a. Arti Perkembangan
Perkembangan yang dimaksud di sini penulis kaitkan dengan aspek pendidikan, artinya perkembangan yang bersifat progresif dan positif bagi individu manusia, Sumadi Suryabrata dalam bukunya : “Psikologi Pendidikan” menjelaskan bahwa perkembangan itu adalah perubahan ke arah lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis perubahan itu diberi nama proses.[1]
Berdasarkan pengertian di atas, pada prinsipnya perkembangan adalah proses berkembangnya keseluruhan aspek individu secara teratur, progresif dan positif. Berbicara tentang perkembangan anak tidak bisa terlepas dari aspek-aspek individu anak itu sendiri. Yang pada gilirannya melahirkan beberapa pandangan mengenai perkembangan anak antara lain :
Menurut aliran Asosiasi bahwa : “Pada hakekatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi. Menurut aliran Asosiasi … yang primer adalah bagian-bagian lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada lebih kemudian”.[2]
Sedangkan menurut aliran Gestald : “... Perkembangan itu adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain”.[3] Termasuk aliran Gestald (Neo Gestald) terhadap proses deferensiasi itu masih menambahkan lagi proses stratifikasi, struktur pribadi anak digambarkan sebagai terdiri dari lapisan-lapisan (strata), lapisan-lapisan itu makin lama makin bertambah.[4]
Adapun menurut aliran Sosiologis : “… Perkembangan adalah proses sosialisasi anak manusia mula-mula bersifat a-sosial (barangkali untuk tepatnya dapat disebut pro sosial) yang kemudian dalam perkembangan sedikit demi sedikit disosialisasikan”.[5]
Anak dalam proses perkembangannya dipengaruhi baik faktor yang terdapat dari dalam dan dari luar diri anak termasuk pengalaman dan pendidikan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak baik dari dalam dan atau dari luar diri anak. Dari dalam diri anak terdapat potensi yang berupa dasar yang menurut para ahli tentang perkembangan anak berpendapat faktor dasarlah yang berperan dalam proses perkembangan anak.
Sebagai lawan dari pendapat di atas, beranggapan bahwa pengalaman dan pendidikan yang lebih dominan dalam mempengaruhi proses perkembangan anak, sebenarnya kedua perkembangan di atas bukanlah kontradiksi sifatnya melainkan terdapat kemungkinan saling mempengaruhi dan mengisi, yakni antara dasar dan ajar, terbukti munculnya pendapat yang beranggapan bahwa antara dasar dan ajar saling mempengaruhi dan saling mengisi terhadap proses perkembangan anak.[6]
Menurut versi Islam, justru kedua faktor itulah yang mempengaruhi proses perkembangan anak, yaitu hereditas dan lingkungan (dasar dan ajar). Hal ini didasarkan pada pendapat Imam Ghozali sebagai berikut :
ويؤكد الغزالى الى انّ التّربية والتّعلم عمليّة تتعا ون فيها طبيعة الصّبر مع بيعته.
Artinya : “Imam Ghozali menegaskan bahwa pendidikan dan pengajaran bersifat praktis di dalam terjalin kerja sama antara peraga atau tabiat anak beserta lingkungannya.”[7]
Jadi telah jelas, antara faktor pembawaan atau kodrati dan pengaruh lingkungan menentukan perkembangan anak lebih lanjut. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa dasar atau ajar anak adalah baik (Ala Hilqah Islamiyah), bisa berubah karena oleh tangan atau didikan dan hasil ciptaan orang tua.
مامن مولد الاّيولد علىالفطرة فاابواه يهودانه وينصّرانه ويمّجسا نه (رواه مسلم)
Artinya : “Tidak ada anak lahir melainkan dilahirkan atas fitrah, maka tergantung kedua orang tuanyalah yang menjadikah Yahudi, Nasrani atau Majusi”.[8]
Uraian di atas menjelaskan : Meski Allah memberikan ketentuan fitrah, namun pengaruh dari luar yakni pengalaman dan pendidikan tetap berperan dalam rangka pembentukan kepribadian anak (pendidikan anak).
[1] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Penerbit Rake Press, Yogyakarta, 1980, hlm. 206.
[2] Ibid, hlm. 206-207.
