6]
Perilaku adalah segala kegiatan atau tindakan atau
perbuatan manusia yang kelihatan maupun tidak kelihatan, yang disadari maupun
tidak disadarinya, termasuk di dalamnya cara melakukan sesuatu, caranya
bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun dari dalam
dirinya.[7]
Jadi perkembangan perilaku anak adalah suatu perubahan yang progresif dan
kontinyu (berkesinambungan) yang dialami individu atau organisme yang mengarah
pada kematangan tingkah laku anak didik.
[1]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.cit,
hlm. 473.
[2]Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 15.
[3]Ibid, hlm.
16.
[4]Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi
Offset, Yogyakarta, 1992, hlm. 35.
[5]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.cit,
hlm. 664.
[6]Priyatno dan Ermananti, Op.cit, hlm. 155.
[7]M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hlm. 1.