BUDAYA BURUK YANG HARUS DIHAPUS DALAM PENDIDIKAN

Pendidikan adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan manusia unggulan. Dan manusia unggul tidak akan bisa diperoleh dalam pendidikan bilamana pendidikan tersebut masih berorientasi pada budaya buruk yang memiliki unsur perusak bagi pendidikan itu sendiri. Maka dari itu, kita wajib menyelamatkan pendidikan di negara kita guna mendapatkan output yang dapat disesuaikan dengan zaman dari pendidikan kita, tentunya output atau lulusan tersebut adalah mereka yang memiliki karakter sempurna, baik di mata manusia maupun Tuhan. Manusia sempurna dalam agama Islam biasanya diistilahkan dengan sebutan INSAN KAMIL, untuk masalah ini silahkan baca pengertian INSAN KAMIL pada artikel berikut ini: Pembentukan Insan Kamil Antara Cita Dan Fakta Dalam Pendidikan Islam.

Terlepas dari konsep INSAN KAMIL yang telah penulis singgung di atas, mari kita kembali kepada topik pembahasan kita, yaitu budaya atau tradisi buruk yang harus kita hindari dalam dunia pendidikan.

Tradisi atau budaya adalah sebentuk prilaku yang telah mendarah daging dengan pribadi seseorang. Besar kemungkinan tradisi tersebut tumbuh dalam diri seseorang disebabkan karena faktor dimana seseorang tersebut tinggal. 

Bila tinjauan dalam pembahasan kita kali ini mengarah kepada suatu daerah, maka sudah barang tentu akan memiliki perbedaan yang signifikan bilamana kita menguraikan permasalahan kita dengan tradisi atau budaya yang ada di daerah lainnya, maka dari itu dalam pembahasan kita kali ini penulis akan mencoba menguraikan bentuk-bentuk budaya atau tradisi yang harus dihilangkan dalam pendidikan secara global saja. Dan penulis harap, meskipun uraian kami kurang terspesifik namun harapan kami, ulasan ini semoga dapat mewakili permasalahan yang sedang anda hadapi.

Dalam pendidikan [ sebut saja itu sebuah instansi ] memiliki dua subjek yang berperan aktif di dalamnya. Diantaranya adalah pendidik dan pelajar. Dan dari dua subjek tersebut, keduanya memiliki andil yang cukup besar dalam terjadinya sebuah momentum ketidak idealnya proses pembelajaran atau budaya buruk yang mempengaruhi jatuhnya nilai-nilai pendidikan. Dari kedua subjek tersebut, penulis akan membagi budaya buruk dalam pendidikan menjadi dua kategori.

Kategori pertama adalah budaya buruk yang telah mengakar pada diri para pendidik di negara kita.

1. TERLALU MENGGAMPANGKAN RPP
RPP atau yang biasa kita kenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran seharusnya bukan hanya menjadi bukti fisik dalam penyusunan berkas kepada atasan. Namun seharusnya kita benar-benar sadar akan fungsi dan tujuan mengapa program RPP dicanangkan. Dengan adanya RPP seorang guru atau pendidik tidak perlu lagi khawatir mengenai minimnya jam mengajar bila dibandingkan dengan sekian jumlah banyaknya materi pembelajaran. Karena seharusnya bila seorang pendidik mengerti betul apa fungsi dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran ini, mereka akan mampu mengalahkan beraneka macam materi pembelajaran yang jumlahnya lebih banyak ketimbang waktu yang disediakan. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ada yang namanya alokasi waktu, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran, minimnya waktu yang tersedia akan dapat pendidik atasi dengan berbagai strategi dan metode pembelajaran.

2. JAM BELAJAR SISWA MUNDUR
Mundurnya jam belajar siswa biasanya disebabkan oleh keterlambatan sorang guru masuk sekolah. Selain faktor keterlambatan guru terlambat masuk sekolah terkadang seorang guru terlalu nyaman ngobrol dengan sesama guru yang lain di dalam kantor sehingga lupa jam mengajar.
Budaya semacam ini sering sekali terjadi, walau demikian ternyata para pendidik di negara kita masih begitu minim kesadarannya sehingga diakhir pembelajaran tidak sedikit dari mereka yang mengeluh sebab kurang atau minimnya waktu yang mereka dapat dalam mengajar.

Mungkin dua itu saja dari budaya yang harus dihilangkan menurut subjek atau pelaku pendidikan, dan untuk Kategori kedua adalah budaya buruk yang telah mengakar pada diri para siswa di negeri kita.

1. TAWURAN
Tawuran termasuk problem serius dalam dunia pendidikan. Pasalnya budaya premanisme ini benar-benar sangat merugikan berbagai kalangan. Mulai dari lingkungan masyarakat yang ruang lingkupnya luas hingga pada lingkungan keluarga dan terutama bagi pelaku kriminalnya, yaitu para pelajar yang ikut terlibat dalam tindakan anarkis.

2. 53k5 BEBAS
Beberapa tahun terakhir ini banyak sekali media yang memberitakan para pelajar yang melakukan 53ks bebas, hal ini dapat dilihat dari berbagai sumber media internet yang hingga detik ini masih menyimpan berita dan sumbernya. 53ks bebas terjadi karena pergaulan remaja saat ini kurang bos dibendung. Sisi negatif dunia digital bisa saja menjadi penyebab utama.


Sebenarnya masih banyak Kategori budaya buruk yang telah mengakar sekaligus merusak nilai-nilai luhur dari pendidikan di negara kita. Namun mungkin pada kesempatan yang lain penulis akan menjabarkannya pada ruang lingkup yang lebih spesifik. Sekian update dari PERAHU JAGAD kali ini, sekian terimakasih.