Perkembangan yang dimaksud di sini penulis kaitkan dengan aspek pendidikan, artinya perkembangan yang bersifat progresif dan positif bagi individu manusia, Sumadi Suryabrata dalam bukunya : “Psikologi Pendidikan” menjelaskan bahwa perkembangan itu adalah perubahan ke arah lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis perubahan itu diberi nama proses.[1]
Berdasarkan pengertian di atas, pada prinsipnya perkembangan adalah proses berkembangnya keseluruhan aspek individu secara teratur, progresif dan positif. Berbicara tentang perkembangan anak tidak bisa terlepas dari aspek-aspek individu anak itu sendiri. Yang pada gilirannya melahirkan beberapa pandangan mengenai perkembangan anak antara lain :
Menurut aliran Asosiasi bahwa : “Pada hakekatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi. Menurut aliran Asosiasi … yang primer adalah bagian-bagian lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada lebih kemudian”.[2]
Sedangkan menurut aliran Gestald : “... Perkembangan itu adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain”.[3] Termasuk aliran Gestald (Neo Gestald) terhadap proses deferensiasi itu masih menambahkan lagi proses stratifikasi, struktur pribadi anak digambarkan sebagai terdiri dari lapisan-lapisan (strata), lapisan-lapisan itu makin lama makin bertambah.[4]
Adapun menurut aliran Sosiologis : “… Perkembangan adalah proses sosialisasi anak manusia mula-mula bersifat a-sosial (barangkali untuk tepatnya dapat disebut pro sosial) yang kemudian dalam perkembangan sedikit demi sedikit disosialisasikan”.[5]
Anak dalam proses perkembangannya dipengaruhi baik faktor yang terdapat dari dalam dan dari luar diri anak termasuk pengalaman dan pendidikan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak baik dari dalam dan atau dari luar diri anak. Dari dalam diri anak terdapat potensi yang berupa dasar yang menurut para ahli tentang perkembangan anak berpendapat faktor dasarlah yang berperan dalam proses perkembangan anak.
Sebagai lawan dari pendapat di atas, beranggapan bahwa pengalaman dan pendidikan yang lebih dominan dalam mempengaruhi proses perkembangan anak, sebenarnya kedua perkembangan di atas bukanlah kontradiksi sifatnya melainkan terdapat kemungkinan saling mempengaruhi dan mengisi, yakni antara dasar dan ajar, terbukti munculnya pendapat yang beranggapan bahwa antara dasar dan ajar saling mempengaruhi dan saling mengisi terhadap proses perkembangan anak.[6]
Menurut versi Islam, justru kedua faktor itulah yang mempengaruhi proses perkembangan anak, yaitu hereditas dan lingkungan (dasar dan ajar). Hal ini didasarkan pada pendapat Imam Ghozali sebagai berikut :
ويؤكد الغزالى الى انّ التّربية والتّعلم عمليّة تتعا ون فيها طبيعة الصّبر مع بيعته.
Artinya : “Imam Ghozali menegaskan bahwa pendidikan dan pengajaran bersifat praktis di dalam terjalin kerja sama antara peraga atau tabiat anak beserta lingkungannya.”[7]
Jadi telah jelas, antara faktor pembawaan atau kodrati dan pengaruh lingkungan menentukan perkembangan anak lebih lanjut. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa dasar atau ajar anak adalah baik (Ala Hilqah Islamiyah), bisa berubah karena oleh tangan atau didikan dan hasil ciptaan orang tua.
مامن مولد الاّيولد علىالفطرة فاابواه يهودانه وينصّرانه ويمّجسا نه (رواه مسلم)
Artinya : “Tidak ada anak lahir melainkan dilahirkan atas fitrah, maka tergantung kedua orang tuanyalah yang menjadikah Yahudi, Nasrani atau Majusi”.[8]
Uraian di atas menjelaskan : Meski Allah memberikan ketentuan fitrah, namun pengaruh dari luar yakni pengalaman dan pendidikan tetap berperan dalam rangka pembentukan kepribadian anak (pendidikan anak).
[1] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Penerbit Rake Press, Yogyakarta, 1980, hlm. 206.
[2] Ibid, hlm. 206-207.
[3] Ibid, hlm. 208.
[4] Ibid, hlm. 210.
[5] Ibid, hlm. 211.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 43.
[7] Muhammad Muni Marasi, At-Tarbiyatul Ismiyah, Ushuluhawa Tatathawaruha til billad, Al-Arabiyah Alumul Kutub, Kairo, 1977, hlm. 130.
[8] Imam Muslim, Shahih Muslim, Darul Al-Fikr, Beirut, Jilid II, t. th, hlm. 458.
[4] Ibid, hlm. 210.
[5] Ibid, hlm. 211.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 43.
[7] Muhammad Muni Marasi, At-Tarbiyatul Ismiyah, Ushuluhawa Tatathawaruha til billad, Al-Arabiyah Alumul Kutub, Kairo, 1977, hlm. 130.
[8] Imam Muslim, Shahih Muslim, Darul Al-Fikr, Beirut, Jilid II, t. th, hlm. 458.