Pendidikan Keterampilan di Pondok Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang memberi Pengajaran Agama Islam, tujuannya tidak semata-mata memperkaya pikiran santri dengan teks-teks dan penjelasan-penjelasan yang Islami, “tetapi untuk menimbulkan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Setiap murid diajar agar menerima etik agama diatas etik-etik yang lain.
Diantara cita-cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.

Pendidikan ketrampilan di pondok pesantren sekarang ini merupakan perwujudan kelanjutan dari program-program yang berdasarkan pada pola yang telah ada sejak pelita II. Kegiatan pendidikan ketrampilan ini di kembangkan dan di mantapkan sesuai dengan lokasi dan kebutuhan masyarakat, khususnya dalam memberikan bantuan pembangunan pada masyarakat desa.
Pendidikan ketrampilan di pondok pesantren sebagai salah satu komponen yang telah disekati pengembangannya dipondok pesantren, adalah sangat erat dan menunjang tercapainya tujuan institusional pondok pesantren: “membina warga negara (para santri) agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara.  Untuk itu perlu adanya keseimbangan antara pengembangan otak, hati dan tangan yang secara integral merupakan pengembangan pada diri santri.
Pendidikan Keterampilan Pondok Pesantren
Pendidikan Keterampilan Pondok Pesantren
Hal ini merupakan tujuan dari pada penyelenggaraan pendidikan ketrampilan sebagaimana ketrampilan di pondok pesantren dengan uraian sebagaimana berikut : “Dengan pendidikan ketrampilan ini maka akan terdapat keseimbangan antara perkembangan pada diri anak. Bagi para santri secara keseluruhan juga berguna sebagai modal untuk. menjadi orang yang bersemangat wiraswasta, sehingga apabila sudah tamat dari pondok pesantren akan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain atau untuk menjadi pegawai negeri.Jiwa wiraswasta akan lebih cepat berkembang apabila dilengkapi dengan penguasaan akan ketrampilan tertentu. 

Dengan demikian diharapkan pondok pesantren akan mempunyai perasaan yang cukup jelas dalam rangka pengembangan masyarakat dan juga mampu mencetak para santrinya untuk memupuk dan mengembangkan sikap wiraswasta, sikap hidup mandiri dan percaya pada diri sendiri. Sebagaimana menurut prof. Dr. H.Mukti Ali, secara ideal seorang santri harus mampu menyelesaikan antara otak (head), akhlaq (heart) dan ketrampilan (hand). 

Dalam kehidupan sehari-hari, memang nampak bahwa kebanyakan wiraswasta yang berhasil adalah mereka yang keluar dari pondok pesantren, sebagaimana dikemukakan oleh prof. Clifford Geertz, seorang antropologi terkenal dengan ungkapan sebagai berikut : Pesantren pada masa lalu telah mampu menyalurkan anak didik yang pada akhirnya menjadi pengusaha yang berhasil. 
Dengan demikian jika pondok pesantren mendapat pembinaan yang secara optimal akan menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia yang berdaya guna.

Mengenai pelaksanaannya pendidikan ketrampilan di pondok pesantren ini adalah berdasarkan dari keputusan seminar di yogyakarta pada tahun 1965, yang berbunyi : “Perlunya dimasukkan pendidikan dan pelajaran ketrampilan pada pondok pesantren seperti : Pertukangan, peternakan, pertanian, penjahitan, dan lain sebagainya”.  Singkatnya ada empat bidang yang di fokuskan dalam rangka pembinaan dan kemajuan SDM di pondok pesantren dalam seminar itu.
Referensi
  1. Ismail, SM, Nurul Huda, Abdul Kholiq (ed), Dinamika Pesantren dan Madrasah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hal. 44
  2. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Study Tentang Pandangan Hidup Kyai), LP3Es, Jakarta, 1994, hal. 22
  3. Departemen Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan Unit Ketrampilan Pondok Pesantren Jurusan Perbenkelan, Las Otogin, Depag.RI, Jakarta, 1982, hal. 8-9.
  4. Laporan Hasil Penelitian, Pengaruh Pendidikan Ketrampilan pada Beberapa Pondok pesantren di Jawa Tengah, LP3Es, IAIN Wali Songo, Semarang, 1981, hal. 94.
  5. Departemen Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan Unit Ketrampilan Pondok Pesantren Jurusan Penjahitan, Depag RI, Jakarta, 1982, hal. 5.
  6. Departemen Agama RI, Pondok Pesantren Indonesia, Dharma Bhakti, Jakarta, 1983, hal. 62.
  7. Marwan Saridjo dkk, Sejarah Pondok Pesntren Indonesia, Dharma Bhakti, Jakarta, 1983, hal. 62.