Hubungan antara insan kamil dengan tujuan pendidikan Islam sangat erat, keduanya tidak dapat dipisahkan. Kedekatan hubungan insan kamil dengan pendidikan Islam sebenarnya disebabkan karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang saling mengikat. Insan kamil merupakan final aim, pancaran akhir dan cita-cita ideal yang diproyeksikan dan diharapkan pendidikan Islam, sementara pendidikan Islam merupakan salah satu tujuan dan misi yang diemban yang hendak direalisasikan insan kamil dalam aktifitas hidupnya.
Antara insan kamil dengan pendidikan Islam mempunyai beban tanggung jawab yang senantiasa bergulir sepanjang zaman. Keduanya mempunyai tanggung jawab untuk saling mengoptimalkan etos kerja masing-masing. Optimalisasi peran dan tugas serta tangggung jawab keduanya sangat menentukan terhadap keberhasilan cita-cita yang diemban dan yang diharapkan.
Insan kamil tetap sama seperti manusia pada umumnya, yaitu dibekali oleh Allah dengan sejumlah potensi dasar, atau sering disebut dengan fitrah. Fitrah merupakan potensi-potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan luar menuju pada kesempurnaan dan kebenaran. [1]Fitrah atau potensi dasar manusia yang merupakan anugerah Allah SWT tersebut adalah seperti ; fitrah agama, fitrah intelek, ekonomi, seni, kemajuan, keadilan, kemerdekaan, persamaan, ingin tahu, ingin dihargai dan lain sebagainya.[2]
Fitrah tidak dapt berkembang tanpa adanya pengaruh positif dari lingkungan yang mungkin dapat dimodifikasi atau dapat diubah secara drastis bila lingkungan itu tidak memungkinkan menjadikan fitrah itu lebih baik. Faktor-faktor eksternal yang tergabung dengan fitrah manusia dan sifat dasarnya bergantung pada sejauhmana interaksi eksternal dari fitrah itu berperan. Memang tidak selamanya lingkungan mempunyai pengaruh kuat untuk membentuk pola kepribadian manusia sebagaimana sejarah kehidupan permaisuri raja Fir’aun dari Mesir telah menjadi wanita yang beriman kepada Allah SWT. Sekalipun lingkungan sekitarnya terpengaruh dari lingkungan yang dholim dan paganis.
Gambaran diatas menggambarkan betapa pentingnya pendidikan Islam bagi manusia untuk mencapai peringkat kholifatullah dan insan kamil. Tanpa prndidikan kholifatullah dan insan kamil tidak akan pernah ada. Sama halnya Allah tidak akan menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi kalau sebelumnya Allah tidak mendidiknya terlebih dahulu dan insan kamil tidak akan pernah terlahirkan apabila tidak ada lembaga pendidikan yang mapan dan sempurna. Sebaliknya nilai-nilai pendidikan Islam tidak akan terhujam pada umat dan sistem pendidikan Islam akan mengalami stagnasi apabila didunia ini tidak ada insan kamil. Karena hanya insan kamil yang berkepribadian sempurna yang merasa terpanggil, ikut memiliki, mau dan mampu menghujam nilai-nilai pendidikan Islam kepada umat mnausia, menterjemahkan sistem pendidikan Islam yang sesuai dengan kalam Illahi dan tuntutan perkembangan zaman.
Insan kamil tanpa pendidikan Islam tidak akan bisa melakukan kaderisasi sehingga berakibat punahnya diri sendiri (mengalami kesenjangan bahkan hilangnya kader yang melangsungkan estafet perjuangan insan kamil). Sebaliknya pendidikan Islam tanpa insan kamil tidak akan mempunyai suatu sistem yang menjamin terlahirnya kader-kader pendidikan yang dapat berkiprah dalam kemajuan kehidupan dimasa mendatang.
Dengan demikian hubungan antara insan kamil dengan pendidikan Islam sangat erat dan interaksi di antara keduanya bersifat timbal balik. Kadangkala insan kamil menjadi obyek bahkan sekaligus menjadi subyek pendidikan Islam, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain keduanya memiliki hubungan seperti mata rantai yang terbingkai dalam satu kesatuan yang padu, integral komprehenship.
[1] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung:PT Trigenda Karya, 1993), Hlm.22
[2] Muhaimin dan Abdul Mujib, Ibid, Hlm.25
Antara insan kamil dengan pendidikan Islam mempunyai beban tanggung jawab yang senantiasa bergulir sepanjang zaman. Keduanya mempunyai tanggung jawab untuk saling mengoptimalkan etos kerja masing-masing. Optimalisasi peran dan tugas serta tangggung jawab keduanya sangat menentukan terhadap keberhasilan cita-cita yang diemban dan yang diharapkan.
