Efektifitas Partispasi Masyarakat dalam Pengembangan Kurikulum

Perubahan yang cepat hampir terjadi dalam semua aspek kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, ideologi, nilai-nilai etik dan estetik. Perubahan-perubahan masyarakat ini akan mempengaruhi pengetahuan percakapan sikap aspirasi, minat semangat, kebiasaan bahkan pola hidup mereka.[1] Begitu pula kurikulum juga secara tidak langsung akan dipengaruhi di dalamnya. Untuk itu perlu keterlibatan dari semua pihak dalam penyusunannya. Partisipasi masyarakat diperlukan karena mereka yang lebih dekat dengan lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah kemungkinan akan lebih bisa merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan lebih efisien dan efektif.[2] Karena kondisi dan keadaan daerah atau masyarakat bisa merupakan inspirasi bagi lembaga pendidikan untuk memberi variasi kepada kurikulumnya.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan SDM tersebut adalah pendidikan, sehingga kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan dengan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan IPTEK dan dilandasi keimanan dan ketaqwaan.[3] Sehingga mau tidak mau pendidikan harus diarahkan untuk mengikuti perkembangan zaman kurikulum misalnya penyusunannya harus disesuaikan. Untuk itu perlu keterlibatan dari semua pihak tidak hanya guru akan tetapi orang tua maupun masyarakat juga terlibat di dalamnya. Hal tersebut bertujuan agar berbagai harapan yang dikemukakan oleh masyarakat merupakan sebuah masukan bagi sekolah untuk dipadukan dengan visi sekolah. Ada beberapa pokok yang harus dikembangkan berkaitan dengan hal tersebut antara lain :
  1. Apa tujuan yang hendak dicapai, sebagai artikulasi harapan client sekolah, yang telah dikombinasikan dengan tujuan sekolah sehingga mampu menggambarkan sosok citra lulusan yang diharapkan untuk dihasilkan?
  2. Apakan tujuan yang dirumuskan untuk kurikulum cukup up to date atau tidak?
  3. Pengetahuan-pengetahuan apa yang seharusnya diberikan untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk di dalamnya knowledge, skill dan values?
  4. Sampai di mana kemampuan kurikulum yang ada menjangkau tujuan tersebut?
  5. Apakah program pembelajaran yang seharusnya dikembangkan berbasis pada kurikulum tersebut sudah cukup up to date atau tidak?[4]
Kemudian untuk menjawab hal tersebut ada tiga level penentu kurikulum yakni level pertama instruksional pada level ini yang menentukan adalah guru, siswa dan orang-orang yang ahli dibidangnya, kedua level institusional yakni disusun atas dasar curah pandang dan pendapat antara sekolah dengan komite sekolah, stake holder dan user sekolah dengan membawa gagasan kemudian diterjemahkan secara operasional  oleh guru untuk dibawa kedalam proses pembelajaran. Dan ketiga level societal, kurikulum ditinjau dan dikritisi oleh unsur-unsur pemerintah yang mendanai pendidikan atau oleh institusi yang mengeluarkan akreditasi dan sebagainya.[5] 

Namun perlu diingat bahwa pengembangan kurikulum harus didasarkan pada hasil analisis terhadap berbagai permintaan client (siswa) yang mempertimbangkan tingkat usia, kemampuan intelegensi, latar belakang yang terkait dalam pengembamgan kurikulum pada mata pelajaran tertentu, arah kompetensi yang diberikan, dan cita-cita ke depan. berikutnya masyarakat (orang tua siswa) yang perlu ditanya tentang ekspektasi mereka pada sekolah untuk menginspirasi sekolah menyusun kurikulum. Begitu pula masyarakat luas seperti pemerintah, pendidikan lanjut, setting budaya masyarakat, baik untuk konservasi maupun perubahan dengan arah kemajuan.[6] Berikut komposisi dari masing-masing aspek tersebut dapat dilihat dari gambar berikut

perahujagad.blogspot.com
Ada banyak manfaat yang diperoleh dengan melibatkan masyarakat khususnya dalam pengembangan kurikulum salah satu diantaranya adalah sebagai sumber masukan yang berupa kritik dan saran guna mengetahui fenomena yang terjadi di masyarakat yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum. Dengan perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut sekolah untuk bekerja lebih keras dalam melakukan inovasi kurikulum yang ada sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Kemudian yang perlu dianalisis dalam konteks pengembangan kurikulum antara lain:

1.  Kebijakan yakni kebijakan pokok tentang kurikulum itu sendiri yang meliputi tujuan, struktur dan prosedur untuk itu terlibat dari berbagai pihak diantaranya guru serta perwakilan orang tua siswa duduk bersama untuk membicarakan perubahan-perubahan kebijakan itu.
2.   Standar keluhan yang diharapkan serta pencapaiannya.
3.  Mengakses berbagai opsi rumusan tujuan dengan orang-orang terkait dengan kepentingan kurikulum tersebut untuk menetapkan prioritas yang akan dijadikan rumusan akhir untuk kurikulum hasil perbaikan dan pengembangan.
Sehingga sekolah diharapkan lebih terbuka dengan masyarakat agar lebih tanggap terhadap fenomena-fenomena yang terjadi, ini sesuai dengan tiga sifat penting pendidikan yakni :
  1. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat.
  2. Pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai.
  3. Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.[1]
[1]Nana Syaodih Sukmadinata, Op.cit., hlm. 61. [1]Nana Syaodih Sukmadinata, Op.cit., hlm. 50.  [2]Ibtisan Abu Du’-Hou, School-Base Managemen, Logos, Jakarta, 2002, hlm. 50. [3]E. Mulayasa, Op.cit., hlm. 4.  [4]Dede Rosyada, Op.cit., hlm. 82.  5]Ibid, hlm. 83.  6]Ibid., hlm. 86.