Fase Perkembangan Perilaku Anak

Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan (proses belajar mengajar) anak didik mengalami tahap-tahap perkembangan psikologis perilaku. Perkembangan individu sejak lahir sampai mengalami kematangan itu dapat digambarkan melalui fase-fase yaitu sebagai berikut :

a. Masa usia pra sekolah umur 0,0-6,0.
b. Masa usia sekolah dasar umur 6,0-12,0.
c. Masa usia menengah umur 12,0-18,0.
d. Masa usia mahasiswa umur 18,0-25,0.[1]

Masing-masing fase mempunyai karakter perilaku yang berbeda-beda antara fase yang satu dengan fase yang lain.

Masa usia sekolah menengah pertama (SMP/ MTs) bertepatan pada masa remaja awal, dimana masa ini merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat.
Setelah anak/ individu melampaui umur 12 tahun, maka terjadi perpindahan dari masa kanak-kanak yang terkenal tunduk, tenang tidak banayak soal dan debat, kemudian mereka memasuki masa goncang, karena pertumbuhan cepat disegala bidang. Pertumbuhan jasmani, pada umur sekolah tanpa serasi, seimbang dan tidak terlalu cepat, berubah menjadi goncang tidak seimbang dan berjalan sangat cepat, yang menyebabkan anak mengalami kesukaran. Pertimbuhan yang paling menonjol terjadi pada umur-umur ini, seperti bertambah tinggi dengan kecepatan yang jauh terasa dari masa kanak-kana, kelenjar-kelenjar yang mengalir dalam tubuhnya berubah dimana kelenjar kanak-kanak (thymus dan risual) berhenti mengalir dan berganti dengan kelenjar 53k5ualit4s (gonad) yang mempunyai fungsi memproduksi hormon-hormon sehingga bertumbuhlah tanda-tanda 53k5ualit4ssekunder pada anak laki-laki, seperti perubahan suara, tumbuhnya kumis dan sebagainya. Dan membesarnya pinggul, payudara dan kelenjar air susu pada anak perempuan, selanjutnya mengakibatkan pengalaman mimpi pada anak laki-laki dan mulai datang bulan (haid) bagi wanita.

Semua perubahan jasmani cepat itu menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran, bahkan kepercayaan kepada agama yang telah bertumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya. Maka kepercayaan remaja kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, ulahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas.[2]

Masa remaja (adolescence) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub masa perkembangan, sebagai berikut :

a.   Sub perkembangan prepuber selama kurang lebih dua tahun sebelum masa puber.
b.   Sub perkembangan puber selama dua setengah sampai tiga setengah tahun.

Yakni saat perkembangan biologis sudah hampir lambat, tapi masih berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu.[3]

a.       Masa pra remaja (prepuber) remaja awal
Masa pra remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa kini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja, sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif, dengan gejala seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik dan sebagainya secara garis besar sifat-sifat negatif dapat diringkas, yaitu (1) negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mentak, (2) negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).

b.      Masa remaja (puber) remaja madya
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pentas dijunjung tinggi dan dipuja-puja, sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewasakan) yaitu sebagai gejala remaja. [4]
Perubahan psikis dan perkembangannya, terjadi pada diri yang mulai menginjak remaja, berbeda dengan tanda-tanda fisik, tanda-tanda psikis, tidak dapat dilihat secara nyata karena terbentuk kejiwaan. Ciri-ciri kejiwaan tercermin dalam perilaku, tingkah laku dan sikapnya dalam menghadapi seseorang dari suatu keadaan. [5] Ciri-ciri psikis ini sebagai pengaruh perkembangan fisik yang terjadi pada diri seseorang. Jadi sejalan dengan perkembangan fisiknya, terjadi perkembangan psikisnya.

[1]Syamsu Yusuf LN, Op.cit, hlm. 23.
[2]Zakiah Daradjat, Op.cit, hlm. 115.
[3]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda Karya, Bandung, 1999, hlm. 51.
[4]Syamsu Yusuf, Op.cit, hlm. 26.
[5]Sumarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 53.