Insan kamil tetap sama seperti manusia pada umumnya, yaitu dibekali oleh Allah dengan sejumlah potensi dasar, atau sering disebut dengan fitrah. Fitrah merupakan potensi-potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan luar menuju pada kesempurnaan dan kebenaran. [1]Fitrah atau potensi dasar manusia yang merupakan anugerah Allah SWT tersebut adalah seperti ; fitrah agama, fitrah intelek, ekonomi, seni, kemajuan, keadilan, kemerdekaan, persamaan, ingin tahu, ingin dihargai dan lain sebagainya.[2]
Artikel Relevan: Upaya Pendidikan Islam Dalam Membentuk Insan KamilPotensi dasar (fitrah) yang ada pada manusia tersebut harus mendapatkan tempat dan perhatian, karena dapat dikatakan bahwa fitrah merupakan potensi dasar manusia yang dapat mengantarkan pada tumbuhnya daya kreatifitas dan produktifitas serta komitmen nilai-nilai Illahi dan insani, sehingga manusia dapat hidup sejalan dengan tujuan Allah menciptakannya. Potensi dasar tersebut tidak akan banyak bermakna bila tidak dikembangkan melalui pembekalan berbagai kemampuan dari lingkungan sekolah maupun luar sekolah yang terpola dalam program pendidikan. Hitam putih kehidupan manusia sangat ditentukan oleh lingkungan tempat ia tinggal dan hidup.
Fitrah tidak dapt berkembang tanpa adanya pengaruh positif dari lingkungan yang mungkin dapat dimodifikasi atau dapat diubah secara drastis bila lingkungan itu tidak memungkinkan menjadikan fitrah itu lebih baik. Faktor-faktor eksternal yang tergabung dengan fitrah manusia dan sifat dasarnya bergantung pada sejauhmana interaksi eksternal dari fitrah itu berperan. Memang tidak selamanya lingkungan mempunyai pengaruh kuat untuk membentuk pola kepribadian manusia sebagaimana sejarah kehidupan permaisuri raja Fir’aun dari Mesir telah menjadi wanita yang beriman kepada Allah SWT. Sekalipun lingkungan sekitarnya terpengaruh dari lingkungan yang dholim dan paganis.
Artikel Relevan: Menjadi Pribadi Yang Unggul Dan BerkarakterAllah menciptakan manusia dengan sejumlah potensi dan menyediakan kalam sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan fasilitas tersebut manusia diharapkan dapat menembus cakrawala pandang yang tinggi dan menterjamahkannya, yang pada gilirannya menumbuhkan gagasan-gagasan baru yang bermanfaat bagi manusia dengan memfungsikan fikirannya serta menjadikan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan senantiasa berdzikir dan ingat kepada Tuhan yang telah menciptakannya. Sikap seperti ini hanya dapat ditemukan pada insan kamil.
Gambaran diatas menggambarkan betapa pentingnya pendidikan Islam bagi manusia untuk mencapai peringkat kholifatullah dan insan kamil. Tanpa prndidikan kholifatullah dan insan kamil tidak akan pernah ada. Sama halnya Allah tidak akan menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi kalau sebelumnya Allah tidak mendidiknya terlebih dahulu dan insan kamil tidak akan pernah terlahirkan apabila tidak ada lembaga pendidikan yang mapan dan sempurna. Sebaliknya nilai-nilai pendidikan Islam tidak akan terhujam pada umat dan sistem pendidikan Islam akan mengalami stagnasi apabila didunia ini tidak ada insan kamil. Karena hanya insan kamil yang berkepribadian sempurna yang merasa terpanggil, ikut memiliki, mau dan mampu menghujam nilai-nilai pendidikan Islam kepada umat mnausia, menterjemahkan sistem pendidikan Islam yang sesuai dengan kalam Illahi dan tuntutan perkembangan zaman.
Artikel Relevan: Dasar dan Tujauan Pendidikan Agama IslamJadi pada intinya, hubungan insaan kamil dengan pendidikan Islam bersifat timbal balik, saling mempengaruhi dan dipengaruhi, saling menentukan dan ditentukan serta keduanya saling melengkapi. Pada diri insan kamil terintegrasi visi keimanan, keilmuan dan kemanusiaan, dimana pembentukannya dibangun melalui proses pendidikan Islam (baik secara langsung maupun tidak langsung). Sedangkan karakteristik pendidikan Islam merupakan pancaran dari Al Qur’an dan hadits yang telah diterjemahkan oleh insan kamil kedalam konsep-konsep perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Insan kamil tanpa pendidikan Islam tidak akan bisa melakukan kaderisasi sehingga berakibat punahnya diri sendiri (mengalami kesenjangan bahkan hilangnya kader yang melangsungkan estafet perjuangan insan kamil). Sebaliknya pendidikan Islam tanpa insan kamil tidak akan mempunyai suatu sistem yang menjamin terlahirnya kader-kader pendidikan yang dapat berkiprah dalam kemajuan kehidupan dimasa mendatang.
Dengan demikian hubungan antara insan kamil dengan pendidikan Islam sangat erat dan interaksi di antara keduanya bersifat timbal balik. Kadangkala insan kamil menjadi obyek bahkan sekaligus menjadi subyek pendidikan Islam, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain keduanya memiliki hubungan seperti mata rantai yang terbingkai dalam satu kesatuan yang padu, integral komprehenship.
Artikel Relevan: Pembentukan Insan Kamil Antara Cita Dan FaktaReferensi
[1] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung:PT Trigenda Karya, 1993), Hlm.22
[2] Muhaimin dan Abdul Mujib, Ibid, Hlm.25